"baiklah, aku akan meninggalkanmu sekarang". ia melambaikan tangan kirinya dan berbalik dengan senyum simpul khasnya. "ia begitu manis" setiap gadis yang melihatnya pasti akan berteriak kegirangan melihatnya.
"sayang aku bukan remaja lagi". senyum kecutnya mulai mengembang ia melemparkan kantong plastik itu kepada temannya ketika pria itu tidak nampak dari penglihatannya.
"apa ini?" dengan rasa penasaran temannya yang baru masuk kelas itu menatapnya dengan penuh rasa tanda tanya.
"makanlah, aku membelinya lebih dan perutku terlalu penuh untuk menghabiskannya". ia berkata dengan senyum simpul.
aku tau kalau kini kita belum terlalu akrab tapi kedepannya kau akan sangat menyusahkan hidupku, sebelum kau memulainya lebih baik aku memberikan kebaikan ku yang tanpa pamrih ini.
"terimakasih, tapi kita tidak terlalu akrab" ia berusaha menolak.
"apakah kau tidak sayang jika aku membuangnya. ia memiringkan kepalanya seraya memohon dan tersenyum.
"baiklah jika kau memaksa". ia mengambil kantong plastik itu dan mulai duduk di bangkunya.
"menyingkirkan sampah di tempat sampah". gumamnya dan berjalan menuju ke pintu keluar menuju ke toilet.
suara di luar masih riuh dengan suara gadis-gadis pemuja dari pria tampan yang bernama Ariska itu. sesekali dia melihat Ariska masih merespon pujian dari gadis-gadis itu, menunjukan kesan kharismatik dan baik hati.
"apa pria itu tidak punya pusar, setelah memohon sambil tersengal-sengal sekarang ia sibuk menebar pesona kepada gadis-gadis itu". ia bergumam sepanjang jalan sambil melewati kerumunan itu.
"Naumi" ia memanggil gadis itu ketika melihatnya melewatinya. tatapan itu begitu tajam menembus kerumunan gadis-gadis itu dan terfokus pada satu sasaran.
Naumi berusaha menghindarinya, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil berjalan layaknya seekor kepiting.
"shit, kenapa dia masih bisa melihatku" desisnya kesal sambil menggerutu. setelah tinggal beberapa meter dari pintu toilet ia langsung mengeluarkan jurus langkah seribu dan membanting pintu toilet dengan seketika.
Ariska yang awalnya ingin menghampirinya mulai mengurungkan niatnya. "gadis itu bertingkah aneh lagi" batinnya.
bel tanda masuk kelas mulai berbunyi membuyarkan semua kerumunan yang bagaikan semut menyelimuti permen itu,. ya ia begitu manis bagaikan permen yang setiap gadis ingin menikmatinya dan memilikinya.
"bukankah sudah aman sekarang" ia mengeluarkan kepalanya dari pintu dan mulai menoleh ke kiri dan ke kanan. "aman" ia mulai merapikan seragamnya dan keluar dengan santainya.
"hei, kamu" seseorang yang memanggilnya dari arah belakang dengan suara serak yang khas pria berusia 40tahunan. ia kaget bukan main dan perlahan memutar kepalanya.
"ah, iya pak". "kamu kelas II C kan jam ini pelajaran bapak kan". "ah... iya pak" ia mengangguk dengan gugup. "bawa ini ke kelas dan kerjakan". "baik pak". ia berlari ke kelasnya sambil menenteng buku itu.
"ah rasanya pelajaran sekolah ini membuatku terasa sangat bodoh. bagaimana aku bisa mengubah hidupku bila aku sebodoh ini". ia membanting kepalanya di meja dan tertunduk lesu, tangannya diangkat satu dan melambai "es jus jeruk satu" .