Download App
32.11% Memory Of Love / Chapter 35: Sindiran Pedas

Chapter 35: Sindiran Pedas

Salsabila sampai di rumah setelah ia shalat Maghrib di Mushola, ia baru mengajar ngaji, ketika ia masuk ke kamarnya ia meraih ponselnya tang sedang terhubung dengan charger, ia menghidupkan ponselnya setelah melepas chargernya, ia membuka aplikasi BBM ada beberapa pesan dari Edwin.

Ia duduk disamping ranjang dan membalas pesan Edwin

📩"Kok telfonnya ga diangkat, kamu lagi sibuk ya, aku kangen😘"

📨"Abis ngaji kak"

📩"Oh....ya udah ga papa, Bila aku sayang kamu"

📨"Seriyus...., kalau kakak ketemu mantan kakak kira-kira kakak masih ingan aku ga ya?" Bila menyelidik reaksi Edwin, sesungguhnya ada kecemasan tersendiri ketika Bila mendengar ucapan Khafiz

📩"Kamu ngomong apa sih sayang, aku ga pernah berfikir kayak gitu 😥😥😥" Edwin mencoba menenangkan Salsabila

"Bila...kamu percayakan sama aku? aku ga akan selalu mencintai kamu, aku janji"

📨"Buktikan...., aku percaya sama kakak,tapi jika suatu saat aku tahu yang sebenarnya, maaf kak aku akan pergi" Bila meringatkan Edwin dengan sebuah ancaman.

📩"pliss jangan bilang seperti itu"

📨"Good night, kak udah dulu ya aku mau belajar"

Setelah itu Bila mulai membuka bukunya lagi dan mencoba menyerap ilmu dalam bacaannya, sampai pukul 22.05 ibu masuk.ke dalam kamar Bila, melihat putrinya tertidur sambil memegang buku ibu tersenym lalu menyelimuti tubuh Bila, membelai rambut, dan mencium keningnya setelah itu keluar dari kamar Bila.

Jam 06.10 menit Bila berjalan keluar menuju jalan raya seperti biasa teman-temannya sudah menunggu, ketika ia berlari mendekati mereka nada pesan ponselnya berbunyi, iamelihat pesan tersebut dari Edwin dan segera membukanya.

📩"Selamat pagi sayangku...., selat belajar semangat ya"

📨"Oke makasih, kakak juga"

📩"Ok...don't forget me, take care ya"

📨"Iya....kakak jg Hati-hati, apa lagi sama godaan mantan tuch. hehe....becanda,"

Bila mematikan ponselnya dan menaruh ke dalam tas.

Edwin yang membaca pesan dari Bila hanya bisa tersenyum kecut, baginya candaan Bila bak sindiran pedas laksana mie setan level 15 yang ditambah satu ons cabai rawit, pedas dan membuat telinganya merah.

Edwin melangkah menuju kamar mandi setelah melamun beberapa saat, ia sedang merasa heran dengan kata-kata yang Bila lontarkan, mengapa begitu pedas dan menusuk hatinya, ia menerka apakah mungkin Bila mengetahui hubungannya dengan Vita yang kian dekat, tapi bukankan selama ini ia merahasiakan tentang Vita dari Bila.

Edwin memutar otaknya hingga ia mrnemukan sebuah kesimpulan, bahwa Caca adalah dalang dari semua ini, memikirkannya saja sudah membuat Edwin geram setengah mati, rasanya ia ingin menyumpal mulut Caca dan mengikat tubuh sexinya dihutan agar tak ada yang menyelamatkannya.

Pukul 08.15 Edwin sampai diparkiran depan fakultasnya dan dengan segera mencari Caca, setelah berkeliling cukup lama ia melihat Caca sedang duduk dengan anggunnya disudut kantin, ia sedang menikmati sarapannya.

Dengan wajah muram Edwin mendekati Caca dan duduk tepat didepannya, Caca menoleh ke arahnya dan melempar senyum manis yang mematikan.

"Ca lo sering pulang ke rumah?"

Caca menatap Edwin heran ia berhenti memakan nasi gorengnya "Ga sering sih, dua minggu lalu aku pulang, kenapa?"

"Apa lo pernah ketemu Bila?"

