Download App
50% Konosuba: Kazuma x Darkness / Chapter 1: Menjadi Seorang Dustiness
Konosuba: Kazuma x Darkness Konosuba: Kazuma x Darkness original

Konosuba: Kazuma x Darkness

Author: Salfar

© WebNovel

Chapter 1: Menjadi Seorang Dustiness

Namaku Satou Kazuma. Dan sebentar lagi akan menjadi Satou Ford Dustiness karena aku akan menikahi seseorang dengan nama itu.

"Hey, kenapa harus aku yang mengganti namaku?"

Di Jepang, tempat aku berasal. Seorang perempuan akan mengganti marganya dengan nama marga laki-laki yang dia nikahi. Namun hal tersebut tidak berlaku disini.

"A... aku tidak tahu kazuma, tetapi peraturan pernikahan menyaratkan agar mereka yang statusnya lebih rendah mengganti namanya dengan pasangan mereka yang memiliki status lebih tinggi."

Darkness dengan gelisah menjelaskannya padaku. Ia mungkin malu untuk mengungkit hal-hal yang berbau pernikahan saat ini karena sebentar lagi kami akan menikah.

"Jadi maksudmu, aku, Satou Kazuma sang petualang hebat yang memiliki kekayaan melebihi bangsawan biasa ini lebih rendah dari nona mesum setengah polos di depanku?"

"Siapa yang kau panggil mesum? Dan apa maksudnya setengah polos?"

"Hey Darkness, lakukanlah sesuatu dengan hal tersebut. Gunakanlah nama Dustiness untuk merubah satu atau dua peraturan kerajaan."

"Tidak Bisa! Jika aku merubahnya maka akan banyak kekacauan administrasi di kerajaan ini. Bu...bukankah lebih mudah untuk menerima namamu menjadi seorang Du...Dustiness dari pada mengubah peraturan negara?"

Hmm... wajahnya memerah ketika ia mengingat bahwa aku akan segera menjadi suaminya. Tiba-tiba aku mendapat sebuah ide.

"Oh benar juga. Jika aku menjadi seorang Dustiness maka aku dapat mengajukan proposal perubahan peraturan itu. Mungkin namamu akan menjadi Kazuma ford Lalatina. Hahaha..."

"Ugh... tolong jangan menambah keanehan namaku, Kazuma."

Saat ini kami sedang berada di kamar Darkness. Kami sedang mendiskusikan kapan, dimana, dan bagaimana acara pernikahan kami.

Karena keluarga Dustiness adalah bangsawan terkenal. Maka pernikahan kami harus menjadi sebuah pesta meriah yang mengalahkan pernikahan kerajaan. Tapi ada satu hal yang menggangguku dari tadi. Ya benar-

Dia masih memanggilku Kazuma.

"Hmm... karena kita akan menikah. Bagaimana jika kau mulai memanggilku Satou?"

"Hah? Ap... itu terlalu memalukan."

Darkness menolak saranku sebari tersipu. Entah kenapa hari ini wajahnya sering sekali memerah. Sial, Dia sangat imut dengan tingkah malu-malunya. Aku harus cepat menentukan tanggal pernikahanku jika dia tetap terus seperti ini.

"Dan kau masih memanggilku Darkness."

"Heee~"

Darkness mengatakan hal tersebut dengan sangat pelan. Andai aku tidak memiliki skill pembaca bibir, mungkin aku tidak akan menyadari sesuatu yang menarik seperti itu.

Benar juga. Menuntutnya memanggilku Satou sedangkan ia masih kupanggil Darkness adalah sebuah pemaksaan.

Tetapi setiap aku memanggil dengan nama aslinya. Wajahnya akan memerah dan ia akan mulai menggeliat seperti cacing karena malu. Akan repot jika dia terus bereaksi seperti itu.

Tetapi mungkin saja sekarang ia sudah berkembang dan bisa mengendalikan rasa malunya. Baiklah, ayo kita coba.

"Lalatina."

Bruk

"Aw!"

Di depanku, Darkness sedang mengelus lututnya karena terbentur meja. Itu merupakan reaksi ketika rasa malunya sudah mencapai batas dan tidak bisa ditahan. Ia akan menggeliat secara mendadak. Bagaikan terkena sihir petir tingkat 7.

"Kenapa kau tiba-tiba memanggil namaku?"

"Bukankah kau yang ingin dipanggil seperti itu?"

"Ya... ta... tapi aku butuh persiapan mental jika kau ingin memangilku dengan nama itu."

"Lihat. Inilah kenapa aku masih memanggilmu Darkness sampai sekarang. Cobalah untuk mengendalikan rasa malu mu."

"Meskipun kau berkata seperti itu..."

"Bagaimana kita bisa mengadakan resepsi pernikahan jika kau tidak bisa menahan rasa malumu. Dipanggil dengan nama aslimu saja kau sudah seperti itu. Apa yang akan terjadi saat dimana aku harus menciummu?"

"Eh? Ci... hhhhh... kau benar Kazuma. Aku harus bisa menahannya agar tidak merepotkanmu."

Memang dia adalah perempuan berotot yang memiliki fetish aneh. Namun kepribadiannya bertolak belakang dengan kemampuannya. Dia polos, sensitif, dan terkadang dewasa. Bagaimanapun, aku menyukainya dengan segala kekurangannya.

"Baiklah. Sekarang bagaimana jika kau mencoba memanggilku Satou?"

"Eh... ba... baiklah"

Darkness mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia mengulang kegiatan penenangan diri itu beberapa kali.

Apa memanggil namaku sesulit itu?

"Sa..."

Oh, ini dia. Ini pertama kalinya ada perempuan yang memanggil nama depanku. Ibu. Ayah. Anakmu sudah memiliki tunangan dari seorang bangsawan kaya dan cantik. Tidakkah kalian bangga di dunia sana?

"Sat..."

Iya, sedikit lagi.

"Sat... sat... Argh! Aku tidak bisa melakukannya."

Darkness menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Aku bisa melihat kupingnya memerah. Sudah kubilang, Apakah memanggil nama sememalukan itu?

Aku memegang pundak darkness. Memaksanya untuk menghadap kearahku. Ia kemudian menunjukkan wajahnya dan melihatku dengan air mata berada diujung matanya. Aku tak tahan dengan ekspresi itu. Keimutan yang hakiki itu. Untung saja aku tidak dalam keadaan mabuk. Jika aku dalam keadaan setengah sadar, mungkin aku bisa menyerangnya saat ini.

"Dark... bukan, Lalatina. Apakah kau ragu untuk menikahiku?"

Darkness tersentak ketika aku menyebut namanya. Ia memalingkan wajahnya, menghindar dari tatapanku dengan wajah tersipu.

"A... aku tidak ragu sedikit pun padamu kazuma. Hanya saja, ini hal baru untukku. Aku tidak pernah memiliki pacar sebelumnya. Aku hanya belum terbiasa."

"Kalau begitu bagaimana jika memulainya dari sekarang."

Aku mendekatkan wajahku pada Darkness. Ia menyadari apa yang akan aku lakukan. Ia mengikuti arus dan mulai menutup matanya.

Bibir itu. Yah, bibir itu adalah target seranganku. Jantungku berdegup kencang. Nafasku memburu. Sial, ternyata ciuman sesulit ini. Bagaimana bisa pasangan di Jepang melakukannya dengan santai. Beritahu aku triknya!

Aku semakin dekat dengan darkness. Aku bisa merasakan nafasnya. Dia sangat wangi. Apa setiap wanita memiliki wangi seperti ini. Ayolah, Kazuma. Kau bisa melakukannya.

Tinggal sedikit lagi bibir kami bertemu. Tiba-tiba-

Tok! Tok! Tok!

"Lalatina-sama. Saya mengantar cemilan sore anda."

Suara pelayan terdengar dari seberang pintu kamar.

Darkness tiba-tiba membuka matanya dan mundur padahal aku belum menyelesaikan misiku.

Aku berdiri dengan penuh emosi menuju pintu tersebut dan membuka pintunya dengan kasar. Di depanku ada seorang pelayan laki-laki sekitar usia 40 tahun. Ia sedang membawa nampan berisi biskuit dan teko yang kuduga isinya adalah teh.

Ia terkejut saat melihatku membuka pintu.

"Siapa namamu?"

"Eh... Na... nama saya Mike, tuan."

"Mike, kau dipecat."

"Eh!?" 2x

Tidak hanya Mike, tetapi Darkness juga terkejut.

"Ma... maaf, tuan. Apa maksud-"

"Kau baru saja mengganggu saat-saat romantisku dengan Lalatinaku. Kau tahu kami akan melakukan hal-hal luar biasa jika kau tidak mengetuk pintu. Apa orang tuamu tidak mengajarimu untuk menguping sebelum mengetuk pintu?"

"Ti...tidak, tuan. Mereka tidak mengajari saya."

"Tch, dunia ini memiliki budaya yang buruk."

Mike gelisah terkena amarahku dari hal yang mungkin tidak sengaja ia lakukan.

Aku tak percaya ini. Kenapa disaat sedikit lagi aku dapat merasakan bibir lembut Darkness, tiba-tiba muncul makhluk menyebalkan dengan balutan pelayan laki-laki ini. Aku mulai mempertanyakan keberuntunganku.

Aku menatap tajam pada Mike yang sedang gelisah di depanku. Kemudian aku merasakan tangan seseorang memegang pundakku. Ternyata ada Darkness disana.

"Sudahlah, Kazuma. Aku yakin Mike tidak sengaja melakukannya."

"Bagaimana aku bisa memaafkannya. Bayangkan ketika kau memakan es krim kesukaanmu dan tiba-tiba ada seseorang yang menabrak kemudian menjatuhkan es krimmu. Bagaimana perasaanmu?"

"Eh..? Bagaimana, yah... kurasa aku akan merasa kesal."

"Tepat. Tidakkah kau ingin menampar orang itu, memeras seluruh uangnya untuk menggantikan es krimmu, dan menerornya setiap malam dengan mimpi dilecehkan oleh iblis banci?"

"Tidak mungkin aku bertindak sejauh itu hanya untuk sebuah eskrim! Hhhh... Mike, jangan dengarkan dia. Memang terkadang dia bertingkah bodoh. Taruh saja cemilan itu di meja sebelah sana dan lanjutkan kembali tugasmu."

"Eh... ba... baiklah Lalatina-sama."

"Hey, Lalatina, kau tidak perlu bersikap terlalu baik padanya. Kita bisa... Aw, sakit, sakit, sakit."

Darkness mencubit pinggulku. Meskipun cubitannya tidak serius, itu tetap menyakitkan karena ia memiliki poin kekuatan yang tinggi. Cubitan kecil darinya terasa seperti dicakar seekor Wyvern.

"Jangan merengek hanya karena masalah kecil. Dan apa maksudmu hal-hal luar biasa itu? Apa yang akan kau lakukan padaku, hah?"

Darkness mengencangkan cubitan dan mulai memutarnya. Rasa sakit yang kuterima meningkat berkali lipat. Jika terus seperti ini, pinggulku bisa lepas.

"Aw, aw, aw. Baik aku menyerah. Aku memaafkan Mike dan tidak bermaksud apa-apa. Jadi lepaskan cubitanmu!"

"Hiks... hiks..."

Selagi kami bertengkar. Aku melihat Mike menangis di tempat ia sedang menyusun cemilan.

Kenapa dia menangis? Apa cemilan biskuit itu mengandung bawang? Atau karena teh itu punya aroma yang mengganggu. Iya pasti karena itu. Dia mencoba meracuniku untuk menggagalkan pernikahanku dengan Darkness.

Ia menangis karena yakin kejahatannya akan terungkap dan akhirnya dihukum mati karena membunuh orang sepenting diriku. Jadi hari ini adalah hari terakhir hidupnya. Yah, Kalau begitu aku turut berduka cita.

"Mike, kenapa kau menangis?"

Darkness bertanya kepadanya selagi aku membayangkan kemungkinan Mike menangis.

"Ma... maafkan saya, Lalatina-sama. Saya menangis karena bahagia."

"Huh?" 2x

"Saya telah melayani keluarga Dustiness selama 20 tahun. Saya sangat mengenal anda, Lalatina-sama. Saya sering bermain dengan anda sejak anda kecil. Anda terkadang bersembunyi dibelakang saya saat berada di pesta para bangsawan."

Ia menyeka airmatanya yang hampir jatuh.

"Melihat anda sudah dewasa dan akan segera menikah, terlebih dengan laki-laki yang anda cintai. Membuat saya merasa bahagia."

Oh, jadi dia adalah pelayan yang memperlakukan Darkness seperti putrinya. Maafkan khayalan berlebihanku padamu Mike.

Aku melihat Darkness dan ia tersipu malu. Menundukkan wajahnya dan kadang melirik ke arahku. Ya ampun, benar-benar nona bangsawan yang merepotkan. Saking malunya dia tidak bisa berkata apa-apa.

"Baiklah Mike. Aku memaafkanmu karena kau adalah pelayan loyal dari keluarga Dustiness. Lanjutkan kerja kerasmu. Serahkan Lalatina kepadaku, aku tak akan membuatnya menangis. Kecuali jika ia meminta untuk itu."

"Baik, tuan Kazuma."

Mike pergi setelah membungkukkan badannya dengan penuh hormat kepada kami.

"Baiklah Lalatina. Bagaimana kalau kita melanjutkan yang tadi?"

"Ugh... apa-apaan panggilan Lalatina itu? Setiap kali kau menyebutnya, bulu kudukku merinding tahu."

"Hey, kau harus terbiasa dengan panggilan ini. Mana mungkin aku memanggilmu Darkness di depan para audien nanti?"

Darkness memegang kepalanya. Dia mungkin pusing dengan tekadku untuk memanggilnya Lalatina.

"Argh... baiklah, baiklah. Lakukan sesukamu."

Mulai saat itu, aku memanggilnya Lalatina.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login