Download App
47.91% Katerina / Chapter 23: Surat Untuk Michael

Chapter 23: Surat Untuk Michael

Katerina sudah memutuskan untuk mengkaryakan Sara agar anak perempuan itu merasa berguna. Apalagi dalam pementasan drama nanti, kemampuan musiknya akan sangat berguna. Ia datang ke kelas 3C sepulang sekolah dan sangat lega melihat Sara masih menungggunya.

"Terima kasih kamu sudah datang."

"Well... lagipula saya kan memang dihukum 30 menit usai sekolah." sahut Sara. "Ada apa?"

"Ibu sangat membutuhkan kamu dalam mengerjakan musik untuk drama nanti. Dulu kami menggunakan kaset-kaset klasik, tapi rasanya sekarang lebih baik menggunakan musik live... Ibu akan memberi kamu banyak referensi musik dan kamu bisa mengaransemen sesukanya. Di kelas 3C juga ada beberapa anak yang bisa diajak kerjasama... Tri misalnya, dia itu cukup menguasai gitar, terus ada Hery yang jago harmonika, Susan juga menguasai piano..."

Sara terbelalak mendengarnya. "Ibu gila apa? Saya mengaransemen musik drama itu?"

"Ibu percaya kamu akan bisa melakukannya. Tak usah terlalu sulit, yang simpel saja, tetapi indah..."

Sara berpikir sejurus lamanya. "Kalau begitu seminggu ini saya harus bekerja keras mengolah data-datanya."

"Bagus sekali. Minggu depan Ibu harap kamu sudah bisa menemukan konsep musik yang baik."

Sara mengangguk. "Oh, ya, Bu... Ini, suratnya sudah selesai."

Ia menyerahkan lembaran kertas itu pada Katerina lalu beranjak pergi. Katerina geleng-geleng. Ia membaca isi surat yang ditulis anak-anak dan tersenyum sendiri. Mereka rata-rata tidak banyak bicara, tapi jelas terungkap kepedulian mereka pada Mike.

Andy:

Hey, buddy...! Gimana kabarnya? Udah dapat cewek bule belon? Eh...di sana kabarnya pergaulan lebih bebas, ya? Di sini repot, mau pacaran aja dipelototin sama Miss kita...

....

Dian:

Mike, setelah gua liat buku kas semester kemarin, kamu masih nunggak uang kas 3 bulan, hayo! ^_^;

....

Hendry:

Wah...sepi tanpa elu, Mike... Pertandingan kemaren kalah, nih...Ada murid baru cewek yang jago banget Basketnya, dan anak-anak ngusulin pertandingan berikutnya dia dipasang nyamar jadi cowok.... ha..ha..ha...

....

NITA:

Hallo, Mike... all of us miss you a great deal. Gua bakal pergi ke New York liburan semester ini, be my tour guide, will you?! See you soon.

....

Neill:

Hei, gua anak baru. Salam kenal.

Nikita:

Bonjour! bla bla bla..

(something in French dan Katerina nggak mengerti. Dasar Nicky, suka sekali menyombongkan kemampuan bahasa asingnya.) No speak Indonesia. Spasibo.

....

Sara :

Hai, gua orang terakhir dalam absen dan harus nulis sesuatu... jadi.... gua mo nulis...hm..bahwa Miss Katerina bilang mungkin lu bisa nolongin. Gua nggak tahu lagi gimana caranya membuat papa gua peduli sama gua.... Gua udah jadi juara kelas, udah menangin macam-macam penghargaan, tapi dia nggak perduli... Gua juga udah dikeluarin dari sekolah dua kali, gua udah ngerokok...ngeganja...dan ngapa-ngapain.. Dia tetap nggak peduli... Gua udah berusaha menggantikan anak laki-laki Papa sekuat tenaga gua... tapi gua nggak berhasil. What do you think I should do?

Katerina senang melihat Sara mulai terbuka dan mau berbagi dengan Michael, sebagimana yang ia sarankan. Ia melipat kertas itu dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam tas. Ia akan memposkannya nanti.

Katerina tiba di rumah dan mendapati Chris yang sedang bermain di ruang tengah dengan sebuah boneka beruang. Ia segera menggendong anak itu dan menciuminya tanpa henti.

"Rin, tadi Rio menelepon bilang mau ngajak kamu ngeliat gedung resepsi. Kamu siap-siap, deh..."

"Tapi kan Chris masih sakit, Mama..."

"Nggak apa-apa, biar Mama yang rawat. Kamu kan harus mempersiapkan pernikahanmu sendiri."

Akhirnya Katerina mengalah. Ia berganti pakaian kasual dan menunggu kedatangan Rio. Pemuda itu tiba tak lama kemudian. Mereka pun berangkat.

Acara resepsi pernikahan bagi Katerina dan Rio sebenarnya tidak perlu besar dan meriah, tapi pihak keluarga mereka mendesak untuk merayakannya dengan lebih besar karena bagi masing-masing keluarga baru pertama ada yang menikah di antara anak-anaknya.

Gedung itu ukurannya lumayan besar dan Katerina senang karena halamannya luas dan cocok untuk membuat alternatif pesta taman, di mana orang-orang bisa lebih santai dan nyaman, daripada di dalam ruangan.

Sesudah memastikan persiapannya baik, mereka berdua makan malam di luar.

"Bagaimana keadaan Chris?" tanya Rio kemudian.

"Tidak memburuk.. Mama sangat teliti merawatnya." jawab Katerina. "Kuharap saja keadaannya membaik."

"Hmm...aku sudah melaporkan kondisi Chris pada polisi, dan mereka menduga ibunya adalah seorang penderita HIV... mungkin.. yah.. mungkin.. dia adalah seorang PSK dan asal-asalan menaruh bayinya di rumah seseorang yang dia pikir ayah bayinya. Besar kemungkinan dia salah alamat karena daerah rumahku kan nggak jelas menaruh tanda jalan. Polisi menanyai beberapa orang yang tinggal di sekitar rumah...tentu saja nggak ada yang mengaku."

Rio mengangkat bahu. Katerina mendesah.

"Kasihan, Chris."

Mereka kemudian membicarakan rencana pengadopsian Chris segera setelah mereka menikah nanti. Lalu kemudian pada undangan, lalu teman-teman mereka...

"Raja kemarin telepon... Dia bilang dia bisa datang sebelum Natal, jadi tanggal yang kita pilih sudah tepat. Tapi Denny bilang mungkin pekerjaannya justru menumpuk di tanggal segitu..."

"Jadi Denny nggak bisa datang?" tanya Katerina kecewa.

"Kurasa itu cuma alasan." kata Rio pelan. "Bagaimanapun juga dia nggak akan sanggup menghadapi hari yang baginya sangat menyakitkan."

"Apa maksud kamu?" tanya Katerina keheranan.

"Dulu, di antara kami berempat seperti ada perjanjian tak tertulis bahwa tidak boleh ada yang memonopoli Katerina karena ia adalah bagian dari kami berempat." Rio tersenyum. "Tapi sejak Chris melanggarnya, kami diam-diam mengikuti..."

"Melanggar perjanjian? Kalian aneh, deh.." cetus Katerina bingung, "Dari dulu Chris kan baik sama aku... kalian juga. Sikap kalian nggak pernah berubah."

"Masih ingat lelang budak dulu? Waktu itu Chris punya ide konyol untuk mendapatkan uang bazaar dengan mengadakan lelang budak..?" tanya Rio.

Katerina mengangguk. "Ya, aku baru mikirin itu kemarin. Memangnya kenapa?"

"Chris menyuruh kamu untuk membelinya dalam lelang... dan menyediakan uangnya untuk itu..."

"Iya... habis, dia nggak mau dibeli sama Irma..."

"Itu kan cuma alasan. Dia bisa menyuruh teman kita yang lain, seperti Dony, Indra, atau Stevan...siapa pun yang jelas kelihatan mampu membelinya... Tapi dia menyuruhmu. Dan selama seminggu itu dengan alasan menjadi budakmu, dia selalu memonopoli kamu. Setiap pagi menjemput, membawakan tas kamu, membantu kamu piket sepulang sekolah..."

"Waktu itu..." Katerina terdiam akhirnya. Ia tahu Rio benar.

"Aku tahu kamu sendiri nggak punya niat apa-apa...cuma ingin menolong Chris. Toh, kamu juga berusaha menawar aku untuk menolong aku dari Irma..." kata Rio kemudian. "Aku mulai melihat kamu berbeda sejak lelang hari itu.. Aku terharu karena kamu mau mengorbankan uangmu sendiri untuk menolong aku..."

"Iya... aku ingat... Sejak itu kamu berubah. Kamu nggak ketus lagi sama aku..." Katerina tertawa.

"Malah suatu hari kamu mau nganterin aku pulang ke rumah karena...apa, ya...aku udah lupa.. Pokoknya sejak itu kamu jadi baik..."

"Aku nganterin kamu pulang waktu kamu terkilir di tes senam, yang lainnya harus menjalani hukuman karena tertangkap sedang mengadakan balapan tikus..." Rio tersenyum sedikit dengan wajah memerah. "Kau tidak tahu betapa gugupnya aku waktu itu... Di situ tentu saja aku sudah suka sama kamu."

Katerina menatap Rio keheranan. "Kamu nggak pernah bilang..."

"Aku nggak berani menghadapinya. Akhirnya malah bertahun-tahun aku hidup dalam bayang-bayang Chris dan nggak berani mengatakan yang sebenarnya sama kamu." Ia membuang muka.

"Denny juga begitu... Tentu saja dia adalah sahabat pertama kamu, dan sejak kami bergabung ia mulai merasa tersisih. Dulu dia tidak pernah minder karena sudah yatim piatu, tapi sejak lelang waktu itu dia tiba-tiba jadi tertekan. Naik ke kelas 3 dia belajar mati-matian untuk masuk SMU favorit, kan? Dia pernah bilang harus jadi orang hebat untuk mengalahkan saingan-saingannya."

"Benarkah?" Katerina mendesah. "Aku nggak pernah tahu..."

"Dia lebih suka melakukan tindakan daripada bicara."

"Kamu tahu dari mana, Yo? Apa Denny sendiri yang bilang sama kamu?" tanya Katerina bingung.

"Begitulah..." Rio meminum tehnya sekali. "Sedikit pembicaraan di antara sesama lelaki. Waktu mau melamar kamu beberapa bulan yang lalu, aku bicarakan dulu dengan Raja dan Denny... semacam minta izin."

Katerina tertunduk. Ia sangat menyayangi Denny dan tak ingin menyakiti perasaannya. Tapi ia bingung sekali.

"Sudahlah... tak usah dipikirkan sekarang." Rio mengacak-acak rambut Katerina. "Bagaimana sekolah?"

"Hmmh.. repot. Aku sudah cerita belum, tentang murid baru kami? Nicky yang besar di Eropa, dan ibunya orang Rusia, sama sekali tidak bisa bahasa Indonesia. Dia bilang ayahnya tak pernah mengajarinya bahasa Indonesia because he didn't expect him to use it..."

"Berarti ayahnya memang tidak pernah berniat kembali ke Indonesia. Lalu kenapa ia di sini?" tanya Rio.

"Itulah masalahnya... aku nggak begitu pasti, tapi sepertinya kedua orangtua Nicky sudah meninggal, dan satu-satunya keluarga yang bisa menerimanya adalah keluarga dari pihak ayah yang notabene adalah orang Indonesia. Kurasa dia tidak punya pilihan lain."

"Kasihan sekali."

"Iya, tapi ada murid baru lain, Neill,yang bersedia mengajarinya bahasa Indonesia. Neill ini adalah masalah lain lagi. Ia memang sangat periang dan cenderung melanggar peraturan untuk bersenang-senang. Rambutnya dibiarkan tumbuh panjang dan waktu Bu Amelia mewajibkannya berambut pendek agar mematuhi tata tertib, dia datang ke sekolah setiap hari dengan wig pendek."

Rio tertawa mendengarnya.

"Iya...anaknya nyentrik banget. Tapi tidak berbahaya." Katerina mengangguk. "Yang benar-benar menjadi masalah adalah anak perempuan tomboy yang namanya Sara. Dia melanggar hampir semua peraturan yang ada dan tidak menghindari hukuman.

Baginya, itu adalah cara untuk mendapatkan perhatian dari ayahnya. Sayangnya beliau seperti benar-benar tidak peduli. Ibunya meninggal saat melahirkannya dan kemudian ia dititipkan untuk dirawat tantenya. Sejak tinggal bersama ayahnya dua tahun lalu, Sara benar-benar berusaha agar memenuhi keinginan ayahnya, bahkan dia bersikap seperti seorang anak laki-laki supaya ayahnya menyukainya."

"Itu parah sekali..." komentar Rio. "Anak seperti itu merusak diri."

"Itulah yang kutakutkan. Sementara ini aku berusaha membuatnya tetap sibuk dengan proyek musik untuk pementasan A Midsummer Night's Dream."

"Oh,ya? kapan pementasannya?"

"Bulan Desember nanti, dua hari sebelum pernikahan, kami mendaftar ikut festival Shakespeare... Sebenarnya aku sudah coba mengundurkan diri untuk sepenuhnya merawat Chris...tapi mereka bilang tak usah mengundurkan diri kalau tak ingin diblack list oleh mereka. Maksudku...festival ini penting sekali..."

"Kamu jangan memaksakan diri, ya..." nasehat Rio tegas. "aku nggak mau mendapatkan sisa-sisamu..."

Katerina tertawa kecil dan mengangguk.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C23
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login