aku Hana, sangat bersyukur dengan hidupku, semuanya berjalan dengan lancar dan pikirku, semestinya hidup memang seperti itu.
aku termasuk siswi cerdas. nilaiku selalu memuaskan walaupun tidak pernah juara pertama. dari sekolah dasar, menengah, akhir, semua berlalu tanpa hambatan, tidak sulit untuk masuk ke sekolah bergengsi pada saat itu, ditambah lagi aku memiliki pacar seorang perwira. kami berpacaran dari sekolah menengah atas. kemudian dia lulus menjadi perwira dan aku mengambil studi kesehatan.
semuanya yang mengenal ku, berkata. aku sangat beruntung. baik dilihat dari status keluargaku, maupun masa depanku. bahkan ada yang iri dengan hidupku. bagiku. ini semua adalah hasil dari apa yang aku perjuangkan. inilah takdir ku. diatas rata-rata kebanyakan orang. ketika semua bersusah payah mendapatkan sesuatu, harus menguras tenaga, pikiran bahkan harta. tapi tidak berlaku bagiku. aku diperlakukan istimewa. tiada yang berani meremehkanku. betapa sombongnya aku pada saat itu. betapa naif dan polosnya aku. menganggap hidup ini enteng. semuanya didalam kendaliku.
walaupun ku tak cantik dan walaupun awalnya aku termasuk gadis minder, pemalu karena ukuran tubuhku yang mungil, ditambah aku tidak putih, tidak seksi, tidak pandai merias wajah, bahkan aku sering & merasa nyaman berpakain longgar ala cewek tombo tapi seiring berjalannya waktu. tumbuh rasa percaya diriku dikarenakan para pria berkata, mereka menyukai ku karena aku istimewa, aku sempurna di mata mereka. aku tidak percaya pada awalnya.
tapi setelah flashback beberapa pria yang dulu mengutarakan cinta padaku, aku sempat berpikir mereka punya rabun mata. atau hanya bermain dengan kata kata atau hanya ingin membuatku geer dan lalu berkata "aku hanya bercanda " makanya selalu kutolak dengan berkata "aku nda mau" "aku belum mau pacaran ". aku tak percaya mereka sungguh menyukaiku & pasti hanya ingin menggodaku.
senyum kecut keluar dari bibirku sembari tanganku melemparkan pukulan yang cukup keras ke arah bahu pria tersebut. dia hanya meringis mengatakan "sakit Hana" aku lalu meninggalkannya tanpa berkata apa apa lagi. meninggalkan pria tersebut dengan tatapan bengong seolah tak percaya.
tapi itu adalah masa indah untuk dikenang, masa muda yang indah, bersikap semaunya, optimis dengan hidup dan dunia tanpa berpikir akan jatuh dan terluka. semua indah sampai peristiwa itu terjadi...