Nana duduk sambil menyingkirkan selimut yang menutup wajahnya. Nana mentap Lion sambil meniup rambut yang menghalagi pandanganya.
"Kamu benar- benar membuatku kesal Kim Lioooonnnn... "
Mendengar suara tajam dan cempreng itu Lion terkejut sambil memegang dadanya. Kemudian dia melirik kearah Nana, "Oh astaga.... "
"Hei, gadis ular, kenapa kamu tiduran di lantaiku yang bersih itu? kamu juga sangat berisik? " lanjut Lion dengan ekspresi kesal.
Nana benar-benar kehilangan kesabaran, dia tidak mau terlambat masuk kerja hanya gara-gara Lion, dengan cepat Nana bangun dan menarik tangan Lion.
"Iyyaaahhhhh..." Nana terus berusaha menarik tangan kekar Lion. Akan tetapi bukanya tertarik malah di tarik.
Lion menarik tangan Nana dan seketika itu Nana jatuh tepat di dada bidang Lion. "Auuu..." Nana menjerit ketika dia jatuh dan menindih tubuh Lion.
Lion memeluk Nana sambil mencium aroma unik tubuh Nana dengan rakus, seketika itu jantung Nana berdetak kencang, dia merasakan kehangatan pelukan Lion.
Setelah tersadar Nana memukul dada Lion, dan berusaha melepaskan diri dari Lion. "Aaaa, dasar siluman bebek brengsek, beraninya kamu memeluk tubuhku" teriak Nana dengan kesal sambil memukul tubuh Lion.
"Auu.. sakit" Lion meringis kesakitan ketika Nana memukulnya.
"Rasain... " sahut Nana sambil berdiri memperbaiki pakaiannya.
"Lebih baik kamu segera mandi dan siap-siap, sebelum kamu membuatku terlambat bekerja, sekarang aku akan keluar dan menunggumu di meja makan, aku beri kamu waktu 30 menit kalau tidak aku akan meninggalkanmu" Setelah mengatakan itu, Nana langsung berbalik dan keluar dari kamar Lion.
Lion tidak habis fikir, kenapa diantara semua wanita dia harus bertemu dengan wanita mengerikan seperti Nana? tidakkah dia terlalu kejam untuk ukuran seorang wanita? apakah ada lelaki yang tahan menjadi pasangannya? Lion rasa tidak akan ada lelaki yang mau dengan wanita baja seperti Nana, sungguh kasian.
Sesaat kemudian Lion keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi dan wajah yang karismatik. Melihat itu Nana berfikir kalau Lion memang masuk daftar cowok tampan Korea, untungnya dia bukan penggemar K-Pop kalau tidak bisa gawat dunia persilatan. Bisa jadi dia masuk daftar wanita yang rela melempar dirinya ke pelukan Lion.
"Kamu harus membayar setiap tatapan lancangmu pada wajahku" ucap Lion sambil duduk di seberang Nana.
Nana menyeringai kearah Lion sambil tersenyum pahit,
"Terserah kamu mau melakukan apa, aku tidak perduli"
Tanpa memperdulikan ucapan Nana, Lion langsung menyantap sarapan paginya, kali ini dia tidak protes dengan masakan Nana, dan mulai terbiasa.
"Tampaknya tuan sudah terbiasa dengan masakan nona Nana? " bisik salah satu pelayan Lion.
"Mungkin ini saatnya kita harus memperlakukan nona Nana dengan lebih baik lagi agar dia tahan melayani tuan, karena aku sungguh lelah melihat tuan marah-marah setiap pagi" sahut pelayan lainnya.
"Kalian lebih baik kembali mengerjakan tugas kalian, jangan bergosip di sini " tiba-tiba suara pelayan Gong terdengar menyeramkan di telinga.
Para pelayan itu langsung pergi, sedang pelayan Gong tersenyum menatap Lion dan Nana yang tampak harmonis meskipun mereka sering adu mulut.
'Mereka sangat manis, aku berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan yang bahagia dan memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan'. Batin pelayan Gong. Dia benar-benar ingin melihat tuan yang dia layani hidup bahagia.
Setelah sarapan bersama, dan mengurus Lion, Nana langsung mengendarai motornya menuju kantor Star Magazine tanpa menghiraukan apakah Lion sudah mau berangkat atau masih mendekam di ruang kerjanya.
»Kantor Star Magazine«
"Pagi semua, maaf sedikit telat " sapa Nana sambil berjalan menuju meja kerjanya.
"Pagi " jawab semua kariyawan yang sudah datang.
"Pagi juga Nana !" Yuri tiba-tiba sudah ada di sampingnya sambil tersenyum menatap Nana penuh arti. Nana langsung melirik orang di sampingnya.
"Yuri, apa kamu baru datang? "
Yuri menggeleng. " Aku sudah sampai 15 menit yang lalu"
"Ohh" Nana mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kenapa terlambat? bukanya kamu meninggakkan rumah lebih dulu dariku? " tanya Yuri menyelidik.
Nana tampak gugup. "Mmmm itu... itu.. aku aku.. ada sedikit urusan"
"Apa yang kamu sembunyikan dariku?" Yuri masih curiga sama Nana dan tidak percaya dengan kata-kata Nana.
"Gak ada" jawab Nana.
"Baiklah kalau begitu aku akan ke mejaku dulu, tapi awas jangan coba-coba menyembunyikan sesuatu dariku." ancam Yuri sambil menunjuk wajah Nana.
Dengan hormat Nana berkata, "Siapp...Ny bos hee"
Yuri tersenyum dan berbalik, namun langkahnya terhenti ketika melihat Joon datang, untuk sesaat Yuri terdiam dan menikmati pemandangan indah di depannya.
'Joon semakin hari aku merasa kamu semakin tampan'. Batin Yuri sambil senyam senyum tidak jelas.
Nana tersenyum ketika menyadari kalau Yuri tampak salah tingkah ketika melihat Lee Joon.
"Jangan begitu juga kali menatapnya he" bisik Nana. "Apaan sih?" Yuri merasa malu dengan godaan Nana.
"Pagi bos !" Sapa Semua karyawan. Seperti biasa Lee Joon mengangguk dan melambaikan tangannya. Setelah itu dia berhenti tepat di depan meja Nana dan melirik Yuri yang masih berdiri di samping Nana.
"Kenapa kamu berdiri di sini? " tanya Joon.
Mendengar suara Joon, Yuri tersadar dan langsung berkata, " Ahh iya, aku hanya menyapa Nana"
"Oh " ucap Joon. Setelah itu dia melihat Nana.
"Nana bagaimana perkembanganmu dengan Ceo OneSoft ? apakah kamu sudah berhasil menemuinya? " tanya Joon.
Nana tersenyum dengan antusias. "Kali ini semuanya berjalan baik, dan hari ini saya bisa mewawancarainya"
"Apa kamu serius? " Yuri terkejut begitupun beberapa kariyawan yang mendengarnya.
"Bagus kalau begitu, tapi pastikan kamu tidak membuat masalah seperti waktu ketika kamu berhadapan sama ceo KI Grup karena itu sungguh merepotkan" lanjut Lee Joon.
Nana mengangguk. Meskipun mengingat itu membuatnya perih karena gara-gara tugas dari Joon dia akhirnya di jadikan pelayan oleh Lion, dan itu demi perusahaan Lee Joon lagi.
Selesai dengan Nana, Joon langsung masuk ke ruangannya, sedang Yuri masih memperhatikan Lee Joon tanpa berkedip.
"Yuri jangan pandang Joon terus, lebih baik sekarang kamu kembali ke mejamu he " goda Nana.
Yuri merasa malu dengan ejekan Nana, pipinya memerah dan mendadak salah tingkah, setelah itu dia berbalik.
"Yuri mejamu di sebelah sana bukan di situ" Kata Nana setelah itu dia tertawa.
"Haa... iya aku sedikit lupa. Baiklah My Nana aku akan ke ruanganku dulu" kata Yuri. Setelah itu Yuri pergi dari meja kerja Nana, dan Nana mulai melakukan pekerjaannya.
Waktu menujukkan pukul 11 siang, Nana mencoba menelpon Jeha untuk memastikan kapan mereka bisa mulai melakukan wawancara.
"Hallo Jeha, lagi di mana? "
"Di depan kantormu"
"Apa? "
"Ha..ha.. kita kan sudah janjian ketemu jam segini jadi sekalian aja aku jemput kamu"
"Baiklah kalau begitu aku akan segera turun"
Setelah itu Nana merapikan semua barang-barangnya dan bergegas keluar.
Sedangkan di depan kantor, mobil mewah Jeha benar-benar menyita perhatian, ketika dia melihat Nana keluar, dia langsung keluar dari mobil.
"Maaf agak lama" kata Nana ketika sudah ada di hadapan Jeha. Jeha tersenyum.
"Tidak apa-apa, ayo kita pergi"
Jeha menekan tombol kunci di tangannya, langsung saja pintu mobil terbuka sendiri, dan itu membuat Nana terkejut lagi.
"Waoo...keren" ucap Nana. "Silahkan masuk..! " kata Jeha mempersilahkan Nana masuk ke dalam mobil seperti seorang supir dan tuannya.
Semua perempuan yang keluar masuk kantor itu merasa iri pada Nana. Bagaimana tidak Jeha memiliki gaya berpakaian yang santai dan keren. Visualnya yang tampan dan manis dan pembawaannya yang asyik membuat siapapun merasa nyaman ada didekatnya.
Setelah itu mobil Jeha meninggalkan kantor Nana. Namun sebelum menuju kantornya Jeha berhenti di salah satu restauran terkenal di Korea.
"Apakah kita akan melakukan wawancara di sini? " tanya Nana heran. Jeha tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Nana, dia malah mengajak Nana turun dari mobil dan membawanya masuk ke restauran.
"Kamu mau makan apa? " tanya Jeha ketika sudah duduk di salah satu meja di restauran itu.
"Memangnya makanan yang paling enak di sini apa? " tanya Nana.
Jeha membuka menu dan mulai memperkenalkan makanan yang ada di menu" Mmm di sini yang paling enak itu Dak Galbi"
Nana tampak bingung karena itu pertama kalinya dia mendengar nama makanan itu, dia mulai khawatir jika makanan itu ada campuran daging babinya.
"Mmm bisakah kamu menjelaskan padaku tentang makanan ini? "
Jeha nampak menyipitkan matanya "Tampaknya kamu begitu berhati-hati soal makanan, apa kamu punya alergi? "
"Oh tidak, aku hanya ingin memastikan kalau makanan yang kamu sebut tadi tidak ada campuran daging babinya" jelas Nana.
"Makanan ini dimasak di hot plate bundar di atas meja, bahan-bahan di dalamnya antara lain ayam goreng, kubis, kue beras, bawang merah, dan kentang manis, Dak galbi terasa nikmat karena saus panasnya yang terbuat dari pasta cabai merah, kecap, dan kunyit, semua bahan tersebut dicampur dan diaduk merata, hasilnya sungguh memuaskan lidah dan lebih nikmat lagi jika ditambah keju mozzarella" jelas Jeha.
Nana merasa lega, tapi dia ingin memastikan sekali lagi."Jadi tidak ada campuran babinya?"
"Kamu alergi makan babi ya? padahal daging babi sangat enak loh.. " ucap Jeha sambil memainkan lidahnya. "Aku muslim" bisik Nana.
Jeha cukup terkejut, karena selama ini dia tidak menyangka kalau Nana muslim, seketika itu lagi dan lagi Nana mengingatkan Jeha pada sosok Mayleen.
Bukan hanya senyum gadis ini yang mirip tapi mereka memiliki keyakinan yang sama hanya saja penampilan Mayleen lebih tertutup dari Nana. Batin Jeha sambil menatap Nana penuh arti.
"Ada yang salah?" tanya Nana keheranan. Jeha langsung tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Ahhh gak apa-apa, aku cuman keingat seorang teman yang memiliki keyakinan sama denganmu"
" Benarkah? apa aku boleh mengenalnya? " tanya Nana dengan penuh semangat.
Jeha tercengang mendengar pertanyaan Nana.
Jeha berfikir bagaimana dia mengenalkan Mayleen pada Nana ? sedangkan dia sendiri tidak tau di mana keberadaan Mayleen. Terakhir kali dia bertemu Mayleen waktu tamat SMA, perpisahan merekapun diakhiri dengan tidak baik.
"Ha ha.. kalau umur kita panjang tapi ya. Ya sudah aku akan pesan makanan yang sesuai denganmu" Jeha mencoba mengalihkan pembicaraan agar Nana tidak melanjutkan pembahasan itu. Benar saja Nana langsung setuju dengan usul Jeha dan tidak membahas tentang itu lagi.
Sesaat kemudian pesanan mereka akhirnya datang, Nana dan Jeha menikmati makanan bersama sambil ngobrol dengan riang.
Tepat pukul 12:30 mereka keluar dari restauran setelah menyesaikan makanan mereka. Saat di perjalanan Nana melirik Jeha sambil bertanya, "Apakah di sekitar sini ada masjid ? "
Jeha mengangguk. "Ada satu yang aku tau dan masjid itu adalah masjid yang paling bersejarah di sini"
Nana menyipitkan matanya, yang dia tau Jeha bukan muslim jadi dia heran mendengar Jeha tau tentang masjid di kota Seol. Bukankah kehidupannya identik dengan diskotik di malam hari dan bekerja di pagi hari.
"Kamu benar-benar tau tempat beribadah muslim di Korea? " Nana mencoba memastikannya.
"Iya, apa kamu mau aku ajak ke sana? " tanya Jeha.
Nana mengangguk dengan semangat. Nana memang ingin sekali meliput tentang muslim yang ada di Korea, dan juga tempat-tempat beribadah serta tempat berkumpul mereka, dengan segera Nana mencari kameranya, setelah itu dia menatap Jeha.
"Saya sangat tertarik, ayo ke sana, sekalian aku mau shalat zuhur di sana, apakah kamu mau membawaku ke sana? "
"Tentu suatu kehormatan buat saya." kata Jeha sambil memperlihatkan senyumnya yang menawan.
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT