Wow tahan semuanya jangan tambah panas karena bab ini sudah sangat panas😁.
Sebentar lagi bulan ramadhan dan saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang merayakan.
Janji update 2 hari sekali terpenuhi yaaa.
Happy reading!
________
Acara pernikahan sudah usai. Para tamu undangan serta para kolega telah kembali ke negara mereka masing-masing. Begitu juga para kerabat beserta sepupu keluarga Abhivandya juga sudah kembali pulang kerumah mereka masing-masing.
Orang tua Aiden beserta Aiden dan Lova telah kembali ke mansion megah milik keluarga Abhivandya. Tak lupa juga kakek dan nenek yang sengaja datang jauh-jauh dari Kanada khusus untuk menyaksikan pernikahan cucu kesayangan mereka. Semenjak perusahan Abhivandya diambil alih oleh anak bungsu mereka, Samuel. Mereka memutuskan untuk pindah ke Kanada dan memutuskan untuk menghabiskan sisa hidup mereka disana.
Oh ya. Tak lupa juga para pria brengsek yang tergabung dalam satu geng penakluk wanita juga masih berada di mansion ini. Apalagi kalau bukan untuk menghina sahabatnya yang kata mereka bakal menjadi pria pengecut yang takut istri.
"Bro. Jadi rencana nya kalian akan langsung punya anak berapa?." Tanya Aaron pada Aiden yang tengah melepaskan jas nya lalu melonggarkan dasinya.
"Buatnya saja belum dan kau malah tanya mau punya anak berapa." Jawab Ansel sambil memutar bola matanya.
"Kau belum melakukannya selama ini, bro?!." Tanya Aaron lalu tertawa geli.
"Aiden itu tidak sepertimu yang sembarangan menebar benih." Ucap Axton tanpa basa-basi.
Ansel tertawa terbahak-bahak begitu juga Aiden. "Kau benar-benar pria yang penuh nafsu." Ucap Ansel.
"Fuck off! Shut your fucking mouth!. Aku tidak menebar benih sembarangan! Aku selalu menampung nya lalu membuang mereka ke kotak sampah!." Ucap Aaron penuh emosi.
Aiden tertawa geli. "Aku harus memberimu penghargaan karena hingga detik ini tidak ada satupun wanita yang mengaku hamil anakmu." Ucap Aiden yang langsung disetujui oleh Ansel maupun Axton.
"Tentu saja! Karena aku selalu bermain aman dan bersih! Yang boleh mengandung anakku hanyalah Thea!." Teriak Aaron marah.
"Memang siapa yang ingin mengandung anakmu?." Ucap seorang perempuan cantik berambut blonde dengan sepasang mata biru terang miliknya.
"Aaron bilang kau ingin mengandung anaknya." Ucap Ansel sambil membantu mengangkat nampan berisi cemilan yang Thea bawa.
"Abaikan saja omongan melanturnya. Dia memang suka seperti itu dari kecil. Suka melamun lalu berkhayal yang tidak-tidak." Ucap Thea seperti berbisik.
Ketiganya langsung tertawa terbahak-bahak kecuali Aaron yang menahan amarahnya karena ucapan teman masa kecilnya.
"Thea.. How dare--." Ucap Aaron.
"Axton. Bisa kau jelaskan kemungkinan Aaron terkena penyakit apa?." Tanya Thea polos.
"Tentu. Pertama mungkin dia terjangkit virus yang bernama HIV. Kedua dia terkena MD." Ucap Axton berlagak serius.
"MD? Mabuk Dada wanita?." Tanya Ansel bingung.
"Lick your lips little bastard!. MD bukan MDW!." Ucap Aiden sambil menjewer telinga Ansel gemas.
"MD apa?." Tanya Thea penasaran.
"Menurut bapak psikologi, Sigmund Freud, melamun merupakan cara seseorang meredakan konflik yang sedang dialami. Fantasi yang tercipta saat melamun adalah campuran keinginan dan standar sosial masyarakat sekitar. Melamun juga sering diidentikkan dengan pikiran yang mengembara. Pada beberapa orang, aktivitas melamun bisa terjadi dengan berlebihan. Tiap menit, jam, bahkan setiap hari bisa berlalu hanya dengan melamun. Kondisi seperti ini disebut Maladaptive Daydreaming (MD)."
"Aku sangat bangga punya sahabat yang pintar melebihi Albert Einstein. Tapi otak pintar nya tidak berguna saat mengatasi masalah percintaan." Ucap Ansel bangga.
"That's right." Ucap Aiden sambil tertawa.
"Aku juga membicarakanmu. Kau dan Axton sama saja. Bodoh akan cinta. Diperbudak cinta. Menjadi bodoh karena cinta. Sangat mengerikan." Ucap Ansel mengejek.
"I'm not." Ucap Aaron bangga.
"Kalau kau itu memang sudah bodoh." Jawab Ansel singkat dan jelas.
"This little bastard!." Teriak Aaron penuh emosi.
"Ada apa ini? Kenapa sangat berisik?." Ucap Lana yang baru masuk kedalam ruangan dengan senampan cemilan lezat yang masih berasap.
"Bukan hal yang penting, mom." Ucap Aaron dengan senyuman geli.
Lana tersenyum senang melihat anaknya dapat berinteraksi dengan temannya dengan sangat baik. "Baiklah kalau begitu mommy kembali kedapur dulu. Silahkan menikmati cemilannya."
"Mom." Panggil Ansel saat Lana baru membalikkan badannya.
"Ya ada apa my baby Ansel?." Tanya Lana yang kembali memutar tubuhnya kearah mereka.
"Kemana istriku?." Tanya Ansel dengan raut wajah kecewa karena sejak tadi dia tidak melihat Lova dimanapun kecuali di pesta.
"Istrimu?." Tanya Lana dengan alis yang terangkat dan bingung.
"Iya istriku, Lova." Jawab Ansel yakin.
"Hey anak nakal! Dia itu istriku. Jangan mengaku-ngaku atau pulang dari sini kau hanya tinggal kepala saja!." Ucap Aiden kesal sambil menjewer kuping Ansel dengan keras.
Yang lainnya hanya tertawa melihat Aiden yang kembali menjewer kuping Ansel dengan gemas dan Lana hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tertawa melihat interaksi antara Aiden dan Ansel.
"Dia ada dikamar. Sepertinya kelelahan karena berdiri seharian. Kalau begitu aku ke dapur dulu ya guys!." Ucap Lana dengan gaya anak mudanya meninggalkan mereka.
"Ibumu tak pernah berubah. Selalu berjiwa bebas dan muda." Ucap Axton sebelum menyesap minuman nya sambil menatap Aiden.
"Yeah you right. She's my mom." Jawab Aiden bangga.
"Sepertinya.. ada satu orang lagi yang sakit. Apa kau bisa membawa mereka ke rumah sakit nanti, Axton?." Tanya Thea pada Axton yang sedang tersenyum geli sambil menatap Ansel.
"Tentu saja." Jawab Axton singkat.
"Thank you brother." Ucap Thea lalu tertawa geli. Sedangkan Ansel hanya memasang muka masam dan kesal.
"Kapan kalian akan pulang? Hari ini sudah malam dan asal kalian itu, kalian itu sangat mengganggu." Ucap Aiden sambil membantu mengambil nampan yang dibawa oleh bibi Edora.
"Kami berencana akan menginap disini." Ucap Ansel lalu memasukkan camilan kedalam mulutnya.
"What?!." Tanya Aiden.
"Cukup siapkan tiga kamar saja. Satu untuk aku dan Thea, satu untuk Axton dan satu lagi untuk Ansel." Ucap Aaron sambil tersenyum genit pada Thea yang malah menatapnya dengan tatapan tajam.
"Cukup dua saja. Aku akan tidur dikamar Lova dan Aiden." Ucap Ansel santai tanpa rasa bersalah. Semua orang yang ada disana menatap Ansel dengan tatapan terkejut.
"Kau tidak mungkin kan mengganggu malam pertama orang lain. Oh c'mon bro!." Ucap Aaron prihatin.
"Sudah cukup basa-basi kalian! Sekarang pulang!." Teriak Aiden yang mulai merasa gerah dengan sikap para pria brengsek yang ada dihadapannya.
"Aku memang ingin pulang dude. See you soon and i'll saying this once again congratulation to your wedding." Ucap Axton lalu pergi keluar ruangan dengan cepat.
Aiden kini menatap tajam kearah Aaron dan Ansel yang hanya cengengesan tidak jelas.
"Aku juga akan pulang. Congratulation to your wedding and have fun tonight!." Ucap Thea bersemangat lalu ikut keluar menyusul Axton.
"Thea! Shit! I'll leave." Ucap Aaron pergi menyusul Thea.
Aiden mengangkat alisnya lalu menatap Ansel. "And you?."
"Fine! I'll leave." Ucap Ansel kesal lalu menyusul mereka yang sudah duluan keluar.
"Good boy." Ucap Aiden puas dan senang.
Lana datang membawa senampan pizza tapi wanita itu mendadak berhenti saat melihat ruangan itu sudah kosong dan sepi dan menyisakan Auden seorang didalamnya.
"Kemana mereka?." Tanya Lana pada Aiden yang terlihat tenang.
Aiden mengangkat kedua bahunya. "Mereka punya urusan penting mungkin." Jawab Aiden asal.
Lana hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali ke dapur membawa kembali pizza yang ia bawa ke dapur.
Aiden berjalan keluar dari dalam ruangan dan berjalan menuju lift lalu menekan tombol lantai dua. Setelah pintu lift terbuka, Aiden langsung berjalan menuju kamar tidur yang dulu ia gunakan saat kecil hingga remaja. Mungkin sudah kurang lebih lima tahun dia tidak menggunakan kamar itu lagi.
Perlahan ia membuka pintu kamar lalu menyelinap masuk kedalam tanpa membuat suara sedikitpun. Nuansa kamar tidurnya masih tetap sama. Tidak berubah sedikitpun. Masih bernuansa gelap dan sangat manly. Koleksi bukunya juga masih terjejer rapi di rak buku. Beberapa piala dan penghargaan juga tersusun rapi di dalam lemari. Tak ada foto ataupun lukisan. Tapu kalau dipikir-pikir lagi.
Satu-satunya yang berubah disini hanyalah dirinya.
"Aduh."
Aiden melihat pintu yang terbuka sedikit dengan waspada. Perlahan dia berjalan mendekati ruangan itu. Ruangan itu adalah walk in closet miliknya dan tidak mungkinkan sembarang orang masuk kedalamnya. Kecuali..
"Kenapa susah sekali??."
Perlahan Aiden mengintip dari balik celah pintu yang terbuka. Terdapat seorang gadis yang masih mengenakan gaun pengantin dengan bagian punggung yang terbuka nyaris sampai ke bokongnya.
Gadis itu adalah Lova. Yang telah menjadi istrinya terhitung sejak pagi tadi.
Aiden menggeram saat mengingat Lova yang dengan beraninya mengenakan gaun sialan itu. Padahal Aiden telah melarang desain gaun-gaun kurang bahan untuk Lova tapi apa? Pada saat Aiden melihat Lova berjalan mendekatinya memang tak ada keanehan. Tapi pada saat wanita itu berbalik. Aiden dapat dengan jelas melihat punggung mulus Lova terekspos dengan sangat banyak. Damn!.
"Gaun sialan." Ucap Aiden sambil memeluk Lova dari belakang.
Lova terkesiap dan terkejut saat Aiden tiba-tiba datang dan memeluknya dari belakang.
"A-Apa yang kau lakukan?." Tanya Lova gugup.
"Apa yang kulakukan? Tentu saja menyentuh istriku." Bisik Aiden sensual lalu meniup telinga Lova sambil menatap tajam kearah Lova lewat pantulan cermin.
"Menyentuh tangannya." Ucap Aiden sambil menyentuh tangan Lova dari bawah lalu keatas.
Lova terkesiap sambil menatap apa yang Aiden lakukan dari pantulan cermin lebar yang ada dihadapan mereka. Ini terlihat sangat sensual dan menggairahkan.
"Menyentuh pinggangnya." Bisik Aiden sambil mengusap pelan pinggang Lova lalu perlahan keatas.
"Please stop." Ucap Lova tercekat.
"Menyentuh payudaranya." Bisiknya kembali sambil meremas kuat payudara kanan Lova.
"Aiden!." Ucap Lova terkejut dengan suara tercekat.
"Yes baby? Scream out my name." Ucap Aiden lalu merobek gaun pengantin milik Lova.
"What are you doing?!." Teriak Lova sambil menutupi dadanya yang memang tidak mengenakan dalaman apapun tapi dia berterima kasih karena celana dalam nya masih melekat.
"Dari tadi tidak mengenakan apapun? Sangat nakal sekali." Ucap Aiden dengan tatapan gelap.
"Aiden please! Stop.." Teriak Lova cemas saat melihat Aiden yang berjalan semakin maju dengan tatapan nya yang mematikan.
"Simpan teriakanmu nanti, baby. Kau harus menyiapkan tenaga banyak untuk malam ini." Ucap Aiden lalu menggendong Lova di bahunya seperti menggotong karung.
_________
To be countinous