Hallo everybody!
Semua aku buat jelas disini ya. Semoga kalian menikmati alur yang akan semakin menimbulkan tanda tanya disana-sini haha. Aku juga ga tahu kenapa suka bikin cerita rumit gini apa karena pengaruh hidup ku yang rumit ya? Wkwk.
Emang bener kali ya? Eh.
Oh iya aku lagi baik banget update dua hari berturut-turut. Jujur. Bahagiakan kalian?. Aku juga turut bahagia bisa tidur cepat.
Doakan aku bisa mencapai target nilai di ujian kali ini biar bisa kuliah di Jerman. Aaminn.
Ya udah sampai sini dulu.
Jangan lupa dukung terus dengan cara vote dengan sukarela dan selalu menunggu penulis absurd ini kembali.
Danke.
Alemannus
________
Sudah dua hari sejak hari dimana sempat terjadi keributan besar di keluarga Abhivandya. Pernyataan konyol yang dikatakan Aiden saat itu membuat Samuel marah besar hingga menimbulkan jarak yang semakin memanjang diantara ayah dan anak itu sekarang. Entah apa yang membuat Samuel akhirnya menyetujui ide konyol anak nya itu kemaren. Tapi, yang jelas disini adalah Lana adalah satu-satu nya orang yang senang atas pernikahan yang akan diselenggarakan dua minggu itu lagi.
Pertanyaan besar masih menghinggapi benak Aiden maupun Lova. Perkataan Samuel yang mengatakan bahwa Zeline alias mantan pacarnya Aiden pernah hampir membunuh ibunya Aiden belum terjawab hingga kini. Lana-ibunya Aiden seolah menutup-nutupi masalah besar itu dari Aiden. Entah apa tujuan nya yang jelas kini adalah bagaimana nasib masa depan Lova yang malang.
Lova menghela napasnya lelah. Bekerja pada keluarga Abhivandya nyatanya tidak membuat keberuntungan berpihak padanya. Malah kesialan demi kesialan terus menerus menimpa dirinya. Kesalahan apa sih yang ia perbuat dulu hingga hidup nya sekarang terasa sangat berat?. Entahlah.
Semenjak kepulangan mereka dari mansion mewah orang tua Aiden yang ternyata terletak di Brooklyn, Lova jadi jarang melihat Aiden di mansion besar ini. Saat pertama kali mereka kembali ke mansion ini, Aiden langsung pergi menuju kantornya tanpa bicara sedikitpun dan pulang saat Lova sudah tertidur. Saat paginya Aiden sudah pergi berangkat ke kantor saat Lova belum bangun. Apa cuman perasaan Lova saja kalau Aiden memang sengaja menghindar karena ia enggan menjelaskan situasi ini pada Lova? atau karena hatinya yang tengah bimbang karena perkataan ayahnya tempo hari?.
Suara deru mesin mobil terdengar memasuki pekarang mansion dan itu langsung menyadarkan Lova untuk langsung berjalan menuju pintu utama bersiap untuk membuka pintu. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan Lova sangat yakin kalau suara itu berasal dari mesin mobil Aiden. Dan benar saja saat pintu terbuka sosok Aiden yang telihat berantakan muncul dari balik pintu sebelum Lova sempat membuka pintu itu.
Aiden masuk kedalam sambil mendorong pintu dengan kakinya tanpa menyadari kehadiran Lova yang masih terdiam di tempat nya bingung.
"Anda sudah pulang?." Ucap Lova saat Aiden berjalan di dalam kegelapan ruang tamu yang hanya disinari sinar bulan yang temaram.
Aiden membalikkan badannya dengan sangat cepat kearah Lova yang berdiri tepat di belakang nya. Memasang kuda-kuda bela diri yang ia pelajari saat remaja dulu sedangkan Lova hanya menatap Aiden dengan tatapan bingung.
"HAAAA!!."
Aiden spontan mundur beberapa langkah ke belakang dan Lova memajukan tubuhnya karena panik saat Aiden berteriak.
"Ada apa, Aiden?!." Tanya Lova panik.
"Kau siapa?!." Teriak Aiden panik.
"Aku?." Tanya Lova kembali dengan nada bingung. Apa tidak bertemu dua hari sudah bisa membuat seorang Aiden yang ber-IQ tinggi melupakannya?. Luar biasa.
"Ya kau! K-Kau hantu kan?!." Balas Aiden dengan nada tinggi tapi terbata-bata.
Pfft! Apa barusan dia mengatakan kalau aku hantu? Haha. Batin Lova.
Lova langsung tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi ketakutan Aiden yang menurutnya sangat menggemaskan. Ternyata dibalik tubuhnya yang kekar dan kuat serta wajah nya yang tampan dan sifat nya yang angkuh dan berkuasa. Aiden hanyalah pria yang takut dengan hantu. Bhak!. Dasar penakut.
"Aku akan memakan mu~." Ucap Lova dibuat-buat seakan dia sungguh-sungguh hantu.
"AAAHHH!!."
Aiden langsung berlari menuju saklar lampu lalu menekan tombol on untuk menyalakan lampu ruang tamu dan saat ruangan menjadi terang, Yang pertama kali Aiden lihat bukanlah sosok menakutkan seperti apa yang ia bayangkan selama ini tapi wajah yang entah kenapa ia rindukan dua hari ini. Sudah gila memang tapi senyuman yang terbit di wajah itu telah menjadi salah satu hal favorite nya saat ini. Aku memang sudah gila. Sadar lah Aiden!. Jangan terjebak perasaan konyol ini!.
"Kau!!." Geram Aiden marah.
Lova kembali tertawa dan amarah Aiden serta rasa lelahnya langsung menguap ke udara. Menghilang seakan terkena sihir. Dahinya yang tadi mengerut, sekarang sudah kembali normal. Dan yang kebih gila nya lagi. Kini ia ikut tersenyum saat melihat tawa itu. Seakan hatinya memberitahu otak milik Aiden bahwa saat ini ia merasa bahagia.
Bolehkah Aiden berharap pada Tuhan?. Berharap bahwa wanita ini memang diciptakan tuhan hanya untuk nya?.
"Maaf kan saya. Saya tidak mengira anda akan bereaksi seperti itu." Ucap Lova lalu tesenyum tulus.
Wajah Aiden seketika memerah. Bukan karena marah atau kesal tapi karena pemandangan ini terlalu indah untuk dilihat. Sungguh. Jika saja dia dan Lova tidak bertemu pada situasi yang salah seperti ini, Aiden tidak akan segan-segan mencintai dan hidup bersama wanita ini selama sisa hidupnya.
Tapi Aiden sepenuhnya sadar bahwa semua itu hanya akan menjadi sebuah angan.
Karena mereka memang tidak ditakdirkan seperti itu. Mereka ditakdirkan untuk saling memanfaatkan. Aiden tahu Lova membutuhkan tempat untuk kabur dari bibi nya yang kejam dan Aiden butuh Lova untuk membalaskan dendam nya pada laki-laki tua yang sialnya adalah ayah kandung nya. Saling menguntungkan bukan?. Tidak akan ada yang dirugikan disini.
"Tidak apa-apa. Aku.. hanya merasa sangat lelah akhir-akhir ini." Ucap Aiden pelan seraya mengusap wajahnya lalu memejamkan matanya lelah.
"Mau saya buatkan teh?." Tanya Lova dengan nada khawatir.
Aiden sedikit tersenyum mendengar nada khawatir Lova namun dia masih enggan menatap wajah Lova. Itu akan sangat berbahaya untuk nya.
"Boleh."
"Tn. Aiden."
Aiden mengerutkan dahinya. Apa dia tidak salah dengar barusan?. Sekarang Lova memanggilnya tuan?. Harus berapa kali sih Aiden mengingatkan wanita ini untuk memanggilnya Aiden saja tanpa ada embel-embel kehormatan?. Sangat menjengkelkan.
"Sudah aku bilang berapa kali Lova, panggil aku Aiden saja. Tidak perlu panggil aku sir atau tuan." Ucap Aiden kesal.
"Tapi tuan.."
"Lova, sudah aku bilang--." Ucap Aiden kesal seraya membuka kedua matanya.
"Tuan."
Aiden membuka mulutnya tak percaya dengan mata yang terbelalak. Apa-apaan ini?. Kenapa semua pelayan nya berkumpul disini?!. Sejak kapan??. Apa mereka melihat sikap pengecut tadi??. Aiden menghembuskan napasnya kasar. Dia sangat dipermalukan saat ini. Ini sangat menjatuhkan harga dirinya yang sangat tinggi.
"Kenapa kalian semua ada disini?!." Tanya Aiden dengan nada tinggi.
Semua pelayan di mansion Aiden mengedipkan matanya bingung dengan pertanyaan tuan nya. Bukankah sudah jelas kalau mereka kesini akibat suara teriakan Aiden yang terdengar ke segala penjuru mansion?.
"Kami mendengar suara teriakan anda tadi jadi kami langsung kemari, tuan." Ucap salah pelayan.
"Bibi sangat khawatir.." Sahut bibi Edora yang langsung mendekat kearah Aiden yang masih menatap semua pelayan nya dengan tatapan tidak percaya.
"Dari kapan.. kapan kalian ada disini?." Tanya Aiden resah dan sedikit malu.
"Kami ada disini saat anda bertanya apakah nona Lova adalah seorang hantu." Ucap bibi Edora.
Aiden menatap bibi Edora tidak percaya lalu menatap Lova dengan tatapan minta pertanggung jawaban atas semua hal memalukan yang menimpa dirinya dan Lova hanya tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya bingung.
Aiden mengusap wajahnya kasar. Wanita itu. Wanita yang bernama Lova. Selalu berhasil menimbulkan masalah dan kali ini tak dapat dimaafkan. Harga dirinya yang tinggi dan terhormat harus ternoda karena keusilan wanita ini. Aiden menghembuskan napasnya kasar lalu menatap Lova tajam lalu beralih kepada pelayan lain.
"Kalian boleh kembali, tidak ada hal buruk yang tejadi padaku. Jadi, tidak perlu khawatir berlebihan." Perintah Aiden tegas dan semua pelayan termasuk bibi Edora langsung meninggalkan ruang tamu menuju kamar mereka masing-masing.
"Kecuali kau." Ucap Aiden dingin saat melihat Lova yang akan melangkahkan kakinya pergi.
"Apa saya tidak boleh kembali ke kamar?." Tanya Lova sangat hati-hati.
"Tidak. Kau. Harus. Ke kamar. Ku. Sekarang!!." Ucap Aiden penuh penekanan dan Lova hanya bisa menelan ludah nya kasar.
________
To be countinuos
_______
Lana berusaha mengimbangi langkah kaki Samuel yang terasa sangat lebar untuknya. Mereka tengah berjalan menuju kamar utama mansion besar ini. Apalagi kalau bukan kamar mereka berdua yang terletak di lantai dua.
Sejak kejadian dua hari yang lalu dan sejak Samuel dengan terpaksa menyetujui pernikahan putra mereka Aiden. Samuel menjadi lebih banyak diam dan itu membuat Lana sangat khawatir pada suaminya. Tidak pernah Samuel mendiami Lana selama ini, kalau pun mereka bertengkar dengan sendirinya Samuel akan kembali hangat pada dirinya lima menit kemudian. Tapi kali ini? Samuel bahkan menghindarinya selama dua hari.
Ini tidak bisa dibiarkan lagi. Kalau tidak dibicarakan sekarang mungkin masalah ini akan jadi kesalahpahaman untuk selamanya oleh karena itu Lana harus berbicara jujur pada Samuel tentang Lova hari ini juga bagaimanapun caranya.
"Honey.." Ucap Lana setelah mereka tiba di kamar mereka.
Lana mendekati Samuel untuk membantu suaminya melepaskan jas kerja berwarna hitam itu. Sesekali Lana menatap suaminya yang sengaja menghindar untuk menatapnya.
"Sudah aku bilang padamu kalau aku tidak ingin menyakitimu dengan amarah ku yang bahkan tidak bisa aku kontrol." Jawab Samuel pelan sembari meremas kedua bahu Lana kuat.
"Aku tahu itu. Tapi kita harus membicarakan hal ini." Ucap Lana menciba meyakinkan Samuel.
"Sudah aku bilang, aku akan menuruti apapun keputusanmu tapi untuk mendengar apapun itu, aku belum bisa menerimanya." Jawab Samuel seraya menarik dasi nya kasar.
"Bukan hal itu, honey... Ini mengenai Lova." Ucap Lana ragu.
Samuel menghela napasnya lelah. Sudah berapa kali Lana terus menerus ingin membicarakan hal ini, tapi sungguh. Saat ini Samuel sangat tidak ingin membicarakan semua hal yang menyangkut pernikahan konyol itu termasuk wanita yang bernama Lova itu.
"Aku tahu kau tidak sedang ingin membicarakan ini tapi aku harus memberitahu mu sesuatu hari ini juga."
Samuel hanya diam sambil terus memunggungi Lana. Pikirannya sedang berkelana. Samuel hanya takut putra nya yang ia sayangi jatuh pada tangan wanita jahat yang hanya ingin memanfaatkan putranya seperti kejadian lima tahun yang lalu. Samuel tahu persis putranya. Pria yang akan memberi segalanya bila dia sudah jatuh cinta sama sepertinya. Maka dari itu Samuel selalu bersikap tegas seperti ini pada putranya.
"Aku tidak ingin hubungan mu semakin memburuk dengan Aiden. Kau tahu kan kalau Aiden adalah putra satu-satunya yang kita miliki?."
Samuel menghela napasnya. Kalau 8ni menyangkut putranya maka dia akan mendengarkan apa yang akan istrinya katakan tentang Lova.
"Nama lengkap Lova adalah Jovanka Lovata Murrey."
Samuel langsung menegang saat mendengar nama keluarga wanita itu. Murrey. Terasa sangat tidak asing. Samuel membalikkan badannya hingga dia bisa melihat wajah istri cantik nya dengan jelas. Ditatap nya kedua mata indah itu dengan tatapan tidak mengerti dan penuh tanya.
"Kau ingat Devi sahabatku?. Lova adalah anak nya. Anak bungsu dari CEO Murrey's Corp."
Kedua mata Samuel langsung membulat. Tidak mungkin. Ini terasa sangat tidak mungkin.
"Maksudmu. Lova adalah anak keluarga Murrey yang memiliki perusahaan di bidang yang sama dengan perusahaan kita?." Ucap Samuel dengan nada tidak percaya.
"Ya. Kau ingat 12 tahun yang lalu?, Devi punya seorang putri kecil yang selalu bermain dengan putra kita, Aiden. Kau ingat?." Tanya Lana dengan nada sedih.
"Ya.. aku mengingat nya dengan sangat jelas sekarang." Ucap Samuel yakin.
"Ternyata putri nya masih hidup dan sekarang berada sangat dengan kita. Dan bodohnya aku baru mengetahuinya satu minggu yang lalu saat kami berbincang tentang keluarga." Ucap Lana lalu terisak sedih.
Samuel menarik istrinya kedalam pelukannya, berusaha menenangkan istrinya yang terguncang karena kesedihan mendalam di masa lampau.
"Ini bukan salah mu. Ini semua salah ku karena membuat berita itu." Ucap Samuel pelan.
"Tidak. Yang salah adalah keluarga suaminya!. Jika saja mereka tidak menyiksa Devi maka semua ini tidak akan pernah terjadi!." Ucap Lana marah.
"Mereka sangat serakah! Seharusnya mereka yang mendapatkan balasan tapi mengapa harus sahabatku yang malang?." Tambah Lana geram.
"Aku mengerti honey.."
Lana beralih menatap wajah suaminya dengan tatapan senduhnya. Lana merasa bersalah pada Samuel karena harus terlibat dengan permasalahan sahabat nya Devi. Seharusnya sejak awal Lana tidak usah meminta bantuan Samuel untuk merilis artikel yang diminta Devi. Mungkin saja jika semua itu tidak ia lakukan mungkin keadaan nya akan sangat berbeda sekarang. Aiden tidak akan menyalahkan daddy nya atas apa yang menimpa sahabat kecilnya,ia tidak akan kehilangan sahabatnya dan Lova tidak akan kehilangan orang tua dan kakaknya untuk selamanya. Sebenarnya Samuel tidak bersalah apa-apa disini yang salah disini adalah Lana yang tak dapat memberi solusi yang terbaik dan malah mendukung rencana sahabatnya.
"Sebaiknya kita tidak memberitahukan hal ini pada Aiden." Ucap Lana yakin.
"Aku juga berpikiran seperti itu."
"Biarkan mereka membuka lembaran baru kehidupan mereka tanpa harus saling terluka karena kejadian masa lalu." Ucap Samuel penuh penyesalan.
"Aku berharap mereka bisa jatuh cinta dengan sendirinya tanpa harus dihantui bayang-bayang masa lalu mereka." Ucap Lana penuh harap.
"Aku juga berharap seperti itu. Mari kita nikahkan mereka secepatnya agar masalah ini tertutupi dengan kenangan indah yang akan mereka ukir nanti." Ucap Samuel tegas.
"Baiklah, aku akan mengurus ini dengan cepat." Jawa Lana.
___________
To be continuous
You may also Like
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT