"Kamu mulai terbiasa dengan ku." Ucap Nolan menggoda. "Akan aku buat kamu melupakan Hadley dan lebih memilih bersamaku." dengan seringai puas mempermainkan Flair seperti bonekanya.
Flair mendorong tubuh Nolan dan memukuli punggung pria itu. Nolan hanya terkekeh melihat wajah jengkel Flair yang sungguh menghiburnya.
Saat keluar pintu apartemennya terlihat Perry pria berusia empat puluh lima tahun, sopir pribadi Nolan sudah menunggu di luar. Dan membantu Flair membawa map-map yang berat itu. Dan mereka bertiga menuju mobil.
" Pakailah Perry kemanapun kamu pergi untuk membantu tugasmu. Kamu tidak usah menyetir sendiri. Kunci mobil sudah aku berikan pada Tatiana. Pakai mobil kantor supaya tidak banyak yang mengenalimu. Paham!!!" Ujar Nolan pada Flair.
Flair mengangguk paham. Mengapa sekarang ia di posisi seperti ini? Seolah ada di otoriter Nolan yang membawahinya untuk menurut mau tidak mau. Apa bos mengambil bagian sejauh ini dari anak buah. Meski keberatan tapi bagiamana lagi. Ah, mood Flair menjadi kacau.
"Perry, ingat hanya kamu dan Tatiana yang boleh mengantar Flair pergi kemanapun. Tidak boleh yang lain!!!" Ujar Nolan pada sopir pribadinya itu.
"Siap presiden!" Jawab Perry mengangguk.
Tangan Flair mengepal geram. Mengapa Nolan menjeratnya seperti ini??? Ia seperti menunjukkan rasa kepunyaan seolah Flair sudah menyerah jatuh menjadi miliknya, padahal hubungan mereka bukan apa-apa. Flair semakin berat melangkah, ia sadar berjalan di rel yang salah. Yang mungkin bisa membuat Hadley salah paham jika berada di sini melihatnya sekarang. Nolan semakin sering berada di dekatnya. Semakin leluasa mendekatinya dengan cara apapun. Bahkan dengan pekerjaan ini mereka sering terhubung satu sama lain. Membuat Nolan mendekatinya secara masif di berbagai suasana.
****
Pagi di IF Healthy Center,
Kenrick mengantar sendiri bunga untuk Shandy di rumah sakit. Kenrick sengaja datang pagi-pagi sekali untuk menunggu kedatangan Shandy ke ruangannya. Dari kejauhan tampak Shandy berjalan dengan tangan di kedua saku jas dokternya yang berwarna putih. Sangat tidak menyenangkan melihat seseorang dari masa lalu masih saja membayangi sedangkan kamu sedang dalam perjalanan meraih mimpi yang baru untuk masa depan. Shandy tidak menyapa hanya melewati sosok Kenrick dan berpura-pura seolah tak melihatnya.
Saat Shandy masuk ke ruangannya, Kenrick menahan pintu agar tidak tertutup. Meletakkan bunga yang dibawanya ke hadapan Shandy dan memberikan sekotak sarapan untuk Shandy.
"Ken, mengapa datang lagi dalam hidupku?" Tanya Shandy sudah jemu dengan bunga-bunga dan bunga setiap hari.
"Ingin dengar kabar bahwa kamu tidak bahagia dalam pernikahanmu." Jawab Kenrick sambil melihat-lihat poster yang dipasang di ruangan Shandy.
"Aku bahagia, jadi sudahi saja semua ini! Meski aku tidak bahagia sekalipun aku tidak akan mencarmui untuk kembali!" Sahut Shandy tegas.
"Aku mendapat kabar bahwa suamimu tersangkut kasus hukum dan mungkin bisa saja ia harus di bui. Apa pria seperti itu bisa menjagamu dengan baik? Mendukung karir mu? Kita lihat saja tidak lama lagi ia mungkin akan mempermalukan keluarga kalian karena pada dasarnya pria yang kamu nikahi tak lebih dari sekedar penjahat tengik yang sudah pantas detempatkan dalam jeruji penjara."
"Cukup penghinaan mu!!!! Barric tetap berharga bagiku!! Dan aku sangat mencintainya!!" Seru Shandy sangat tersinggung dengan ucapan Ken.
"Ken, aku punya anak. Dan Barric mencintai anakku. Keluargaku utuh dan sempurna!! Jangan lakukan kegilaan untuk merusaknya!!!" Lanjut Shandy sambil menggebrak meja.
"Aku tetap menantimu, jikalau nanti kamu berubah pikiran." Ujar Ken tersenyum licik dan beranjak pergi.
