Edwin masih duduk diam dalam ruang tamunya bersama Caca, Ia mulai gelisah dengan prilaku Edwin yang seolah begitu membencinya tanpa ia tahu apa alasannya.
"Win.... kamu, mau ambil jurusan apa?" caca memecah keheningan.
" Entah, terserah gua diterima dimana ?" Edwin menjawab dengan jutek.
" Gitu amat sih, kamu marah sama aku, aku salah apa sama kamu?" Caca beratanya dengan manja lalu ia berpindah duduk disebelah Edwin dan menggandeng tangannya " kamu jangaan gitu dong, maafin aku kalau aku salah".
" Ga kok, gua cuma lagi keinget Vita"
Caca terdiam, ia tak mampu berbuat apapun hati kecilnya merasa bersalah, mengingat kejadian 2 tahun lalu saat ia menghasut Vita dan berhasil merusak hubungannya dengan Edwin, ia hanya mampu menelan ludah.
" Win..., apa kamu masih mencintai Vita, dia udah ninggalin kamu 2 tahun lalu dengan kejam, apa kamu masih mengharapkan dia?" Caca mencerca dengan jengkel " Win..." Caca melepaskan tangan Edwin lalu memegang dua sisi wajah Edwin " apa kurannya aku Win, aku mencintai kamu, aku selalu ada buat kamu?" dengan lembut ia menjelaskan tentang cintanya.
Mendengar pernyataan cinta yang dilontarkan Caca, Edwin hanya terdiam menatap Caca dengan sinis " lo bilang Cinta, memang lo tahu apa arti Cinta?" nada suara Edwin meninggi.
"Win... maksut kamu apa, aku tuh suka sama kamu sejak kita masih SMP, emang kamu ga memahaminya?"
" Ca... perasaan lo itu bukan cinta, lo cuma terobsesi sama gua, karena cuma gua cowok yang lo suka tapi ga bisa jadi pacar lo, yang lo rasain ke gua bukan cinta Ca, kalau lo Cinta sama gua lo ga akan melakukan sesuatu yang menyakiti gua".
" Win aku... aku ga ngerti maksut kamu" Caca mulai gelisah, dalam hatinya berkata " jangan-jangan Edwin sudah tahu kalau aku penyebap putusnya dia dan Vita, gawat " wajah Caca pucat.
" Lo mungkin sudah lupa, tp gua tahu semuanya beberapa bulan setelah Vita ninggalin gua, dan yang gua kecewa dari lo" Edwin terdiam menahan amarah " ternyata lo penyebap semua itu, lo Ca sahabat gua"
Caca terdiam, "a....a...aku ga bermaksut, aku cuma" Caca tak mampu berkata dengan baik.
"Sudahlah Ca, itu semua masa lalu dan gua juga sudah melupakan Vita".
Ada sinar kebahagiaan yang terpancar dari wajah Caca mendengar bahwa Edwin telah melupakan Vita, ia merasa punya kesempatan untuk mendekati Edwin, namun sebelum angannya melayang lebih tinggi Edwin memupuskannya.
" Tapi lo ingat satu hal ya Ca, jangan pernah lo bilang tentang Cinta sama gua, karena gua cuma nganggep lu teman dari dulu sampai nanti, dan jangan berharap lo bisa jadi pengganti Vita, karena sudah ada seseorang yang berhasil menutup bayangan Vita dari hati gua " Edwin menjelaskan dengan sedikit mengancam ia melanjutkan kembali kata-katanya " oh ya satu lagi l, lo jangan.coba-coba mengusik hidup gua lagi kalau ga, gua ga akan lagi anggap lo sebagai temen".
Mendengar semua yang Edwin katakan saat itu hati Caca serasa hancur bagai langit runtuh dan menerpanya, namun dalam hatinya timbul rasa dendam pada entah siapapun wanita yang dekat dengan Edwin, ia bertekat akan menghancurkan hubungan itu. " kalau aku ga bisa dapetin Edwin, maka yang lain juga ga bisa ".
" Ca.... kayaknya udah malem, apa ga sebaiknya lo pulang!"
"Ya Win...maafin aku sudah membuat kamu terluka, aku janji".
" sudahlah Ca, lo ga usah menjanjikan sesuatu yang ga akan bisa lo tepati, sudah cukup luka lama gua, ga usah lo tambah".
Caca merasa tersindir, ia heran bagaimana Edwin tahu apa yang ada dihatinya, bahwa ia tidak akan membiarkan orang lain memiliki Edwin.
Merasa tersudut Caca segera berpamitan, dan pergi dari rumah Edwin dengan perasaan penuh amarah dan tekat bulat untuk memilikin Edwin.
Edwin merasa suasana hatinya menjadi buruk, seolah luka lamanya basah kembali teringat dengan cinta pertamanya yang hancur. Tentang Vita yang meninggalkannya dengan tuduhan bahwa Edwin hanya mempermainkannya, dan menghilang entah kemana ia saat ini.
Hatinya benar-benar hancur, ingin rasanya ia berteriak, mengingat masa sulit itu setelah beberapa hari Vita meninggalkannya mamanya mengalami kecelakaan tunggal mobilnya terjatuh kedalam sungai, peristiwa kecelakaan itulah yang merenggut mamanya.
Semua kejadian itulah yang membuat Edwin menjadi anak yang bandel, dan sering membuat ulah, sampai ia bertemu dengan Salsabila yang berhasil merubahnya dan membawanya ke kehidupannya yang semula.
Seulas senyum menghiasi bibirnya saat mengingat Salsabila, ia merasa beban dalam hatinya sedikit berkurang, ia mengingat sosok Bila yang polos, dan apa adanya, sikapnya yang sederhana, dia yang mencintainya secara sederhana.
Tiba-tiba ia merasakan kerinduan yang besar pada sosok gadis bawel itu, ia segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Salsabila.
Ketika ia membuka ponselnya ia melihat banyak pesan masuk, dan saat ia melihat pengirimnya ternyata Salsabila, wajahnya menjadi semakin cerah, ia membuka satu petsatu pesan tersebut.
📩 Langsung pulang ya kak! 👌
📩 Kak udah sampai rumah? ☺
📩 Kok ga jawab? Kakak capek ya?
📩 Makasih untuk hari yang indah ini, maaf kalau aku ganggu, met istirahat aja 🙏
📩 See you nex time 🙂
Membaca pesan-pesan dari Bila yang menyiratkan kerinduan menbuatnya ingin menelfon kekasihnya itu.
Edwin menekan nomor Salsabila dan membuat panggila, setelah terhubung beberapa saat diujung lain terdengar sapaan manis seorang gadis.
📞 " Assalammualaikum kak Edwin, kak Edwin capek ya, belum tidur?" sapa Bila dengan ramah.
📞 " Waalaikumsallam, sayang kangen banget ya sama aku?"
📞 "Ih kakak, ditanya apa jawabnya apa" Bila merasa malu.
📞 " Jujur kek Bil, bilang iya kak aku kangen banget," Edwin menggoda
📞" Kakak..., aku tutup nih, kalau ngerjain terus" Bila mengancam.
📞" Halah... bilang aja pengen digodain, kamu genit juga ya"
📞" Kak Edwin...., aku tutup nih"
📞" Iya deh..., kalau kamu ga mau jujur biar aku aja yang terus terang sama kamu, Bila sayang aku kangen banget sama kamu padahal baru berapa jam kita ga ketemu, tapi wajah kamu kayaknya terus didepanku, aku yakin ini karena kamu mikirin aku terus kan?"
📞 "Tuh kan kakak, Aku tutup lho" Bila mengancam lagi.
📞" Tutup aja, kalau emang ga kangen" balas Edwin dengan nada menggoda.
📞 " Kakak tuh bisa banget ya membalikan keadaan, ya deh"
📞" Ya apa?"
📞" Ya aku kangen sama kakak, udah ya puas kan udah, kan udah bilang".
📞"Ok..., met malem sayang, mimpiin aku ya, tapi inget ga boleh nakal" Edwin kembali menggoda.
📞" Ih kakak, udah ya selamat malam".
Bila menutup telfonnya karena malu,lalu ia pergi tidur.
Hari berjalan begitu cepat, tanpa terasa liburpun telah usai, jam 06.00 seperti biasa Bila dan ke-2 temannya pergi bersama menuju sekolah, disela percakapan mereka Bila tampak berat dan malu-malu untuk mengatakan sesuatu.
" Rin, Mon..., aku...aku mau bilang sesuatu sama kalian" Ucap Bila sambil menahan rasa malu.
" Apa?" jawab Monik dan Khairina serempak.
" Aku...." Bila menjadi sangat gugup.
" Apaan sih Bila, ga usah bikin penasaran deh, ngomong cepat!" Monika menjawab dengan geram.
" Iya....aku mau bilang kalau" Bila kembali diam untuk mengumpulkan kekuatan.
" Ya... Elah Bila, yang mau cerita kamu, yang gugup kamu, yang kesel kita" tambah Khairina.
" Aku....Udah jadian sama kak Edwin" setelah mengatakannya dengan sekuat tenaga Bila menutup mukanya.
" Apa.... serius" jawab dua sahabatnya sambil memeluk Salsabila.
" Selamat ya Bila " Khairina mengucapkan dengan tulus.
" Wah....akhirnya si jomblo sudah menemukan tempat berlabuh" ledek Monil " emang kapan jadiannya, curang kamu kita ga ditraktir"
" Baru lima hari,aku pingin ngomong tapi susah".
"Ok deh ga papa, yang penting kita ditraktir ya".
Bila berjalan menuju kelas barunya, lalu dari belakang seseorang mendekapnya dari " Bila...kita satu kelas lagi" teriak Fani sambil mencium temannya dengan gemas.
Bila yang kaget hanya menggerutu " apaan sih Fan?"
" Aku kangen tau....sama temenku yang paling galak ini, untung kita satu kelas lagi"
"Bukan berarti aku mau duduk sama kamu ya no" ledek Bila.
" Hummm...." Fani memanyunkan Bibirnya.
Setelah bel berbunyi, semua anak berkumpul dilapangan upacara, selama hampir 20 menit mereka dengan khikmad mengikuti jalannya upacara.
