brush...brushhh.brush
Terdengar suara seorang yang sedang menyapu dihalaman depan rumah.
"Dek mami mu ada??" tanya seorang pria.
"mami?? umi maksudnya??" tanya balik seorang gadis.
Pria itu adalah Ilyas sedangkan gadis itu adalah Ayisa.
Ayisa selalu bangun sebelum shalat subuh, sebelum sholat dia menyempatkan diri untuk mandi terlebih dahulu kemudian sholat, selesai sholat sebagai kegiatan pengganti olahraga dia terlebih dahulu membersihkan halaman rumahnya dan itu dilakukan setia hari.
"iya itu maksudnya!" ucap Ilyas.
"umi ada kok didalam! masuk aja!" ucap
"temenin!" ucap Ilyas.
kata itu membuat Ayisa risih karena Ayisa sangat tidak suka dengan orang yang banyak bicara.
"masuk aja sendiri!!" ucap Ayisa sedikit membentak.
Ayisa mulai merasa terganggu kedatangan Ilyas emosinya mulai tak terkendalikan.
"temenin ngapa!?" ucap Ilyas sedikit merayu.
"emangnya mau ngapain???" tanya Ayisa.
"mau ngelamar kamu!" ucap Ilyas.
Ayisa mencoba menenangkan emosinya.Dia sangat tidak suka dengan bercandaan.
Tapi maksud Ilyas mengatakan itu adalah serius ingin melamar Ayisa.
Ayisa seseorang yang sangat tidak peka terhadap apapun, kadang serius dibilang bercanda dan kadang bercanda dibilang serius.
Ilyas sangat mengerti dengan sikap Ayisa yang sangat berlawanan dengan sikapnya.
Walaupun begitu Ilyas dengan tekad besar ingin serius menjalin hubungan serius dengan Ayisa.
***
Tak ingin menunggu lama Ilyas masuk kedalam rumah Ayisa.
Rumah Ayisa dan Ilyas saling berdekatan bersampingan, setiap hari setelah sholat subuh Ilyas selalu memperhatikan Ayisa dari atas lantai dua rumahnya.
Seusai sholat subuh Ayisa pasti sudah memegang sapu dan skop sampah yang akan digunakan untuk membersihkan
halaman rumahnya.
***
Ilyas berbincang-bincang dengan Uminya Ayisa, mereka terlihat serius dengan sedikit bercandaan dari Ilyas.
Ayisa yang memperhatikan dari jauh mereka sedang membicarakan suatu hal yang serius.
Ayisa mengintai mereka dan mencoba untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan tapi sayang Ayisa ketahuan oleh Ilyas.
Ilyas melihat Ayisa yang mencoba mendengar pembicaraannya dengan Ani.
Dilihat oleh Ilyas, Ayisa cepat-cepat memalingkan wajahnya dan berjalan seolah tak terjadi apapun.
"Ayi.. bikinin kopi buat kakakmu" ucap Ani.
Ani menyuruh Ayisa untuk membuat kopi untuk Ilyas.
Ilyas bukan hanya tetangga, tetapi juga sepupu Ayisa.
Ani Uminya Ayisa dan Irham ayahnya Ilyas adalah saudara kandung.
Dengan cepat Ayisa pergi menuju dapur dan membuat beberapa secangkir kopi.
***
Setelah membuat kopi Ayisa membagikan kopi yang dibuatnya.
Ani menyuruh Ayisa untuk memberikan juga pada Ilyas.
Ayisa berjalan menuju tempat Ilyas duduk.
Ayisa menghembus nafas keras disamping Ilyas, dan membuat Ilyas sedikit kaget.
Tapi Ilyas tersenyum saat Ayisa berdiri disampingnya.
Setelah memberikan secangkir kopi Ayisa berjalan kecil menuju kamarnya karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 dan dia harus pergi kesekolah.
Seusai Ayisa bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, Ayisa turun, menuruni anak tangga kemudian berjalan keluar dari rumah, sebelum keluar dari rumah Ayisa tidak pernah lupa untuk bersalaman dengan Abi, Umi, Bagas, dan Arisa.
Arisa adalah kakak kandung pertama Ayisa, sedangkan Bagas adalah kakak kandung keduanya.
***
"Ayi... maaf ya kakak nggak bisa antar kamu kesekolah!" ucap Bagas sambil menatap fokus labtopnya.
"ahh, tapi kak! Ayi kesekolah naik apa?"tanya Ayisa.
"diantar sama Ilyas aja!" ucap Ani.
Ayisa sangat terkejut mendengar ucapan Uminya.
"nggak bisa!! bukan muhrim!!!!" ucap Ayisa membentak keras.
"terus mau naik apa?? mau naik ojek, naik bus, mau naik angkot, atau naik taksi??? supirnya kan juga bukan mahram kamu!!! lebih aman kalau kamu diantar sama Ilyas" ucap Arisa.
Ayisa memanyungkan bibirnya kesal, kenapa semuanya harus seperti ini.
"iya!! kita bisa berangkat sekarang kalau Dek Ayi mau!" ucap Ilyas.
Mau tidak mau Ayisa harus mau ikut, apalagi RS tempat Ilyas bekerja satu arah dengan sekolahnya Ayisa.
Dengan berat hati Ayisa harus ikut, dia menghela nafas berat dan mengikuti Ilyas dibelakang.
Ilyas membukakan pintu mobil bagian depan, tapi Ayisa tidak ingin duduk disampingnya, Ayisa memilih untuk duduk dibagian belakang.
Selama perjalanan hanya ada keheningan, tak ada kata sedikit pun sampai tak terasa mereka sudah tiba di sebuah sekolah yang sudah mulai ramai.
"nanti mau dijemput??" tanya Ilyas.
"nggak usah! nanti kak Bagas yang jemput!" ucap Ayisa dengan tegas.
Sebelum Ayisa turun, Ayisa menjangkau tangan Ilyas dan mencium punggung tangan Ilyas, bukan karena dia mulai suka pada Ilyas tapi karena sudah menjadi kebiasaan Ayisa.
"terima kasih, Assalamualaikum"
"iya, waalaikumsalam"
Ilyas tersenyum lebar ketika Ayisa mencium punggung tangannya.
Sebelum pergi Ilyas mengintai Ayisa dari kejauhan, memastikan bahwa Ayisa benar-benar masuk kedalam kelasnya.
Ayisa membalikkan badannya dan melihat mobil Ilyas masih terparkir didepan sekolahnya, Ayisa melambaikan tangannya dan sedikit tersenyum pada Ilyas.
Ayisa pergi dan berlalu dari tempat berdirinya, dan Ilyas pun berlaku Karena Ayisa benar-benar sudah memasuki kelasnya.
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT