Download App
66.66% MIMPI TERBURUK DALAM HIDUPKU / Chapter 8: Bab 8

Chapter 8: Bab 8

Aku senang karena bisa terbebas dari siksaan yang menyakitkan itu. Aku bingung kenapa aku bisa menjawab "iya" tanpa ragu ragu padahal Leon adalah orang yang sangat licik.

Ada rasa lega yang muncul dalam diriku tetapi ada kewaspadaan yang muncul juga di dalam diriku. Karena aku tidak tau apa yang akan Leon perintahkan kepadaku.

Leon hanya tersenyum, tetapi senyum tersebut adalah senyum jahat. Aku benar benar bingung maksud senyumnya itu.

Leon menepuk tangannya dua kali dan dengan cepat ada dua orang pria yang masuk membawa sofa untuk ia duduki. Leon langsung menduduki sofa tersebut dan memberiku perintah.

"Oke, perintahku yang pertama adalah kamu harus menjahit lukamu sendiri tanpa menggunakan obat bius. Untuk benang dan jarumnya akan aku berikan yang sterile"

"Apa?" kataku dengan sangat terkejut

Mataku terbelalak  begitu mendengar kata kata Leon.

"Apa? Bukankah kamu sudah berjanji akan menuruti semua kata kataku" kata Leon sambil tersenyum

"Bukankah kamu bilang akan berhenti menyiksaku. Tapi perintahmu tadi itu bukanya perintah yang akan membuatku tersiksa"

"Siapa yang bilang aku akan berhenti menyiksamu. Tadi kan aku hanya menjawab 'Tentu saja bisa' dan 'ya' aku tidak bilang 'Aku akan berhenti menyiksamu' bukankah begitu?" kata Leon sambil melipat kedua tanganya di dada, memiringkan kepalanya dan setelahnya menaikkan satu alisnya sambil tersenyum.

"Kamu licik"

"Bukankah kamu tau itu" tanya Leon dengan muka yang menyebalkan bagi Luna.

"Oke. Sekarang waktunya untukmu melaksanakan perintah dariku" kata leon dengan semangat.

Leon menepuk tangannya dua kali dan setelah itu ada pelayan yang masuk membawa nampan berisi benang dan jarum. Pelayan tersebut menunggu perintah selanjutnya dari Leon, ia berdiri di belakang Leon sambil menundukkan kepalanya.

"Aku tidak mau melakukannya" kataku dengan tegas

"Benarkah" Kata Leon sambil mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.

Aku benar benar kaget saat Leon mengeluarkan foto Aqila dari saku bajunya. Aku benar benar bingung, darimana Leon mendapatkan foto Aqila.

"Sekarang aku tanya padamu. Kamu lebih memilih menjahit luka itu sendiri..atau...Kamu mau aku membunuh orang yang ada di dalam foto ini" kata Leon dengan santainya namun terdengar mengancam

"Jangan kamu sentuh dia sedikitpun" kataku dengan penuh amarah

Aku benar benar marah kepada Leon, kenapa dia harus membawa bawa Aqila yang sudah aku anggap seperti keluarga sendiri. Padahal dia tidak ada hubungannya dengan ini. Darimana Leon tau bahwa Aqila sangat penting bagiku, walaupun aku suka iri kepadanya tetapi aku tetap menyayanginya.

"Baiklah aku tidak akan menyentuhnya asal kamu mendengarkan kata kataku" kata Leon dengan santai

"Baiklah aku akan melakukannya" kataku pasrah

Leon memberi isyarat kepada pelayan yang berada dibelakangnya untuk maju dan menaruh nampan berisi benang dan jarum tersebut tepat dihadapanku. Setelah menaruh nampan tersebut pelayan itu langsung pergi meninggalkan ruangan.

Aku mengambil jarum secara perlahan dan gemetaran. Sedangkan Leon hanya duduk dan melihatku dengan senyuman jahatnya.

Aku mulai menjahit pada bagian dengkul yang jahitannya terbuka. Aku menahan rasa sakit yang amat sangat menyiksa. Rasanya perih, sakit dan ngilu yang aku rasakan sampai ketulang.

Di satu sisi aku tidak mau menjahit luka di dengkul karena aku tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya. Tapi disisi lain aku harus menjahit luka tersebut, kalau aku tidak menjahitnya Leon akan membunuh Aqila. Aku percaya bahwa Leon akan benar benar membunuh Aqila karena ia adalah seseorang yang tidak akan lari dari kata katanya.

Satu jam telah berlalu Leon masih saja duduk dan memperhatikanku menjahit luka. Seperti tidak ada kata bosan di dalam kamusnya.

"Sudah..aku jahit..semua lukanya.." kataku dengan nafas yang tidak beraturan.

"Bagus" kata leon sambil tersenyum

"Oke, perintah yang selanjutnya"

"Apa?...Apakah yang ini...tidak cukup untukmu.." kataku setengah terkejut dengan nafas yang masih tidak beraturan.

Leon hanya menggeleng pelan. Dia benar benar iblis lebih tepatnya raja iblis. Tidak ada rasa kasihan di dalam dirinya. Atau dia memang tidak bisa merasakannya.

"Apa yang selanjutnya" tanyaku kepada Leon

Leon menepuk tangannya sebanyak dua kali untuk yang ketiga kalinya. Pelayan lain datang dengan membawa nampan berisi kantung darah.

Aku sempat berfikir bahwa Leon sudah merencanakan ini semua.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C8
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login