Sepeninggal Ben, aku merawat luka Roaman, mengobati wajahnya, mengompres bibir dan matanya supaya tidak terlalu bengkak.
Aku peluk pria istimewa itu, lalu ku elus punggungnya, aku minta maaf karena tidak memperdulikannya, aku menangis sesenggukan, menyesali betapa egoisnya diriku.
Hei, sunshine jangan menyalahkan dirimu! bisiknya,
Damn it seharusnya aku yang menghiburnya, bukan dia yang menghiburku.
Lalu ku usap rambutnya yang hampir menyentuh bahunya, ku elus bibirnya yang pecah karena pukulan Ben,
Sial!!! bibirku memaki Ben, pria bodoh tidak punya otak.
Roaman tersenyum mendengar aku memaki, lalu dia mengelus pipi dan bibirku sambil berkata no, Belinda kamu tidak pantas berkata buruk.
Aku bertanya, Ro... apakah sakit??? dia tersenyum, tidak apa - apa demi mu akan ku berikan semuanya. Aku pun menangis lagi, dan lagi. Roaman mendekapku, menghiburku dengan kasih sayangnya. Ku lihat matahari hampir terbenam, Roaman sudah mandi, ku paksa makan masakanku meskipun rasanya tidak enak, lalu ku minumkan obat, kemudian ku tuntun ke kamar supaya dia istirahat untuk jiwanya yang lelah. Sebelum terlelap dia memegang tanganku dan berkata aku akan datang padamu setelah aku lebih baik, bisiknya...
Iya Ro... aku akan sabar menunggu, jangan lupa ada Cintya yang perlu kau tolong kataku. Ku lihat, matanya menerawang lampu kamarnya lalu dia membelakangiku dan berkata, tutup pintu, dan matikan lampunya saat kau keluar Belinda.
**********************
Aku keluar dari apartemen Roaman dengan tubuh yang sangat lelah, pikiran yang berkecamuk mengingat dalamnya luka yang dialami Roaman, ingin segera sampai di rumah beristirahat.
Ku arahkan pandanganku ke depan, ku lihat pria yang sama yang memukuli Roaman menatapku dengan tajam.
Hahhhhhh, ku hembus nafasku dengan kuat berharap bisa menambah kekuatan untuk menghadapi pria ini.
Please Ben aku lelah! bisikku,, berharap itu akan membuat dia mengerti. Dia menyeringai ke arahku maju berderap dengan kaki panjangnya yang kokoh. Memegang tanganku dengan erat, saat aku meringis karena menahan kesakitan ia malah tersenyum lebar. Ia mengangkat tubuhku masuk ke dalam apartemennya, aku marah, berteriak. Ben turunkan aku, turunkan aku tapi tidak pernah di dengarnya.
Apa kau bilang May, menurunkanmu? membiarkanmu kembali ke rumah? tidak akan!!!
Kau tahu betapa paniknya aku saat kau menekan bel, menggedor hingga tanganmu kesakitan, berlari ke lobby, berteriak, memerintahkan pengurus apartemen membuka pintu pria itu, hingga kau melihat pertujukan menjijikkan itu dan saat aku membelamu, kau malah mengusirku tidak cukup hanya itu ku berharap kau keluar dari kamar itu sambil berurai air mata dan ternyata itu hanya khayalanku saja, tujuh jam aku menunggu kapan kamu keluar dari tempat laknat itu, ternyata kamu keluar bukan dengan air mata tetapi dengan tubuh yang lelah. Aku marah, cemburu apakah kamu melayani nafsu bejat laki - laki itu juga seperti wanita pelacur tadi?
Kau membangunkan manusia macan dalam tubuhku May, jika kau begitu memuja bajingan itu maka aku pun akan bertindak bajingan hingga kau mengerangkan namaku dari bibirmu, bersiaplah Love akan ku penuhi panggilanmu!!!
Ku rasakan tubuh May meronta - ronta meminta agar aku melepaskannya, lalu ku bawa dia ke kamarku ku hempaskan tubuhnya di kasur king size itu. Mata kami saling melotot, adu amarah dan situasi ini membuat gairah macanku semakin hidup...
Aku naik ke atas tempat tidur, ku kunci ke dua pergelangan tangan di atas kepalanya. Dia menolakku menggunakan kakinya, dengan kaki ku yang panjang ku kunci pahanya. Sehingga dia tidak bisa melawan. May, hanya menggerakkan pinggangnya ke kanan dan ke kiri.
Ku lancarkan serangan ku kulum, hisap, belai bibirnya dengan lidahku awalnya dia menggerakkan kepalanya, menolak tapi aku sudah bertekad menggunakan waktu sepanjang malam ini untuk menaklukkannya.
Setelah beberapa lama ciumanku yang rakus berjalan mulus di bibirnya, ku rasakan May ikut larutan dalam permainan ini. Aku tersenyum, melihat ada kabut gairah di bola matanya tangannya yang sudah terlepas di gunakan untuk mengelus punggung, dadaku, menyentuhku di segala tempat, membuat suasana semakin memanas. Tidak tahu siapa yang memulai baju ku dan May sudah berserakan di mana - mana. Ciuman menuntut terus terjadi, tanganku menyentuh tubuhnya, membelai, meremas, tak ku biarkan hanya pria bajingan itu yang menyentuhnya, ku tandai tubuhnya dengan kiss mark dari bibirku, ku cucup putingnya, ku manjakan dengan gigitan - gigitan kecil.
Ku dengar suaranya dipenuhi gairah, wajahnya memerah, tubuhnya sudah dikendalikan oleh gairah. Tenang love aku akan memuaskanmu! pikirku.