Download App
83.33% Past for Present / Chapter 5: It's been a while

Chapter 5: It's been a while

10 Years Latter...

Seorang Pria sedang fokus dengan kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya. Beberapa hasil rancangan yang tidak sesuai dengan keinginannya, ia sudah geram dengan Team Editornya ini. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena memang Team Editornya adalah pilihan Langsung dari kolega bisnis Ayahnya. Mau tidak mau ia harus mempertahankannya.

Intercom ruangannya berbunyi.

"Halo" Laki-laki itu mengangkat sambungan teleponnya sambil trus fokus pada kerjaannya.

"Pak. Ada seseorang yang mencari bapak"

"Siapa? Apa ada dijadwal saya?"

"Kelvin. Dari-" Tanpa harus dijelaskanpun ia tahu.

"Biarkan dia masuk. Dan tolong buatkan Teh cofee less sugar"

"Baik Pak."

Pintu ruangan tersebut terbuka. Pandangan laki-laki itu langsung menyisir interior ruangan dihadaannya

"Busettttt Dit. Ini ruang kerja apa Hotel" Aditia Haqata. Ya seorang CEO dari Qata Groups yang berdedikasi di dunia Real Estate dan Pendidikan salah satunya adalah memiliki Universitas Terbesar di Asia. Ya Adit kini menjadi CEO, impiannya menjadi Arsitek pupus karena saat itu ia harus mengambil alih perusahaan ayahnya yang hampir saja Collapse karena sang Ayah jatuh sakit, satu persatu para pemegang saham mengundurkan diri. Untung saja Ayah Kekasihnya membantunya saat itu. Ia tidak bisa membayangkan jika saja Adit tidak dibantu pria itu. Adit mengorbankan mimpinya, tapi ia tidak menyesal. Karena seyiap kejadian memiliki hikmah dan arti tersendiri. Takdir

"Ck! Ada perlu apa loe?" Kelvin menyerahkan sebuah Undangan pada Adit

"Loe nikahhhh???" Adit tertawa. Bukan mengejek, tapi lebih tepatnya tidak menyangka bahwa pada akhirnya satu persatu sahabatnya akan memiliki pendamping hidup.

"Bosen gua diejek terus sama kalian yang statusnya suami. Gua juga pengen hahaha" Adit mengangguk.

"Tapi jauh banget loe di Bali! Berat diongkos" Kelvin mendelik

"Hehhhh! Pelit amat hidup loe! Loe pulang Pergi Bali-Jakarta 20x sekalipun nggak akan bikin loe fakirmiskin. Itungan bener loe sama temen!" Sewot Kelvin, Adit hanya terbahak-bahak.

****

Di sisi lain...

Dari kejauhan Wanita itu sedang menatap seorang gadis yang sedang terlelap dipojok meja dengan latop yang masih menyala. Sudah 4jam gadis itu disana. Seperti seorang pelajar SMA. Hampir setiap hari berlangganan dan selalu ditempat itu ia duduk.

Kini sudah pukul 21.00 WIB. Kafe sudah mau tutup beroperasi. 2 karyawan itu kebingungan untuk membangunkan gadis itu.

Wanita itu berjalan menghampiri 2 karyawan yang nampak gelisah.

"Kalian beres-beres di belakang, gadis itu biar saya yang urus" 2 karyawan itu mengangguk lalu kembali ke belakang. Wanita itu perlahan berjalan ke arah gadis yang sedang terlelap, ia berusaha agar suara heelsnya tidak mengganggh kenyamanan gadis itu. Ia menarik kursi di hadapannya lalu melihat arloji ditangannya 'Sepuluh menit lagi deh kasian' Wanita itu membereskan buku-buku yang sangat berantakan itu, iseng-iseng ia melihat sebuah buku paket Matematika yang tertulis PR diatasnya. Ia tersenyum lalu menggulung rambutnya, ia mengambil sebuah pensil dan menggoreskannya di atas kertas itu untuk mengisi soal.

21.30 WIB. Gadis itu terbangun dengan sendirinya, dengan wajah yang sangat mengantuk ia mencoba mentap sekelilingnya, dan sontak matanya terbelalak saat menyadari sekelilingnya sudah sepi. Dan dia di café!!!

"Sudah bangun anak manis?" Pandangan gadis itu menatap wanita cantik dengan takjub. Apakah ia sedang bermimpi? Di depannya ada seorng Peri yang sangat cantik.

"PRmu sudah aku kerjakan, kamu bisa pulang dan tidur dengan tenang, istirahat yang cukup supaya kamu nggak kelelahan kaya gini" Wanita itu menyodorkan buku yang tadi diisinya. Lagi-lagi gadis itu terbelalak. HOW CAN?????! Wanita di depannya benar-benar Peri

'PLAKKK!'

"Awwwww" gadis itu menepuk pipinya, ia takut sedang bermimpi.

"Jam operasional Café hanya sampai pukul 21.00 datanglah lebih awal jika ingin berlama disini" Gadis itu hanya mengangguk. Bergegas membereskan barang-barangnya lalu pergi, tak lupa iapun berulang kali menucapkan Terimakasih dan permintaan maafnya.

Wanita itu mematikan lampu Café lalu menguncinya. Setiap hari ia selalu seperti ini, Tiara. Pemilik Café kecil yang ia dirikan sendiri sejak lulus dari bangku SMA, berawal dari kedai kecil dipinggir jalan bernaung dibawah tenda lusuh, ia perlahan merintis usahanya dari hasil kerja kerasnya. Tak luput itu semuapun dibantu oleh sahabat yang dari dulu tidak oernah meninggalkannya. Rehan.

Laki-laki yang sangat sabar selama 10 tahun ini berteman dengannya. Sudah seperti saudara baginya, Tiara tidak bisa membayangkan jika tidak ada Rehan. Maka semua ini tidak akan terjadi. Hidupnya jauh lebih baik sekarang....

Ponselnya berdering...

"Rehan?" Tiara menekan ikon accept. Belum sempat ia berbicara, laki-laki itu sudah lebih dulu memarahinya.

'Gue nggak suka rambut bau lo diiket gitu, tapi nggak apa-apa, karena nggak ada orang lain yang liat, gue maklum'

Tiara berdecak, ia melihat-lihat sekelilingnya, ia tahu Rehan sedang ada diradius tidak jauh dari posisinya

"Dimana loe?"

'Tinnn Tinnn'

Tiara hampir saja kehilangan keseimbangannya karena terkejut. Ia menoleh ke arah Belakangnya, suara kelakson itu hampir saja mengejutkan Tiara. Dengan setengah kesal ia mengetuk kaca sebelah pengemudi, namun Rehan mengabaikannya dan menyuruhnya masuk di sebelahnya. Tiara menghela nafasnya sejenak.

"Bisa nggak sih kalau dateng tuh baik-baik! Ngagetin gue aja deh loe! Gue hampir aja jatuh gara-gara loe!" Rehan hanya menutup telinganya.

"Lagian loe lama banget dari tadi gue tungguin nggak keluar-keluar sedangkan karyawan loe, siapatuh namanya...."

"Wati Hera"

"Nah iya itu, udah keluar 30 menit sebelum loe! Hey. Dimana-mana tuh Boss keluar duluan dibanding Karyawannya. Mana ada Boss yang ngunciin Café dan pulang terakhir." Omel Rehan. Ia marah karena ia paling tidak suka dibuat menunggu lama-lama. Baginya waktu adalah uang.

"Tadi masih ada pelanggan, nggak mungkin gue usir kan, lagian siapa suruh loe jemput? Gue nggak minta!" Kini giliran Tiara yang membela diri, ia tidak ingin disalahkan. Enak ajaaa

"Yatapi kan Ra-"

"Udah buruan jalan, gue udah capek banget nih mau tidur!" Tiara menyandarkan tubuhnya dan sedikit menurunkan seatnya agar ia nyaman. Rehan tersenyum melihat Tiara yang memejamkan matanya. Tiara, entah sejak kapan sudah menjadi wanita yang sangat penting baginya, menjadi prioritasnya dalam hal apapun, bahkan ia rela mengorbankan apapun demi Tiara.

"Loe belum makan malem kan Ra? Mau makan apa?" Rehan masih fokus dengan kemudinya.

"KF* aja, malem makan yang lain, ngantuk!" Dengan suara yang sudah lesu. Rehan mengangguk, ia mengatur temperatur AC dan menyalakan lagu untuk menemaninya agar tidak ngantuk, perjalanannya lumayan lama untuk sampai ke rumah Tiara di daerah Bintaro Tangerang Selatan. Sedangkan kediaman Rehan sendiri di daerah Bekasi. Ia rela antar jemput Tiara walau wanita itu udah sering menolaknya ratusan bahkan ribuan kali, cuma tetap saja, Rehan terlalu khawatir sampai tidak pernah melepaskan Tiara sendiri. Memastikan Tiara aman bersamanya lebih baik dari pada seharian dikantor penuh rasa khawatir kan?

Rehan berdecak melihat penjangnya antrian Drive Thru. Ia terpaksa harus memesannya sendiri. Setelah memastikan Tiara tidak terganggu, ia keluar untuk memesan makanan. Tiara harus makan, kalau tidak maagnya bisa kambuh!

"Spicy chicken Wings with Rice, 1 bottle Mineral Water, Coffe latte and Sundae. Take a way please"

Setelah memesan Rehan menunggu smbil memainkan ponselnya, semua pekerjaan sudah menggung menantinya. Entah sudah berapa kali Rehan mangkir dari pertemuan-pertemuan relasi bisnisnya. Ia tidak suka acara seperti itu, membuatnya jenuh.

