19. Rumah keluarga Jnas
Jnas melajukan mobilnya meninggalkan rumah paman Abdullah bersama Elif di sampingnya, mobil mereka berjalan sedikit ngebut tiga puluh kilometer per jam. menyusuri kawasan kota Mosul dan menuju rumah Jnas di daerah Niniwe di distrik Sumar dekat dengan Masjid Quba, Niniwe daerah tempat tinggal Jnas, Niniwe adalah kota kuno yang disebut "kota yang luar biasa agung" dalam Kitab Yunus. Kota ini terletak di tepian timur sungai Tigris dan merupakan ibu kota kerajaan Asiria purba. Situs kota purbakala ini terletak tepat di seberang kota Mosul, di Provinsi Ninawa, Irak, kota yang penuh dengan sejarah kuno.
lima belas menit kemudian, Jnas sudah memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya, Jnas membuka pintu untuk Elif dan menuntunnya untuk keluar dari mobil, setelah mereka keluar dari mobilnya, Jnas melihat Yunus adik bungsu Jnas keluar dari rumahnya dengan pakaian rapi dengan gaya khasnya.
" Hai Yunus !" Sapa Jnas.
" Hai kak kamu sudah kembali dari basecamp ? "
" Iya nih... apakah mamah ada di rumah ?" Jnas balik bertanya
" ada di dapur tuh, waah waah apakah ini Elif mu gadis Indonesia itu" Yunus melihat gadis di samping Jnas dan sambil menyodorkan tangannya.
" kenalkan nama ku Yunus adik Jnas, ahaa kita sudah kenal bukan di telpon?" ucapnya.
" iya aku mengingat mu ... salam kenal Yunus" ucap Elif.
"Bagaimana Elif apakah aku lebih tampan dari kakak ku hahaaa ?" ucap Yunus sambil mengedipkan sebelah matanya.
Elif tertawa mendengar candaan adik Jnas itu. memang Yunus lebih tampan dari Jnas ia lebih mirip ibunya sedangkan Jnas lebih mirip dengan ayah mereka. mereka empat bersaudara dan Elif sudah mengenal ke seluruh keluarga Jnas, mereka tinggal berlima di rumah itu karena ayah Jnas telah meninggal tiga tahun yang lalu.
Jnas berdehem dan menyela pembicaraan Elif dan adiknya yang sangat usil itu.
" ehem.. Yunus kamu kerja, bukankah libur di hari Jumat" ucap Jnas pada adiknya, memang di Irak dan sebagian tanah arab hari libur bukan hari minggu melainkan hari Jumat, karena hari Jumat menurut mereka penuh adalah hari yang berkah dan sangat baik untuk berkumpul dengan keluarga, bukan hari untuk kerja.
" Aaah Tidak.. aku hanya ingin beli pulsa di conter depan " ucapnya sambil berpamitan dan berlalu dari hadapan Elif dan kakaknya.
Jnas membuka pintu depan rumah mereka, Jnas menuntun Elif untuk duduk di sofa ruang tamu dan hendak akan memanggil ibunya.
" Jnas " sapa seorang wanita dari arah samping Jnas dan Elif.
Jnas menoleh, " mamah... bagaimana kabar mamah?" Jnas memeluk dan mencium tangan ibunya, ibunya melihat ke arah Elif.
" sehat semua di sini, waaahhh bukankah dia Elif ?"
Elif bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri ibu Jnas, ibu Jnas langsung memeluk Elif dan mencium kedua pipi gadis di depannya itu.
" kamu sangat cantik sekali nak." ucapnya sambil tak hentinya memandangi gadis di depannya itu.
" terima kasih bibi, dan bibi juga sangat cantik "
" ahhh kamu, sudah tua begini di bilang cantik, ayoo duduk kembali aku akan buatkan teh."
" tidak perlu bibi kami sudah minum teh di rumah paman Abdullah tadi"
ibu Jnas ia wanita yang sangat baik, dan cantik dan ia sangat antusias saat melihat Elif, yang awalnya Elif gugup saat mau bertemu ibu Jnas, kini saat ini malah ia merasa nyaman bersamanya dan mengobrol panjang lebar dengan ibu Jnas. dari pintu depan masuk seorang gadis tinggi cantik dan berkulit putih menghampiri mereka.
" wooooww Jnas kejutan ini, bukankah dia Elif ?" ucapnya terkejut, seluruh keluarga memang mengenal Elif lewat telpon dan video call, Jnas telah memperkenalkan mereka semua.
" Hai Tamara, bagaimana kabar mu ? " Sapa Elif
" Hai... baik " kata Tamara sambil melongo
Elif hanya mengangguk dan tersenyum
"Sungguh dirimu ada di sini girl " Tamara adalah adik Jnas yang pertama, ia langsung memeluk Elif, Jnas hanya tertawa dan senang melihat tingkah mereka semua, Tamara memiliki wajah yang mirip dengan Jnas mewarisi wajah ayah mereka.
" oh girl kamu bisa berbahasa Irak, ini sebuah kejutan" ucapnya sambil tertawa
" ya aku sedikit bisa berbahasa Irak karena dua tahun ini Jnas selalu mengajari ku"
" oh good girl... ini sangat bagus sekali" ucap Tamara dalam bahasa inggris mereka sekeluarga bisa berbahasa inggris karena ibu mereka mewajibkan anak anaknya belajar bahasa inggris ibu Jnas adalah dosen di sebuah universitas Mosul, ia mengajar sastra inggris.
" oh mamah aku sangat lapar kenapa kita tidak makan bersama saja sore ini" ucap Tamara pada ibunya.
" ide yang sangat bagus" jawab Jnas dengan antusias
" baiklah aku akan menyiap kan makanan di dapur sementara Jnas ajaklah Elif melihat lihat rumah dan kamu Tamara pergi mandi , kamu sangat bau " kata ibu Jnas sambil beranjak dari tempat duduknya.
Tamara hanya tertawa masam kepada ibunya dan ibu Jnas beranjak ke dapur, menyiap segala macam makanan, Tamara pergi ke kamarnya, Elif melihat lihat ruang tamu Jnas dengan saksama, ruang tamu itu terasa lapang, hangat, anggun dan sedikit mini malis, tidak banyak hiasan dan aksesoris yang di pasang, hanya ada sebuah lukisan kaligrafi agak besar, lalu lukisan Menara Masjid Mekkah, lukisan lengkungan lengkungan dalam masjid, semuanya lukisan cat di atas kanvas yang sangat indah.
"itu lukisan sendiri?" gumam Elif sambil manggut manggut.
lalu Elif berjalan ke ruang keluarga di temani Jnas di sampingnya, di sana ia terkejut melihat sebuah piano bertengger manis di dekat sebuah vas bunga.
" Jnas kamu memiliki sebuah piano?"
" Iya... piano milik ayah ku, hadiah dari temannya dulu"
Elif menghampiri piano itu dan mengelusnya
" apakah ayah mu bisa bermain piano"
" hahaaaa kami semua tidak ada yang bisa bermain piano ayah hanya tahu sedikit, bisa di bilang ini hanya pajangan di rumah ini."
" Jnas boleh kah aku mencoba memainkannya."
" waah sungguh kau juga bisa bermain piano Elif? "ucapnya terkejut.
" iya sedikit " ucap Elif pelan
ia menyentuh piano itu dengan lembut