**Flashback End
Studio Foto Calvin.
Ella memandang dirinya dalam cermin, bertanya-tanya apakah dirinya terlihat aneh dengan pakaian yang ia kenakan saat ini.
Kaos hitam lengan pendek dengan gambar terngkorak bergigi taring di depannya, ditambah celana jeans dengan panjang hanya setengah dari pahanya.
Sepintas Ella berpikir aneh dengan banyaknya lubang di celana jeans yang ia kenakan, tapi itulah ciri khas fashion dari toko pakaian milik temannya. Ella juga mengenakan sebuah slyer hitam yang ia sematkan di rambutnya layaknya bandana.
"Ella...." Calvin menyeringai lebar, melihat penampilan temannya yang sudah berubah.
"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan Calvin," ucap Ella, matanya yang sinis melihat senyuman Calvin yang mencurigakan.
"Ingat... perjanjian yang sudah kita buat! Awas saja kalau kau menginggakarinya dan berbohong padaku."
Ella menatap studio foto kecil milik temannya, dan tidak ada siapapun selain mereka berdua. Calvin hanya memperkerjakan satu orang pegawai, dan itu adalah seorang kasir yang tidak pernah meninggalkan areanya.
Selebihnya hanya temannya yang selalu berjaga dan memantau.
"Aduh... Ella... Selalu saja kau sinis dengan semua niat baikku." Calvin tetap mempertahankan senyumannya yang semakin lebar. Ia mulai menyalakan lampu sorot, dan mempersiapkan berbagai peralatan.
"Jadi... kemana penggemar beratmu? Tumben sekali dia tidak mengantar?" Tanya Calvin kembali, sambil mengatur arah kameranya.
"Ella, apa bisa kau berdiri di sana?" Tunjuk Calvin ke arah backdrop putih yang berada di depannya.
Ella pun melangkah, sepatu boot yang ia kenakan cukup membuat pergerakan kakinya menjadi kaku.
"Jangan suka sok tahu Calvin! Dan dia bukan penggemarku," balas Ella seraya ia duduk di sebuah kotak berwarna putih, memperhatikan temannya yang masih sibuk dengan semua persiapannya.
"Ahh..! Ella kau ini!! Apa kau masih berpura-pura tidak tahu, kalau dia sangat tergila-gila padamu. Sudahlah... lupakan saja si tolol Edward itu," sindir Calvin dan kali ini mengganti kamera yang ia pegang.
"Ahh... sepertinya bukan ini!"
"Aku tidak berpura-pura, aku tahu kalau dia... hei! Aku tidak akan cerita apapun padamu." Ella berlaga acuh di hadapan temannya.
"Tunggu!" Calvin mendongak ke arah Ella dengan senyum aneh tersirat dari wajahnya.
"Dia mengantarmu semalam, bukan?" Tanya Calvin.
Ella menjawab dengan sedikit menegakkan wajahnya dan menganggakat kedua alisnya.
"Apa dia menginap semalam di tempatmu?" tanya Calvin kembali menyeringai licik.
Kali ini Ella tidak memandang wajah Calvin yang sudah menyudutkan dirinya, Ella hanya memalingkan wajahnya dan menyilangkan kedua kakinya. Lalu mengetukkan jari jemarinya di antara lututnya.
"Cepatlah Calvin... dan jangan mulai bergosip. Kau ini seperti wanita saja!" keluh Ella mencoba menyadarkan temannya, tujuan mereka pada awalnya adalah untuk mengambil foto.
"Ahhh... aku tahu... kalian pasti sudah tidur bersama bukan?"
Ella menatap ke arah wajah Calvin dan matanya membulat dan melebar, "Jangan asal bicara!! Kau pikir pria yang menginap di tempatku, akan tidur denganku??" Ella berdalih dan menjaga tetap tenang emosinya, agar tidak mudah di tebak oleh temannya.
"Iya sih... aku pernah menginap di tempatmu... Tapi itu kan aku, bukan Alfred Lewis. Pasti berbeda kalau pria itu yang menginap. Sudahlah Ell, aku sudah mengenalmu cukup lama."
"Calvin, kalau masih saja meracau. Aku akan pergi!" ancam Ella bersungguh-sungguh.
"Ok...ok... jangan marah dong. Hhuuhhh..."
Calvin mulai memberikan arahan pada temannya, tidak terlalu sulit untuk Ella. Dengan mudah dan leluasa, Ella bisa memberikan banyak gaya untuk semua pakaian yang Calvin pilihkan untuknya.
Jepretan kamera terdengar sering, dan cahaya flash yang menyilaukan sudah cukup membuat mata Ella lelah.
Hampir satu jam pun berlalu, Ella sudah berganti tema pakaian. Kali ini bernuansa putih, mulai dari kaos, celana dan topi pet. Ia berjalan mendekati Calvin yang tengah duduk memandangi layar laptop di depannya.
"Wah.. Ella.. Lihat betapa mahirnya aku mengambil foto bukan? Mmmm... Dan kau juga terlihat sangat profesional. Kau sudah seperti seorang model." Ucap Calvin dengan bangga.
"Terserah kau saja Calvin, dan ingat aku tidak mau wajahku terlihat."
"Apa kau yakin Ella? Lihat ini! Bagus bukan?" Calvin menarik Ella dan memperlihatkan hasil fotonya.
Ya, Ella memang tampak berbeda di kamera. Dia sendiri tidak yakin awalnya dengan tawaran temannya tersebut, apakah dia bisa atau tidak untuk menjadi seorang model.
"Calvin aku serius dengan ucapanku. Atau aku akan menghapus semuanya." Ella menggeser paksa Calvin dan duduk di depan laptopnya.
"No... no... no...!" Calvin dengan segera menutup layar laptopnya, dan mencoba menghentikan niat Ella.
"Okey... Ella!! Kau menang.."
Ella tersenyum dengan senang, karena Calvin menurutinya. "huhh... kalau seperti ini. Lebih baik aku gunakan patung saja." Keluh Calvin dan Ella hanya berpura-pura tidak mendengar. Ella berjalan ke ruang ganti, ia sudah merasa cukup dengan semua permintaan temannya.
"Ella..!" Teriak Calvin dari balik ruangan.
"Hmm...? Aku sudah lelah Calvin, tidak ada sesi foto lagi." Ucap Ella yang menebak saja, apa yang akan dikatakan temannya.
"Bukan itu, pasti kau sudah membacanya bukan?" Tanya Calvin lagi. Ella pun keluar dari ruangan ganti, ia sudah dengan pakaiannya sendiri.
Wajah Calvin tampak ragu saat menatap Ella, dan wanita itu hanya menghela nafasnya dan berjalan melewati temannya.
"Baguslah kalau kau sudah melupakannya. Kau terlalu baik untuknya." Calvin berjalan ke arah Ella yang sedang duduk di kursi panjang, sibuk mengenakan sepatunya. Calvin menyodorkan minuman kaleng ke arah Ella.
"Terimakasih." Ucap Ella menyambarnya dengan cepat, dan langsung membukanya. Ia pun meneguknya dengan banyak. Calvin sadar, pertanyaannya sudah membuat emosi Ella mulai meluap.
"Tentu saja Calvin, sudah dua tahun lebih. Dan aku rasa itu waktu yang cukup untuk melupakannya," jawab Ella, dan Calvin pun duduk di sampingnya.
"Yahh.. beruntunglah kau bisa move on darinya." Ucap Calvin dengan sedih.
"Khristy?? Kau sudah dapat kabar darinya?"
Calvin menggeleng dengan lemah, dan Ella menepuk punggung temannya dengan cepat. Calvin langsung saja tersedak dengan minumannya, dan menatap Ella dengan kesal.
"Kau ini kenapa sih?!"
"Hei, apa kau ingat temanku yang bekerja di toko buku Barnard?" Calvin tampak berpikir dan bingung. "Maksudmu gadis kecil dengan matanya yang runcing?"
Ella menghabiskan sisa minumannya, dan melempar minuman kalengnya ke arah tempat sampah yang cukup jauh berada di depannya. Terdengar bunyi "plung" pada saat minuman kaleng tersebut tepat masuk ke dalamnya.
Calvin pun ikut menenggak sisa minumannya, setelahnya mencoba mengikuti Ella yang melempar dengan trik one shoot. Terdengar bunyi klontang yang nyaring saat lemparan Calvin melesat dan terlempat jauh dari tempat sampah.
"Ahhh...." Pekik Calvin Kesal.
"Jadi ada apa dengan gadis kurcaci tersebut?" Tanya Calvin.
"Namanya Luna, dan dia sangat tertarik padamu Calvin," jawab Ella cepat, ekspresi Calvin langsung saja berubah dan menengok ke arah Ella dengan curiga.
"Aku tahu kau ingin mengerjaiku, bukan? Tenang saja itu tidak akan mempan bagiku," keluh Calvin.
"Aku serius Calvin, dan dia sendiri yang mengatakannya padaku."
"Hhh?? Apa itu tidak terlalu aneh?"
"Yahh... siapa tahu kau ingin berkenalan dengannya, dia wanita yang baik. Hanya saja dia lebih tua... Uhmm... hanya lebih tua dua tahun darimu," ucap Ella
"Apa? Gadis kurcaci itu? Aku pikir, aku yang lebih tua. Karena perawakannya yang mungil, dia seperti gadis yang baru lulus sekolah," ucap Calvin yang masih tidak percaya, ia mulai membayangkan lagi wajah Luna di pikirannya.
"Calvin, apa kau sudah dapat informasi dari temanmu?" Tanya Ella, dan kali ini raut wajah Ella menjadi datar menatap wajah temannya.
"Hmm.. apa kau yakin masih ingin terus melanjutkan rencanamu Ella?"
"Ya.. sangat yakin."
"Aku dengar mereka sedang membutuhkan seorang pegawai, dan kebetulan sekali mereka membutuhkan beberapa bantuan. Mereka sedang mencari karyawan baru, karena mereka akan membuka cabang baru." Ucap Calvin, ia pun mulai mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan secarik kartu nama.
"Kalau kau yakin, hubungilah dia. Bilang saja kau temanku. Agak sulit untuk meminta informasi awalnya, tapi karena.... Ah sudahlah yang penting adalah aku sudah memenuhi permintaanmu "
Ella menatap bingung ke arah temannya, ia pun membaca kartu nama yang diberikan oleh Calvin. Dipojok kanan tertera nama FOGUE. Sebuah nama majalah fashion terkemuka di Britania, dan sebuah nama dengan huruf yang di cetak tebal tertera di kartu nama tersebut "Aaron Prime"
"Thanks Calv, sebagai gantinya aku akan atur kencanmu dengan Luna."
"Apa?! Aku tidak bilang kalau aku mau dan setuju dengan teman kurcacimu itu." Protes Calvin kesal, tapi Ella sudah berdiri dan mulai berjalan meninggalkan kicauan temannya yang masih terdengar.
"Kan... kau sendiri yang bilang susah untuk move on dari Khristy, bukan?" ejek Ella.