Di klub malam Airis, di salah satu ruangan VIPnya, tampak Raymond yang tengah mabuk menggebuki seorang perempuan. Ternyata perempuan tersebut adalah prostitusi. Ia minta ampun agar diampuni oleh Raymond. Namun Raymond tidak memberinya ampun
"Dasar pelacur, berani-beraninya kau menolak customer yang harusnya kau layani dengan baik." Raymond menjambak rambut perempuan pekerja malam tersebut.
Berkali-kali ia membenturkan kepala wanita itu ke lantai hingga kepalanya berdarah.
David yang baru tiba dan ingin ke ruangan VIP yang telah dipesannya di Klub Airis tidak sengaja mendengar keributan yang dibuat Raymond tersebut. Kebetulan Raymond sudah membuka pintu ruangannya dan menendang wanita tersebut untuk keluar.
Tamu yang lain tidak berani berkonfrontasi dengan urusan Raymond karena tahu jika Raymond adalah salah satu pemilik dari Klub Airis.
David sempat-sempatnya melihat keadaan wanita yang dipukuli Raymond tersebut sudah babak belur dan yang membuatnya lebih tercengang adalah wanita itu adalah salah satu temannya di panti asuhan.
Ia pun menolong wanita tersebut dan menyuruh pelayan membawanya ke rumah sakit. Raymond marah karena urusannya diinterupsi oleh David.
"Kau... kau lagi, selalu saja ikut campur dengan urusanku!" bentak Raymond.
"Apa salah wanita ini kepadamu?" tanya David.
"Itu bukan urusanmu?!"
"Apa Jessica tahu jika kau suka menyewa pelacur di klub?"
"Bangsat! Kau mengancamku?!" bentak Raymond.
"Tidak... Hanya saja... Kau harus tahu jika kau tak pantas mendapatkan Jessica!"
"Kau pikir masa lalumu dengan Jessica tak lebih baik dari ini?!" Raymond membalas balik.
"Kau tahu sekali sepertinya apa saja yang telah aku lakukan dengan Jessica dulu?!" David tersenyum licik.
"Sialan, KAU! Kau tak lebih brengseknya dariku!"
"Aku tak sudi disamakan dengan Pria munafik sepertimu!'
"Kau... Apa katamu?"
"Di depan Jessica kau berusaha menjadi boyfriend material, tapi di belakangnya kau menyewa pelacur untuk memuaskan nafsumu!"
Raymond tertawa licik. "Jessica mencintaiku begitu juga aku, sangat mencintainya. Aku tidak pernah berpura-pura mencintainya. Dengar itu! Pelacur kerjanya kan memang memberikan pelayanan dan bukan salahku jika aku ingin memakai jasa mereka, toh aku juga membayar mereka!"
"Neo... cheongmal shuregi (kau benar-benar sampah)!" David memaki dengan sudara lirih.
Raymond menantang David. "Kalau aku sampah, kau juga sampah! Keurae (benarkan)?!" Raymond mendorong bahu kanan David, berniat memancing emosi David.
David mengumpulkan emosinya. Wajahnya mulai menegang, tangannya sudah mengepal kencang... Ia sedari tadi berusaha menahan-nahan agar tak terpancing emosi namun...
Tiba-tiba David menonjok...
Tembok di sampingnya. Ia tak bisa melampiaskan pukulan ini langsung ke arah Raymond.
Ia telah belajar banyak jika melampiaskan emosi secara langsung tidak akan membawa manfaat yang banyak.
Otomatis tangannya berlumur darah.
Raymond yang melihat David dengan wajah yang sudah emosi langsung tercengang. Padahal tadinya Raymond sudah siap jika sampai David memukulnya, namun yang terjadi adalah David melampiaskan amarahnya ke dinding, bukan ke dirinya.
"Ingat ya... saya nggak akan sudi melumuri darah orang lain dengan tangan saya sendiri, CAMKAN ITU!" ancam David. Ia pun pergi meninggalkan Raymond dengan darah yang berceceran di tangannya.
***
David menghempaskan peluru-peluru dari senapannya. Ia berhasil menembak tepat sasaran. Lengkap dengan perlengkapan keselamatan latihan tembaknya ia berlatih menembak. Setelah puas, ia pun memilih beristirahat, ia pun meletakan senjatanya dan melepaskan kacamata tembaknya. Ia mengambil air minum di mejanya.
Seseorang datang menemuinya di arena latihan tembaknya.
Seorang wanita setengah baya berambut sebahu menggunakan blus modis berwarna merah maroon selutut menghampiri David. "Seojoon-na..." panggil Ibu tersebut.
David kaget melihat penampakan Ibu tersebut.
Wanita yang menemuinya tidak lain dan tidak bukan adalah Jang Miri, Ibu kandungnya. "Seojoona... kau pikir kau sudah menjadi hebat karena diasuh oleh keluarga kaya raya?!"
David diam dan tersengang mendengar Ibunya berbicara. "Eom... Eomma..."
"Kau kira bisa menghancurkan hidupku dan suamiku dengan cara mengakuisisi Samkyung dan memecat suamiku?!"
David tetap diam.
"Asal kau tahu ya, suamiku sudah mendapat pekerjaan yang lebih bagus dan kali ini tidak bisa disentuh olehmu! Jangan coba-coba mengganggu ganggu kehidupanku lagi! Mengerti!" bentak Miri.
"Kau begitu membenciku kah? Apa salahku?" David alias Seojoon tak kuasa mulai berkaca-kaca saat Ibunya memintanya menjauh dari kehidupannya.
"Kau sendiri tidak ingin dikenali sebagai Seojoon kan melainkan David Park? Jadi tidak usah pura-pura sedih seperti itu, aku tahu karena Bu Mikyung. Aku datang ke panti dan dia menceritakan semuanya... Kau ingin balas dendam?! Coba saja, aku tidak akan takut..." Miri memelototi Seojoon alias David.
"Kau kenapa sekejam itu padaku?"
"Asal kau tahu, aku benci sekali dengan Ayahmu yang telah membuat hidupku sengsara! Sudah bagus aku menaruhmu di panti asuhan yang bagus!"
Ibu yang mengandung David selama sembilan bulan tersebut kini menjadi wanita yang tidak ingin mengakui kebaradaannya. Ia sudah terlanjur benci dan tidak suka kepadanya.
"Pria yang bersamamu kini memang punya uang berapa banyak sehinga membuatmu meninggalkanku?!"
"Dia... memang bukan milyarder seperti orang tua angkatmu, tapi dia sangat mencintaiku dan memberikanku segalanya, dia juga mempunyai anak-anak yang menyayangiku, mereka menyayangiku seperti mereka menyayangi ibu kandung mereka sendiri!"
Tatapan David kosong.
"Ingat ya Seojon... maksudku David, jangan pernah mencoba balas dendam kepadaku! Kalau kau mau, balas dendamlah kepada ayah kandungmu karena dia lah yang sudah menelantarkan kau... Dan aku!"
Miri pun segera pergi meninggalkan David.
Hati David sangat hancur dengan perkataan ibu kandungnya tersebut. Sejahat-jahatnya Ibu, tapi dia tidak menyangka jika Ibu kandungnya akan tega berkata seperti ini.
Hatinya yang rapuh benar-benar sudah tak bisa diobati lagi. Kini keputusannya untuk balas dendam semakin menjadi-jadi.
Mengenai ayah kandungnya, ia juga sebenarnya sudah tahu siapa ayah kandungnya. Ayah kandungnya adalah cucu dari pemilik dari stasiun TV berita, TVS dan merupakan salah satu pewaris dari stasiun TV tersebut yang bernama Louis Han.
David adalah dalang dipecatnya Yeonhee dari stasiun TV tersebut karena ia tahu jika sebenarnya Yeonhee diam-diam berselingkuh dari tunanganya, Charles dengan ayah kandungnya. Ia kebetulan merupakan rekan bisnis Jo Insung yag juga merupakan teman Raymond. Ia yang memberitahu kepada Jo Insung jika ayah Yeonhee, Soojong bersalah atas kasus korupsi di Samkyung dan ia memang memegang bukti korupsi dari Soojong.
Yeonhee. Pikirnya. Sekarang giliran saya harus membuang Charice dan yang saya butuhkan sekarang adalah kakaknya. Akhirnya terpakai juga si gadis yang pura-pura bersikap baik ini. Kasihan sekali Charles dibodohi beberapa tahun ini dengan wanita seperti itu. Dan untukmu Charles, kau pikir kau bisa membuktikan kesalahanku atas meninggalnya Bibi Denis? Tidak akan ku biarkan kau menemukan satu bukti pun mengenai kejadian itu. Charice untukmu, bukan salahmu menjadi anak dari Soojong, adik Yeonhee, atau bawahan dari Raymond, namun sayangnya kau berada di situasi yang tidak tepat itu. Aku akan meyelesaikan sesuatu terlebih dahulu, maaf ternyata ini tak bisa semulus seperti yang saya rencanakan.
David kembali memakai kacamata tembaknya dan meraih senjatanya.
Ia pun menarik pelatuk senjatanya berkali-kali. Semua benar-benar mengenai titik tegah sasaran.
***