"Tidak akan pernah!!!!" Seru Shandy sembari melempar bunga yang barusan dibawa Ken tepat ke sebelah kakinya.
Ken keluar dari ruangan Shandy dengan hati yang terluka. Baru kali ini ia lihat Shandy begitu bersikap kasar. Padahal sebelumnya ia berharap dapat memeluk Shandy saat bertemu. Tetapi wanita itu kini telah berubah menjadi singa betina yang siap menerkam siapapun yang mengganggu ketentraman keluarganya.
Dari lorong ruang pemeriksaan Fayre berjalan gontai menenteng tasnya di pundak dan sempat berpandangan dengan Kenrick.
"Fayre, Sedang apa di sini?" Sapa Kenrick dengan senyum tampannya berhias lesung pipit di pipi kanannya.
"Mengantarkan Rory memeriksakan kesehatan untuk persiapan pernikahan." Jawab Fayre sambil menarik nafas. Ia tampak memegangi perutnya.
"Kau tampak pucat, apa kau sakit?" Tanya Kenrick mengamati wajah Fayre yang basah karena keringat dingin.
"Iya, aku juga hendak menemui dokter, lambung ku terasa mual, perih, keringat dingin dan aku merasa sangat kelelahan." Jawab Fayre mengusap keringat di keningnya.
"Kamu sendiri apa yang kamu lakukan di sini, Ken?"
"Aku hanya sedang mengunjungi kawan lama." Sahut Kenrick sembari melempar senyuman sekali lagi.
"Kata Rory kalian sedang sibuk mengerjakan produksi tas pesanan Idlina. Apa itu benar?" Tanya Kenrick sambil berjalan mengiringi Fayre.
"Iya, ini sangat menguras tenaga dan pikiranku. Ditambah lagi Flair tengah sibuk dengan pekerjaan barunya. Jadi aku memutuskan untuk mengerjakan lebih banyak. Aku tidak ingin mengganggunya terlalu sering." Jelas Fayre dengan mata yang mulai berkunang-kunang.
"Tenang, aku menangkapmu. Mari aku antar ke ruangan Dokter." Ucap Kenrick ketika Fayre kehilangan keseimbangan karena kepalanya yang terasa berputar-putar. Kenrick mengangkat tubuh Fayre dan menggendongnya ke ruang dokter.
"Nyonya Bosley,....!!" Sapa seorang gadis sambil menutup pintu ruang kerjanya.
"Fayre, kejutan kamu berada di sini pagi ini." Jawab Shandy sambil melihat beberapa jadwal kerjanya.
"Lalu? Apa jantungmu masih berdebar-debar pagi ini? " Tanya Shandy ingin tahu.
"Ah, aku baru saja menemui dokter, dan menerangkan asam lambungku tinggi, tekanan darahku juga sangat rendah. Mungkin aku terlalu stress. Hampir saja aku jatuh pingsan di luar sana, untung saja Ken membantuku tadi."
"Ken?" Tanya Shandy heran. Owh, jadi mereka bertemu pagi ini? pikir Shandy.
"Owh, salah satu pemilik perusahaan textil yang pernah memakaiku sebagai model." Tukas Fayre menjelaskan.
"Lalu dia mengantarkanmu ke ruang dokter?"
"Ia memapahku, tepatnya menggendongku. Owh Shandy, jangan tanya lagi. Kamu membuatku malu."
"Sekarang dimana dia?"
"Setelah suster merawatku dan aku terlihat lebih segar. Dia pergi, karena sudah banyak direksi yang sudah menunggunya siang ini di kantor."
Fayre begitu berkesan buat Ken, jika hanya dianggap wanita biasa tidak mungkin Ken begitu baik pada Fayre. Bahkan sudi memberi perhatian pada Fayre. Jangan-jangan benar. Pria yang tidur dengan Fayre malam itu adalah Ken. Owh, Shandy jangan terlalu cepat menyimpulkan. Ucap Shandy dalam hati.
"Shandy...!" Panggilan Fayre membuyarkan lamunan Shandy. "Ada apa? Apa kau sibuk?"
"Tidak, hanya teringat ada janji dengan Sean besok, aku akan mengajak Sean jalan-jalan ke plaza besok." Ujar Shandy beralasan.
Aku khawatirkan kamu sedang hamil Fayre, di awal-awal kehamilan, asam lambung biasanya tinggi, tapi semoga tidak terjadi. ucap Shandy dalam benak sambil memandang resah pada Fayre.
***
.
*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas
untuk tahu judul Novel saya yang lain
Fernee : nama kecil Flair, Fay: nama kecil Fayre