"Loh Rehan?" Rehan menoleh ke sumber suara, seorang laki-laki dengan kemeja digulung menyapanya. Rehan sempat terdiam. Ia tidak asing dengan wajah itu, tapi ia lupa namanya.

"Kelvin! Inget gak loe?" Rehan menjentikan jarinya. Benarkan! Ia mengenalinya

"Apa kabar bro? Gila makin ganteng aja loe!" Kelvin menepuk bahu Rehan

"Woaa iya dong harus hahaha! Loe juga lebih gagah sekarang, udah punya buntut berapa bro?"

"Gue baru aja mau nikah. Dateng ya Bro!"

"Ghe kira udah punya buntut, muka loe tua sih!" Rehan tertawa menggelegar.

"Sialan loe! Nah loe sendiri gimana?"

"Maaf pak ini pesanannya." Rehan membayarnya lalu berjalan keluar bersama Kelvin

"Do'ain aja deh. Proses mencari jodoh nih gue. Hahaha" mereka berdua tertawa. Sampai akhirnya Kelvon menyadari bahwa di dalam mobik Rehan ada seorang wanita. Kelvin tidak bisa melihat wajahnya karena posisi kepalanya yang kiring ditutup helaian rambut yang terjuntai.

"Udah punya gebetan ternyata loe! Sial, sok-sokan nyari jodoh, jodoh loe di depan mata. Suc a player" Rehan sedikit canggung, ia pikir Kelvin akan mengenali Tiara, syukurlah ternyata tidak.

"Yaudah Vin, gue cabut dulu ya. Salam buat yang lain" Kelvin mengangguk

Mobil Rehan meninggalkan pekarangan Area Parkir. Kelvin sempat terdiam sejenak, entah apa yang ada di dalam pikirannya. Namun ia mengenyahkan pikiran itu lalu pergi

******

Keesokan harinya Tiara melihat ada segerumulan Orang di sebrang dekat Cafénya. Dilihat sekilas sepertinya ada yang sedang bertengkar. Pandangannya terhenti ketika melihat Seorang gadis sedang meminta maaf. Gadis ituuu!!!

Tiara belari menerobos gerumulan itu lalu berdiri di depan gadis yang kini sedang menangis. Ia menghadap laki-laki yang dari penampilannya seperti pegawai. Tiara membubarkan masa yang sejak tadi berkumpul. Kini hanya ada dia, pria menyebalkan dan gadis ini.

"Dia adik saya. Ada apa ini pak?" Pelan namun tegas, Tiara benar-benar kesal sekarang.

"Dia melempar sneakers nya lalu mengenai kaca mobil, akibatnya itu mobil di belakang saya berhenti mendadak, mobil kami mengalami kerusakan hanya karena satu insiden yang dibuat oleh gaid ini!" Tunjuk si Pria itu kepada gadis di belakang Tiara. Tiara melihat arloji ditangannya lalu menatap gadis itu. 07.13 gadis ini harus ke sekolah.

"Kamu ke sekolah sekarang ya, ini biar aku yang urus"

"Nggak bisa!!!" Tiara memejamkan matanya mencoba meredakan emosinya.

"Pak! Gadis ini harus ke sekolah! Dia bahkan sudah terlambat 13menit!"

"Sama halnya dengan boss saya! Boss saya harus ke kantor sejak setengah jam yang lalu! Tapi semuanya berantakan garagara adik kamu!" Laki-laki di depannya ini menujuk ke arah dalam mobil. Tiara berdesis sinis begitu melihat ada seorang Pria sedang asik memainkan gadgetnya disaat orang lain sedang bermasalah.

'Ah jadi laki-laki di depannya ini pegawai pria itu. Dan bossnya sungguh pria pengecut.' Batin Tiara semakin kesal

"Ada apa ini Sya?" Tiba-tiba ada sebuah suara lakk-laki yang menghampiri. Tiara terkejut begitu melihat Rehan yang panik menghampiri mereka.

"Kami minta maaf atas ini semua. Ini kartu nama saya, disana tertera Alamat dan nomor kantor saya. Silahkan hubungi kami jika ada hal yang perlu di selesaikan"

Laki-laki itu mengambil Nama nama Rehan "Baiklah!"

Tiara dan Rehan membawa gadis ini pergi ke Café milik Tiara. Sepertinya gadis ini sedikit mengalami shock.

Sementara itu...

"Langsung ke kantor saja Ton" Anton, nama sopir itu. Pria yang yadari tadi duduk diam adalah bossnya. Dan kini bossnya sedang dalam mood tidak baik. Ia paling kesal yang namanya TERLAMBAT. dan dia kini terlambat menghadiri Meeting di The Mulia.

"Baik pak. Oh ya pak, mobil mengalami sedikit kerusakan di area bumper belakang, dan mereka tadi memberikan kartu nama untuk proses lebih lanjutnya" Anton menyerahkanya pada Bossnya itu.

'Rehan Airlangga?' Pria itu terbelalak. Bagaimana bisa?? Jadi tadi adalah kerabat Rehan? Teman SMAnya....

*****

Tiara membuka laptopnya, tiba-tiba ada email yang masuk dari Rehan. Sebuah undangan gala dinner dari sebuah brand ambassador clothing line. Rehan selalu saja mengajaknya, Tiara bukannya tidak ingin, tapi ia ingin inmelihat Rehan menggandeng wanita lain. Membawanya bukan hal yang tepat. Acara seperti ini adalah kesempatannya mencoba mendekati wanita yang terbaik kan?

Dering ponselnya mengganggu lamunannya.

"Udah buka Ra?" Tiara memijit pelipisnya. Ia tidak sanggup menolak tapi tidak bisa juga jika harus seperti ini.

"Han-"

"Gue nggak mau tau, pokoknya loe harus datang sama gue. Gue jemput jam 8 malem. Bye Ra" belum sempat Tiara menjawab, Rehan sudah memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Tiara membereskan mejanya, ia harus bergegas menyeselaikan kerjaannya dan bersiap-siap

'Terakhir untuk malam ini, dan gue harus bisa ngomong sama Rehan. Fighting Ra!'

*****

Kelvin, Aldi dan Gian sedang berkumpul di pojok sebuah ruangan yang remang-remang itu, ya mereka kini sedang berada di sebuah acara Gala Dinner Giorgino Armani. Acara itu dihadiri dari berbagai kalangan Artis hingga pengusaha. Tidak tanggung-tanggung bahkan designer Tommy Hilfiger turut hadir dalam acara itu.

"Gue kemarin ketemu Rehan" celetukkan Kelvin membuat semuanya terdiam.

"Rehan? Rehan temen SMA kita?" Kelvin hanya mengangguk menjawab pertanyaan Aldi.

"Denger-denger dia sekarang jadi CEO dari PT. Diamond Inc. Gue fikir dia bakal jadi Chef, abisnya kemana-mana selalu makanan mulu kalau pergi sama Tiara" Aldi dan Kelvin membenarkan perkataan Gian.

Tak lama Adit datang, bersama sang tunangan, ya siapa lagi kalau bukan Sintia. Selama 10 tahun Adit hanya menjadikan Sintia Tunangannya, ia masih berat jika harus mengemban tanggung jawab menjadi seorang suami. Apalagi disaat hatinya masih tidak yakin. Tidak yakin karena apa? Entahlah, ia sendiri tidak tahu....

"Dari mana aja loe kutu kuda?" Sintia memukul Aldi dengan keras karena mengejek Adit.

"Awwww sakit Sin! Mulai galak deh loe kaya Tiara, hobby amat mukul tangan gue" kata-kata yang terlontar dari mulut Aldi membuat Adit menegang sejenak. Namun ia bisa kembali menetralkan dengan meneguk winenya

"Dit, ternyata CEO Diamons Inc itu si Rehan loe bro!" Kelvin dan Gian meringis. Aldi tidak pernah tedeng aling kalau berbicara.

'Ukhukkk'

'Ukhuk-'

Sintia menepuk punggung Adit dan mengusapnya pelan. Adit perlahan mengelap mukutnya dengan tissue.

"Bukannya itu perusahaan dibidang berlian?" Entah kenapa Adit tidak tahu harus menanggapi Apa. Dan entah sejak kaan nama Rehan menjadi nama paling sensitive baginya sekarang.

"Yailaaa ngomongin orang mulu dah kerjaan loe pada, inget dosa! Mending bahas Moto GP hahaha" Aldi dan Kelvin mendorong baru Gian yang posisibya ada di tengah.

Dari kejauhan Sintia melihat ada sesosok pria berpenamlilan manly yang berjalan santai dengan wine ditangannya. Sintia harus menyipitkan matanya agar ia bisa melihat pria itu dengan jelas. Saat pria itu sudah berada dekat dengannya Sintia terbelalak

"Rehan???" Seluruh mata di meja mereka terkejut, dan mengikuti arah pandang Sintia. Keterkejutan mereka bertambah saat seorang wanita cantik berbalut gaun panjang membentuk tubuhnya dengan heels yang membuat kakinya terlihat jenjang menghampiri Rehan dengan tangan yang memegang Clutch. Kini giliran Adit yang bahkan ia berdiri sekarang

"Tiara?" Suara Adit cukup keras. Sang empunya nama menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Sepersekian detik, tatapan mereka terjunci, Aliran darah mereka serasa terhenti. Blank itulah yang mereka berdua rasakan.

"Adit..."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login