"Bila..., Bila pacar kamu? ga pernah sih, aku ga pernah lihat dia lagi setelah kita lulusan, ada masalah?"

"Gua cuma mau ngingetin lo Ca, jangan campuri hubungan gua dan Bila" ancam Edwin.

Caca yang sedari tadi menahan amarah ahirnya lepas kendali dan meletakan sendok dipiring dengan keras, hingga orang-orang disekitarnya menoleh "Win... jangan nuduh kalau kamu ga ada bukti, emang aku akui aku suka sama kamu, tapi aku ga kurang kerjaan kok Win sampai harus menemui pacar kamu yang ga penting itu" balas Caca dengan nada mengejek.

" Kalau bukn lo, siapa lagi teman sekolah gua dusini cuma lo"

"Emang masalahnya apa, kok aku yang jadi kambing congek?"

"Sepertinya Bila tahu kedekatan gua dan Vita, itu pasti ulah lo, siapa lagi"

Caca tersenyum sinis ke arah Edwin "Sepertinya, kamu pagi-pagi gini menemuiku cuma mau ungkapin dugaan kamu aja, hello Edwin mikir" Caca membalikan keadaan sehingga saat ini ialah yang bersiap menerkam Edwin" Win... mungkin saja pacarmu sadar dengan perubahan sikap kamu, masalah kamu dan Vita itu juga salah kamu, ngapain kamu deketin Vita padahal kamu puny Bila, ngaca dong Win sebelum melempar abu panas ke muka ku" Caca mencecar Edwin dengan kalimat panjang tajam dan menusuk, lalu pergi meninggalkan Edwin sendiri yang sedang terpukul dengan kenyataan.

Edwin yang tak mampu membalas ucapan Caca, karena memang yang ia katakan benar, baru berapa langkah Caca meninggalkan Edwin ia berbalik menatap Edwin yang masih duduk lengan lesu, lalu ia tersenyum licik.

Sekitar dua minggu lalu ia memang pulangb dan sengaja menemui Khafiz, ia tahu Khafiz menyukai Bila makanya ia gunakan Khafiz sebagai salah satu alat pebghancur hubungan Edwin dan Bila, ia sengaja menceritakan tentang kedekatan Edwin dan mantanya dan menyuruh Khafiz memberi tahu Bila.

Caca bersorak dalam hati, ia merasa langkahnya untuk melihat perpisahan keduanya tak akan lama lagi.

Namun tak hanya itu, selain memisahkan Bila dan Edwin ia juga berencana agar Edwin tak jatuh lagi kedalam pelukan Vita, makanya ia mencari informasi tentang Vita, dan ia menemukan kenyataan bahwa Vita telah bertunangan dengan Dimas dan akan segera menikah.

Kini Vita tinggal mencari waktu yang tepat dimana ia akan menghancurkan Edwin, dan membayangkan kalau sudah waktunya Edwin tak akan lagi punya pilihan untuk menolaknya, Caca begitu bahagia membayangkan semua itu.

Ditengah jalan Caca bertemu Vita yang kebetulan sedang mencari Edwin "Vita lagi nyari Edwin ya?" Vita bertanya.

"Iya Ca"

"Dia sedang di kantin, temuin aja" dengan ramah ia mempersilahkan Vita.

Vita berjalan dengan pelan menuju Edwin, lalu mengagetkan Edwin yang sedang menenggelamkan wajahnyah dikedua tangannya diatas meja.

Dengan lembut Vita duduk disampingnya, dan mengelus pundak Edwin membuat hatinya menjadi tenang, dan melupakan kata-kata pedaa bila, Vita tersenyum manis lalu dengan penuh kasih sayang ia bertanya pada Edwin.

"Kok kusut banget, lagi mikir apa?"

"Ga kok Vit, aku lagi banyak tugas aja"

"Oh....biar kamu ga Bete ntar sore jalan yuk, aku mau ngajak kamu ketempat yang spesial"

Edwin memngangguk dan tersenyum pada Vita, mereka melanjutkan berbincang dengan mesra bagaikan sepasang kekasih, dan tanpa dusadari semua adegan mesra itu telah direkam oleh seseorang.


CREATORS' THOUGHTS
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Happy reading.

Ditunggu bintang dan votenya ???

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C35
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login