Matahari pagi bersinar layaknya pedang yang mengkilau, menyinari seluruh Kota Horns. Sinar mentari yang hangat menyentuh wajah para warga yang mulai berkeliaran,
sementara para pedagang sayur mayur dan buah mulai menata dagangan mereka di sekitar kota. Sebuah pemandangan yang penuh kehidupan dan semangat, menandakan awal hari yang baru.
Di dalam markas Pasukan Hantu Merah, suasana berbeda terasa. Beberapa pasukan yang berjaga berbaris dengan tegak, memberikan penghormatan kepada Wakil Pasukan Hantu Merah. Suasana tegang dan disiplin terpancar dari setiap gerakan mereka, menunjukkan kesiapsiagaan dan loyalitas yang tinggi.
"Sudah beberapa hari ini kita melakukan pengintaian di dalam markas Khorkan. Kedepannya akan ada perputaran pasukan antara Pasukan Penjaga markas dan Pasukan Intai," tegas Mayrie sembari membaca lembaran kertas ditangannya. Suaranya berwibawa, menandakan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang berpengalaman dan tegas.
Para pasukan yang berbaris mendengarkan dengan saksama, wajah mereka menunjukkan kesiapsiagaan dan tekad untuk menjalankan tugas yang diberikan.
"Pergantian pasukan ini akan menjadi kesempatan kita untuk melancarkan serangan," lanjut Mayrie, matanya berbinar dengan rencana yang telah matang. "Kita harus memanfaatkan momen ini sebaik mungkin untuk mencapai tujuan kita."
Sementara itu Di dalam sebuah Kamar Seorang Pria sedang kebingungan dengan Situasi Yang terjadi.
Sementara itu, di dalam sebuah kamar, seorang pria bernama Gourment sedang kebingungan dengan situasi yang terjadi. Pagi itu, ia terbangun dengan rasa heran dan sedikit panik. Matanya menatap sekeliling ruangan, mencoba memahami apa yang terjadi.
Gourment tidak bisa bangun dari tempat tidurnya karena kehadiran Sabrina di sampingnya. Sabrina, dengan pakaian tidurnya, tertidur pulas di lengannya. Gourment hanya bisa menatapnya dengan pasrah, pikirannya berputar-putar, mencoba mengingat kejadian semalam dan mencari jawaban atas kejadian yang menimpanya.
"Berpikirlah Gourment..ayo berpikir..bagaimana kau bisa bangun dan menghindar dari situasi ini," ungkap Gourment dalam hati sembari mengatur nafasnya. Ia menatap wajah Sabrina yang tertidur pulas dan mencoba untuk memindahkan tangannya dengan hati-hati.
Tiba-tiba, suara ketukan pintu mengejutkannya. Namun, ia melihat Sabrina masih tertidur pulas. Perlahan, ia menarik pergelangan tangannya dan beranjak dari tempat tidurnya, kemudian membuka pintu kamarnya perlahan.
Di depan pintu, ia melihat Craux berdiri dan berkata, "Kau kesiangan ya, hari ini ada misi penting yang harus dikerjakan."
"Ahh Kapten Craux, baiklah aku akan mandi dan bersiap untuk pergi," jawab Gourment, berusaha bersikap tenang.
Saat pintu hendak ditutup, Craux menahan pintu tersebut dan berkata, "Kau nampak aneh hari ini."
"Tidak-tidak, tidak ada yang aneh," balas Gourment sembari mencoba untuk menutup pintu.
"Tidak, kau tidak bisa membohongiku. Kenapa suaramu begitu pelan?, dan kenapa kau terburu-buru?" tanya Craux sembari mendorong pintu.
Terjadi aksi saling dorong antara mereka berdua, dan pada akhirnya Gourment pun memperbolehkan Craux melihat kamarnya. Craux pun terkejut melihat Sabrina dalam keadaan tertidur dengan pakaian tidurnya. Kemudian ia menatap Gourment yang hanya menggunakan celana pendek.
"Kau?, ini yang kau sembunyikan?!" tanya Craux dengan nada heran, membuat Gourment sedikit gugup dan kebingungan.
Craux pun menutup pintu dan duduk di kursi. Perlahan, Gourment menceritakan apa yang terjadi.
"Hmm..jadi begitu?, kau tidak sadar bahwa Sabrina sudah ada di sebelahmu. Ceritamu sedikit bisa diterima, namun terlalu asing bagiku," jawab Craux, sedikit mengerutkan kening.
Gourment, dengan wajah yang memerah, mencoba menjelaskan, "Sumpah, Kapten. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana dia bisa sampai di sini. Aku terbangun dan dia sudah ada di sebelahku. Aku bahkan tidak tahu bagaimana dia bisa masuk ke kamarku!"
Craux, dengan nada bercanda, berkata, "Wah, sepertinya kau harus lebih berhati-hati. Jangan sampai kau tertidur lagi di dekat wanita cantik. Kau bisa saja terbangun dengan situasi yang lebih rumit."
Gourment hanya bisa terdiam, merasa malu dan sedikit geli dengan situasi yang tidak terduga ini.
"Baiklah, baiklah. Aku percaya ceritamu. Tapi, kau harus lebih berhati-hati. Tenanglah, ini sudah jadi kebiasaannya masuk ke kamar orang lain dan membuat gempar seisi markas," kata Craux, sambil tersenyum, seolah sudah terbiasa dengan tingkah Sabrina yang memang dikenal suka membuat kehebohan.
Gourment mengangguk, merasa lega karena Craux akhirnya percaya padanya. Namun, ia tetap merasa sedikit malu dan tidak nyaman dengan situasi yang tidak terduga ini.
"Sekarang, cepatlah bersiap. Kita harus segera berangkat," kata Craux, sambil bangkit dari kursinya.
Saat Craux menutup pintu, Gourment pun bersiap dan masuk ke dalam kamar mandi. Ketika selesai mandi, ia terkejut melihat Sabrina sudah duduk di ranjang, menatapnya dengan wajah setengah mabuk.
"Hey tampan," ucap Sabrina sembari perlahan membuka bajunya, membuat Gourment panik dan berlari menahan tangan Sabrina.
"Tolong Kapten, jangan seperti ini," ucap Gourment sembari menahan tangan Sabrina dengan panik.
Mendengar keributan, Craux pun masuk ke dalam dan melihat situasi di mana Gourment menahan tangan Sabrina dengan mengenakan handuk, sementara Sabrina, dengan wajah yang sedikit sembab, berusaha membuka bajunya.
Sementara itu, Mayrie yang kebetulan melintas melihat dari belakang Craux dengan wajah memerah, menahan tawa.
"Ahh.. Sial, ini akan jadi hari terburukmu kawan," ucap Craux sembari menatap Gourment yang panik, menahan tawa.
"Apa-apaan ini?," tanya Craux, berusaha menahan tawa.
"Kapten, tolonglah!," mohon Gourment, wajahnya memerah menahan malu.
Sabrina, dengan wajah yang sedikit mabuk, berkata, "Hei, tampan. Kenapa kau menghentikanku? Aku hanya ingin menyapa teman lama."
Gourment, dengan wajah yang memerah, hanya bisa terdiam.
"Sudahlah, Sabrina. Kembali ke kamarmu," kata Craux, sambil menarik Sabrina keluar dari kamar Gourment.
"Hei, aku belum selesai," protes Sabrina, sambil berusaha melepaskan diri dari tangan Craux.
"Sudah, sudah. Nanti kita bicara lagi," kata Craux, sambil menarik Sabrina keluar dari kamar.
Mayrie, yang masih berdiri di belakang Craux, akhirnya tidak bisa menahan tawanya.
"Hahaha, ini benar-benar hari terburukmu, Gourment," kata Mayrie, sambil tertawa dan membawa Sabrina ke kamarnya.
Setelah bersiap, Gourment dan Craux melangkah melalui lorong dalam markas. Desas-desus yang beredar tentang Gourment melakukan hal tidak senonoh dengan pemimpin Pasukan Hantu Merah terdengar jelas di antara para prajurit yang berlalu lalang.
"Gosip ternyata tersebar dengan cepat," ucap Craux dengan senyum geli, seolah menikmati situasi yang menegangkan.
Gourment, yang menahan malu di balik topeng putihnya, hanya bisa terdiam. Ia merasa panas di pipi, dan berharap bahwa tidak semakin aneh dan tidak masuk akal.
"Jangan khawatir, Gourment. Gosip ini akan cepat mereda. Orang-orang di sini senang bergosip, tapi mereka juga cepat melupakan," kata Craux, mencoba menenangkan Gourment.
Gourment mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi rasa malu. Ia berharap bahwa kejadian pagi inj tidak akan menjadi penghalang bagi dirinya untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
"Kita harus fokus pada misi kita," kata Craux, sambil menatap Gourment dengan serius. "Jangan biarkan gosip ini mengacaukan konsentrasi kita."
Gourment mengangguk setuju, Ia tahu bahwa Craux benar. Mereka harus fokus pada misi mereka dan tidak membiarkan gosip mengganggu konsentrasi mereka.
"Ayo, kita pergi," kata Craux, sambil melangkah maju.diikuti dengan langkah gourment dari belakang.