Katerina dan Denny berjalan dengan bahu lunglai menuju lapangan upacara. Di belakang mereka mengikuti kepala sekolah dan Bu Ani yang sibuk mengomel-ngomel tentang pengaruh buruk anak nakal dari Jakarta.
"Sialan, padahal belum apa-apa…" Denny mengeluh pendek. Katerina mengangguk. "Tadi aku lengah…"
"Kita hanya lagi nggak beruntung, "gumam Katerina.
Mereka agak terkejut ketika dari arah yang berlawanan muncul Pak Bambang, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, menggiring tiga anak laki-laki bertampang masam menuju lapangan.
"Yang tiga ini, Bu…bikin ulah lagi, tadi kepergok sama saya lagi nyembunyiin Inex di kamar mandi."
"Kami nggak bersalah…!!" bantah Chris keras.
"Kami nggak sengaja nemuin barang itu di kamar mandi. Bapak jangan nuduh tanpa bukti, dong!" Raja ikut membela diri.
"Barang buktinya sudah jelas. Bapak beri kalian waktu untuk merenungi perbuatan kalian, sementara menunggu orangtua kalian datang."
Bu Indri geleng-geleng kepala dan menghela nafas, memandangi bungkusan kecil yang disodorkan Pak Bambang kepadanya. Ketiga penjahat muda itu tampak agak panik. Kemungkinan akan dipanggilnya orangtua telah membuat mata mereka terbuka.
Katerina dan Denny saling pandang. Kejahatan tiga murid kelas 2 itu telah membuat perbuatan mereka melepaskan tikus-tikus laboratorium terlihat demikian ringan. Keduanya yakin hukuman yang menanti hanyalah terjemur mentari selama beberapa jam saja.
Begitu Bu Indri, Bu Ani, dan Pak Bambang berlalu dari lapangan upacara, serentak wajah-wajah muncul di jendela setiap kelas, penasaran dengan para penjahat yang tertangkap kali ini, dan kejahatan yang telah mereka lakukan.
"Kalian memang biang onar." Kata Denny, tersenyum sedikit memandangi ketiga orang yang berdiri di sebelahnya, kelihatan kesal karena panas matahari yang mulai menyengat.
"Kalian benar-benar bawa obat terlarang ke sekolah?" tanya Katerina penasaran, "Siapa di antara kalian yang pake? Atau kalian itu pengedar?"
Chris menatap Katerina geli, wajahnya yang pucat terlihat ceria sekali. "Anak kecil sok pengen tahu urusan orang. Kalian sendiri dihukum karena apa?"
"Kami nggak melakukan hal yang buruk, kami kasihan sama tikus-tikus di lab, jadi kami bebaskan mereka." jawab Katerina dengan nada menantang.
"Alaa…urusan kecil!" seru Raja. "Kami dituduh nyembunyiin narkoba… Lu dengar sendiri tadi gimana hebohnya…"
"Kejahatan kalian itu parah juga…" komentar Katerina mendengar sebab ketiga anak laki-laki itu dihukum. "Bisa-bisa melibatkan polisi…"
"Kami nggak bersalah." Kata Chris cepat, "Obat itu punya temen gue, si tolol Ferry. Waktu gua tahu dia pake obat kita langsung nasehatin dia supaya jangan make obat itu lagi… Obatnya kita rampas dan waktu mau dibuang ke WC kepergok sama si Buaya…yah, tahu sendiri, deh… Kita bertiga langsung dicurigai."
"Habisnya kalian sudah terkenal berandal…" kata Denny.
Raja dan Chris saling pandang.
"Ah…kita anak manis, kok…" Mereka lalu tertawa berderai. "Yaah…nggak juga, sih…"
Tawa kedua orang itu segera menulari Katerina dan Denny. Katerina menganggap kedua anak itu kocak sekali dan ia segera suka kepada mereka.
Ia sesaat mengerling ke arah Rio yang berdiri paling ujung, yang herannya tidak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda hidup seperti kedua temannya… Ia hanya tersenyum sedikit, tidak lebih, dan kembali memandang lurus tanpa ekspresi.
"Kalian mau tahu sesuatu yang benar-benar lucu?" tanya Katerina tiba-tiba.
"Apaan tuh?" tanya Raja semangat.
"Sebenarnya yang dulu mengempeskan ban mobil Bu Ani adalah kami berdua, dan kalian yang menerima hukumannya." Katerina tersenyum lebar, Denny mengangkat bahu, sementara ketiga orang itu terperangah kaget. Sesaat Katerina mengira mereka mereka akan meledak karena marah, karena itu ia buru-buru menambahkan, "Tapi kita menyesal, kok, waktu melihat kesalahan ditimpakan kepada kalian…"
"Are you kidding? It's cool!!" seru Chris tanpa terduga-duga, "Seharian kami berusaha mencari tahu siapa orang yang demikian berbudi membalaskan dendam kami… Ternyata dua kecoak dari kelas 1…!"
"Soal hukuman bukan masalah, karena selama tak ada bukti kami selalu aman." Raja menambahkan.
"Denny si murid teladan…tak kusangka hatimu begitu mulia." Chris menepuk-nepuk punggung Denny dengan gaya kebapakan. Ia lalu beralih kepada Katerina dengan gaya yang sama, "Dan murid baru yang cantik…terima-kasih."
Mereka terbahak-bahak lagi.
Kelima orang itu segera terlibat pembicaraan seru mengenai sebab-sebab kebencian mereka kepada Bu Ani yang kemudian merembet kepada beberapa guru sok kuasa lainnya yang menjadi musuh besar mereka.
"Kalian bakal ngalamin lebih parah lagi kalo udah naik ke kelas 2, ada si Racun, ada si Pes, Tulang Ikan, Mr. Toge…pokoknya banyak banget, deh…"
Katerina segera suka pada tiga berandalan dari kelas 2 itu. Chris adalah anak laki-laki yang sangat ceria dan selalu mempunyai ide konyol. Katerina selalu tertawa mendengar lelucon-leluconnya. Sedangkan Raja adalah playboy sekolah yang selalu berpenampilan super keren. Ia ikut berbagai klub dan sangat populer. Raja terlihat begitu hangat dan mempunyai pesona playboy yang tak diragukan lagi.
Kalau Rio…hmm, Katerina tak bisa menduganya. Anak laki-laki itu terlihat tidak begitu hidup…begitu sederhana, diam, dan tak acuh. Tampangnya serius dan sama sekali tidak terlihat bandel, hanya pandangannya yang terkesan kejam membuat orang-orang berpikir dua kali sebelum mencari masalah dengannya. Katerina sejak awal sudah memutuskan untuk berhati-hati terhadapnya.
Babak baru kehidupan Katerina di sekolah sudah dimulai. Menurutnya sekarang, sekolah tidak terlalu buruk bila kau punya teman. Kenyataan bahwa teman-temannya itu terkenal berandalan di sekolah tidak membuatnya terganggu sama sekali.
— The End — Write a review