Hari ini pelajaran belum dimulai, membuat suasana kelas menjadi ramai, banyak anak hanya berbincang dikelas, atau duduk diluar kelas sambil bercanda, Bila dan Fani memilih untuk duduk di kelas dan melepas rindu.
Disaat mereka mengobrol Khafiz datang mendekati dua gadis itu, dan menyapa.
" Pagi Bila, Fani apa kabar?"
" Baik Fiz " jawab dua gadis itu.
" Kira ga sekelas lagi ya, sayang banget," Khafiz membuka percakapan.
" Untung aja kita ga satu kelas Fiz" jawab Fani.
"Maksudnya,?" Khafiz bertanya dengan bingung.
" Gini lho Fiz, kayaknya Bila lebih nyaman deh ga satu kelas sama kamu" Fani menyindir Bila.
Bila yang kaget mendengar ucapan Fani, mandang Fani dengan geram lalu menjawab "Fan kamu salah, ada atau tidaknya Khafiz di kelas kita, ga ada pengaruhnya buat aku".
" hooh becanda sayang... maaf,"
Tiba-tiba suasana menjadi canggung Fani merasa tidak enak, jadi memutuskan untuk diam.
Tanpa disangka Khafis tiba,-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Salsabila semakin tidak nyaman.
" Bila.... kamu dan Edwin sudah jadian?, Kamu mantap, kamu belum tahu siapa dia lho Bil" Khafiz mengingatkan Bila.
Mendengar ucapan Khafiz, Fani terkejut ia sama sekali tidak tahu kalau Edwin dan Bila telah jadi sepasang kekasih " Bila serius kamu sama kak Edwin...aaaa selamat". Dengan penuh kegembiraan Fani memeluk Bila tanpa memperdulikan perasaan terluka yang dirasakan Khafiz.
Pukul 11.00 Edwin tiba didepan gerbang sekolah, ia bermaksud untuk menjemput Salsabila, ia mengenakan celana jeans hitam kaus polo putih dan jaket kulit, dengan menaiki motor Ninjanya.
Hampir 10 menit ia menunggu Salsabila, sampai ia melihat sesosok gadis manis dengan wajah ceria, namun Bila belum melihat dirinya, memang Edwin tidak memberi tahu bahwa ia akan menjemput Bila.
Selain akan mengajak Bila jalan-jalan ia juga akan mengabarkan berita gembira, bahwasannya ia diterima disebuah Universitas Negri di kota Semarang.
Belum sampai Bila didepan matanya, tiba-tiba Khafiz yang terlebih dahulu, mereka hanya saling menatap dengan tatapan penuh kebencian.
Sampai Fani dan Bila datang, dan seketika itu Bila langsung menyapa mereka.
"Kak...Edwin disini?" Sapa Bila dengan kaget. " Fiz kamu juga masih disini?"
Khafiz mengangguk dengan ramah, namun tepat saat ia akan membalas sapaan Bila Edwin segera menyahutnya.
" Eh kamu sayang, aku udah lama nunggu lho" Edwin sengaja menyaringkan kata sayang untuk memprovokasi Khafiz.
"Kakak...jangan panggil gitu malu, kak Edwin sembarangan deh". gerutu Bila dengan wajah manyunnya, sementara Fani hanya tersenyum dan meyenggol Bila sambil meledeknya.
" Emang aku sayang kamu kok". dengan nada mengejek ia melirik Khafiz.
" Bil aku pergi dulu" Khafiz segera berpamitan dan pergi, tak tahan mendengar sindiran yang Edwin lontarkan.
Bila hanya tersenyum ramah, berpamitan pada Fani, dan segera menaiki motor Edwin.
" Mau jalan kemana?" tanya Edwin dengan mesra
" Anterin aku pulang aja ya!" pinta Bila.
" Ga mau kalau langsung pulang, aku mau bilang sesuatu".
" Ya udah, nanti kita berhenti di Taman sebentar, emang mo ngomong apa kak?"
" Nanti dong sayang".
"Tuh kan....kak Edwin, aku turun nih kalau masih manggil sayang".Bila mengancam.
" Ok....janji ga diulang, kalau ga lupa" Edwin menjawab sambil tertawa.
Akhirnya mereka sampai dusebuah taman kecil yang cukup ramai, setelah beberapa saat mereka disana akhirnya Edwin menyampaikan kabar gembira tersebut.
Tentu saja Bila merasa bahagia, namun jelas ada rasa berat, karena diwaktu bunga cinta diantara mereka baru mekar, mereka harus berpisah, ada rasa takut yang terlintas dihati Bila jika ia akan kehilangan Edwin.
Edwin tahu apa yang Bila risaukan, dan ia mencoba untuk meyakinkan Bila dan berjanji bahwa Bilalah yang akan jadi satu-satunya gadis dalam hidupnya.
Dengan penjelasan Edwin Bilapun berusahan untuk meyakininya, dan menyembunyikan keberatannya akan kepergian Edwin.
Maaf lama ga Up, Aplikasinya baru Error, maaf ya ???
Happy reading aja.
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT