Tiba-tiba Bila dengan wajah panik membangunkan Khafiz, Khafiz yang terbangun kaget melihat ekspresi Bila apa lagi ketika melihat ibuny sedang anval.
Khafiz segera bergegas untuk memanggil dokter, tapi dicegah oleh Bila, "tunggu Fiz lihat dulu keadaan ibu kamu" Bila menyeret Khafiz agar duduk disamping ibunya.
"Ibu kenapa?"
"Fiz...wak...wak...tu...i...bu...mung...kin...ti...ti...dak...lama...lagi...ibu...ingin...kamu...ber...jan...ji"
Bila memprovokasi Khafiz dengan keadaan ibunya "Khafiz....ga ada waktu lagi kamu harus meng iyakan apapun yang ibumu inginkan"
Khafiz bingung, ia berfikir Bila dengan mudah meminta ia menyanggupi apa permintaan ibunya, seandainya Bila tahu apa yang sebenarnya mungkin ia tidak akan semudah itu meminta Khafiz menyetujui permintaan ibunya.
"Khafiz....ga ada waktu lagi, atau kamu akan menyesal"
"Bila tapi..." khafiz sangat panik
"Khafiz kamu tega lihat ibu seperti ini, dan kamu masih mempertahankan ego kamu"
Dengan desakan dari Bila ahirnya walau berat Khafiz mengucapkan sebuah janji "ya bu... aku janji akan menerima perjodohan itu, dan meninggalkan Bila, yang penting ibu sehat yang penting ibu harus sembuh"
Bila menatap Khafiz seolah-olah tidakmenyangka, ada rasa sesak ketika Khafiz mengucapkan janjinya, tapi ia lega bisa mbantu ibu Khafiz, Bila pura-pura terpukul dengan apa yang Khafiz ucapkan.
Setelah Khafiz mengucapkan janjinya, Bila segera menyuruh Khafiz untuk memanggil dokter, Khafiz yang tak menyadari akan kecurangan mereka berdua segera keluar dari ruangan itu dengan panik.
Sementara ibunya dan Bila tersenyum puas, ekspresi Bila tak terlihat sedih atau menyesal sedikitpun, membuat ibu Khafiz bertanya.
"Bila kamu tidak menyesal melakukan ini semua"
"Tidak bu, demi kesehatan ibu dan demi Khafiz agar dia jadi anak yang berbakti saya rela"
"Trimakasih nak, selama ini ibu salah menilai kamu" Ibu Khafiz berkata dengan penuh penyesalan.
"Sudahlah bu, anggap saja ini balas budi saya, sekarang ibu pura-pura tidur lagi ya" Bila membujuk.
Ibu Khafiz menatuhi apa yang Bila rencanakan, sebelum ia merebahkan dirinya, ia memeluk Bila dambil berkata "terimakasih, semoga Allah memberimu jodoh yang lebih baik dari anak ibu"
"Amin..., saya senang kok bu, walau Khafiz tidak jadi jodoh saya, tapi saya puas melihat Khafiz jadi anak yang berbakti, sudah ibu tidur aja nanti keburu Khafiz datang"
Sesaat kemudian Khafiz datang bersama seorang dokter untuk memeriksa pasien, ketika dokter sedang sibuk mengecek Bila keluar dari ruangan itu diikuti Khafiz.
Mereka duduk di bangku panjang samping pintu dengan ekspresi kecewa mereka terdiam sampai Khafis bernicara.
"Bila maaf aku tadi berjanji akan meninggalkan kamu, itu semua demi ibuku" dengan penuh penyesalan Khafiz berkata.
"Ga papa kok Fiz, aku memang kecewa tapi aku senang melihat kamu jadi anak yang berbakti pada orang tua"
"Bila kalau kamu ga rela, aku akan batalkan janjiku"
"Khafiz kamu itulaki-laki ga sepantasnya kamu mengingkari janji kamu, sudahlah mungkin ini semua yang terbaik untuk kita, lagi pula ibu kamu tidak menyukai aku jika kita menikah bisa saja rumah tangga kita tidak bahagia, karena restu ibu kamu tidak kita dapat, padahal do'a ibu itu yang paling penting"
"Trimakasih atas pengertian kamu Bila, maaf"
"Ga papa kok Fiz"
Dokter keluar dari kamar, pria botak berkaca mata tersebut menjelaskan bahwa tidak ada yang slah pada diri ibu Khafiz, ia mengira itu hanya sebagai trauma dari kejadian sebelum serangan jantung itu terjadi
Setelah dokter itu pergi, Bila dan Khafiz masuk ke dalam ruangan, didalam ruangan itu Khafiz kembali berjanji akan menerima perjodohannya dan akan meninggalkan Bila, sebagai bukti nyata Khafiz meminta Bila untuk bersedia memutuskan hubungan mereka didepan ibunya, tentu saja Bila menyetujuinya.
"Bila maaf aku harus melakukan ini didepan ibu,Bila mulai hari ini aku ingin mengahiri hubungan kita, mulai saat ini kita sudah tidak ada hubungan lagi" Khafiz mengucapkan kalimat itu dengan terbata-bata matanya berkaca-kaca menahan tangis.
Melihat ekspresi Khafiz, Bila ikut larut dalam kesedihan ia juga tak mampu menahan air matanya, ia merasa telah begitu kejam menyakiti pria yang begitu mencintainya "Fiz kita memang bukan lagi sepasang kekasih, aku terima itu, tapi bolehkah pertemanan kita tidak berahir?"
Khafiz menoleh ke Arah ibunya, dan ketika ibunya mengagguk iapun segera mengucapakan "ya" dengan mantap.
Beberapa saat kemudian Bila keluar dari ruangan itu, ada rasa lega karena ia terlepas dari hubungan yang tidak dia inginkan, tapi ia juga sedih karena harus kehilangan Khafiz, tapi terlepas dari itu ia merasa sebuah beban derat dipundak telah terangkat karena kini ia sudah merasa bahwa ia telah mampu berbuat sesuatu hal yang baik bagi Khafiz.
Hari ini berlalu dengan baik, tadi sebelum ia per Khafiz berjanji akan mperkenalkan gadis yang ibunya jodohkan.
Satu bulan hampir berlalu, Edwin masih sibuk dengan memperbaiki manajemen peeusahaannya, ia sangat menantikan kedatangan orang yang Reifan janjikan, tapi ia masih harus menunggunya dua hari lagi sebelum hari Senin tiba.
Karena berbagai alasan membuat Edwin menjadi seorang atasan yang dingin dan seolah tanpa ampun terhadap kesalah pada karyawannya, banyak karyawan yang takut jika harus menghadapnya.
Perusahaan Edwin bukanlah perusahaan besar hanya ada sekitar 30 tenaga dibagian produksi, dan 10 orang sebagai tenaga pemasaran, dan sekitar 15 orang yang bekerja dibagian publikasi, administrasi, keuangan, kebersihan dan keamanan.
Yang membuat Edwin kesal adalah sebenarnya perusahan papanya jika dikelola dengan baik bisa berkembang, tapi perusahan yang punyaprospek sebagus ini hanya berjalan ditempat selama puluhan tahun.
Sejak Edwin datang karyawan disana yang awalnya bekerja dengan santai sekarang mereka bekerja dengan penuh kesungguhan, tak berani dengan sengaja melakukan kesalahan karena mereka takut dipecat.
Sore itu semua karyawan telah pulang kecuali karyawan administrasi dan keuangan mereka masih melakukan meeting di ruang rapat, dengan seksama mereka memperhatikan apa yang atasannya intruksikan
"Inti dari pertemuan kita hari ini hanya saya akan menyampaikan, kalau besom Senin seseorang yang ditugaskan dari perusahan yang memegang sebagian perusahaan kita akan datang, dan mulai bekerja disini, saya jarap anda semua bisa bekerja sama dan membantuya, karena secara tidak langsung orang tersebut akan menilai layak atau tidaknya perusahaan kita mendapat suntikan dana dari perusahaan besar tersebut, mengerti"
"Ya pak kami mengerti"
"Oke...satu lagi, karena saya ada urusan besok Senin selama dua hari saya harap anda semua bisa bersikap baik dan menunjukan profesionalisme anda semua, Besok Rabu saya kembali, dan saya tidak ingin ada kesalahan"
"Baik pak..., kami akan melakukan sebaik mungkin" bu Anis memberanikan diri untuk berbicara.
"Oke..., kalau semua sudah selesai saya akhiri pertemuan hari ini, selamat pulang dan selamat berlibur"
Setelah menutup rapat Edwin keluar dari ruangan itu, dengan menunjukan sikap dingin yang membuat semua yang ada dalam ruangan tersebut takut.
Setelah Edwin meninggalkan ruangan mereka semua bernapas dengan lega, seperti lepas dari jeratan macan.
Akhirnya Bila dan Khafiz mengahiri hubungan mereka, dengan carayang baik tanpa harus saling melukai.
Happy reading, and love you all ???