Download App
19.26% Memory Of Love / Chapter 21: Jawaban Tak Terduga Bag.2

Chapter 21: Jawaban Tak Terduga Bag.2

Bila masuk kedalam kamar mandi, ia mencuci muka lalu mengeringkannya kemudian menuju ruang disebelah toilet, untuk mengganti baju, ia keluar dan berdiri didepan cermin memasangkan pasmina dengan salah satu ujung menjuntai lebih panjang dan mengaitkan dengan jarum kecil, dengan agak canggung ia mengambil dompet make up dari dalam tasnya, berpikir sejenak kemudian mengaplikasikan pelembap, dilapisi bedak tipis, tak lupa ia memoleskan lips gloss berwarna merah muda, setelah memasukkan dompet make upnya kini ia mengambil kotak berisi jam tangn dan kalung pemberian Edwin dan memasangnya.

Memandang bayangannya dicermin ia merasa ada sesEuatu yang berbeda, kemudian setelah menyiapkan dan menenangkan diri, ia melangkah keluar.

Dipanggung live musik terdengar lagu dari band kesukaannya Stinky.

Dari hati yang paling dalam terucap kata cinta untukmu.

Yang telah lama inginku katakan.... sungguh aku cinta kamu.

Hari-hari demi hari tlah terlewati, namun dirimu slalu dihatiku.

Kau pujaanku, kau bidadari ku.....jangan tutup dirimu sebelum aku datang.

Bila berjalan dengan pelan, ia terlihat lebih cantik wajah yang biasanya polos, saat ini dilapisi dengan make up tipis khas remaja, sambil memandang sosok pria diatas panggung dengan suara indahnya ternyata adalah Edwin, seseorang yang saat ini akan ia kejutkan, namun justru ia sendiri yang terkejut terlebih dahulu, Bila melangkah dengan agak gemeta.

Dari atas panggung Edwin, saat itu tanpa sengaja menangkap sekelebat bayangan cantik, matanya tergoda untuk menatap lebih dalam pada orang tersebut, ia merasa mengenal gadis yang sedang melangkah menuju meja dimana ia dan Salsabila seharusnya berada.

Matanya terbelalak tak percaya, setelah menyakini bahwa gadis itu adalah Salsabila, Ia mengenakan pakaian pemberiaannya hal tersebut berarti bahwa gadis itu menerima cintanya, wajah yang sedari tadi mrnyiratkan kekecewaan tiba-tiba berubah penuh dengan kelembutan dan rona bahagia, seketika itu pulala dadanya bergetar hebat.

Bila kembali duduk dikursinya, sambil tak melepaskan pandangannya dari Edwin, mereka ber-dua saling menatap penuh makna.

Setelah menyelesaikan lagunya, pengunjung kafe yang kebanyakan anak muda memberikan tepul tangan, Edwin masih berdiri dipanggung, kemudian meminta perhatian pengunjung.

" Selamat siang semua, maaf kalau saya menganggu waktunya " Edwin berkata dengan dihiasi senyuman di wajahnya " lagu yang baru saya nyanyikan adalah lagu spesial untuk seseorang, yang sudah mencuri sesuatu dari saya, dia adalah gadis tercantik yang duduk dimeja itu" Edwin menunjuk arah dimana Bila duduk.

Semua pengunjung menatap pada Salsabila, sementara Salsabila hanya tersipu malu, lalu tersenyum dengan sedikit kesal " waduh kok giliranku yang dikerjain ya," ia menggumam dalam hati, dadanya semakin berdetak tak menentu.

Edwin melanjutkan bicara " Salsabila... hari ini dengan disaksikan semua yang berada disini aku ingin mengungkapkan sekali lagi perasaanku sama kamu," Edwin terdiam seolah sedang mengumpulkan kekuatan " Bila aku sayang kamu, maukah kamu jadi seseorang yang melengkapi hariku?" Edwin menyelesaikan kata-katanya.

Pengunjung kafe bertepuk tangan, dan salah satu pengunjung berteriak " terima...terima " sementara pengunjung lain berkata " oh.... so sweet, mbak terima aja, sayang lho" Salsabila semakin berdebar kencang, setelah Edwin memintanya berdiri. dengan berat ia berdiri disamping kursi.

Edwin menaruh mic dan berjalan menuju arah Bila berdiri, Sesampainya didepan Bila ia memegang tangan Bila dan sekali lagi bertanya.

" kamu mau jadi bagian dalam hidupku Salsabila?".

Bila tak mampu berkata-kata ia hanya mengangguk pelan.

Tepuk tangan pengunjung kembali bergemuruh, karna bahagianya Edwin memeluk Bila, Bila terkejut dengan perlakuan Edwin, namun ia masih dalan keadaan sadar sehingga dengan segara ia melepaskan pelukan Edwin.

" Kakak apaan sih, lepas malu tau" Bila menggerutu mulutnya manyun.

" Iya maaf, makasih ya" Edwin melepaskan Bila lalu menggenggam tangannya.

Mereka kembali duduk, lalu melanjutkan makan dengan lahap Edwin menikmati makanannya, saat ini giliran Bila yang tak bernafsu makan.

" Bila.... kenapa, kok jadi kamu yang ga napsu makan?".

" Gara-gara kakak, kak Edwin ngapain sih ngelakuin semua ini, semalam kakak bilang jawabannya baju ini aku udah memakainya, tapi malah kakak bikin malu didepan umum, pakai peluk-peluk lagi" Bila mengoceh tak berhenti.

" Iya....maaf ya sayang" ia meletakkan sendoknya " tapi kalau lagi marah kamu tambah cantik deh" godanya.

" Kakak....., jangan panggil sauang malu...

" Bila mencubit tangan Edwin dengan keras.

Edwin meringis kesakitan " ampun...ampun...ampun, emang salah kalau aku panggil sayang kamubkan sekarang udah jadi pacarku" tiba-tiba ia menatap tajam pada Bila dan berkata" jadi dari tadi kamu bertingkah sok polos itu cuma akting ya, awas aja kamu ya".

Bila terdiam kaget, wajahnya memucat mendengar ancaman Edwin "maaf... tapi kakak juga udah bikin Bila malu lho" Bila terdiam sejenakl lalu melanjutkan bicara "kakak kalau marah juga lucu imut," Bila mengalihkan.

" Sungguh?"

" iya....seriyus" Bila mengangguk.

" Ok kali ini aku maafkan, kita seri, tapi lain kali ga ada maaf buat kamu".

" Ya....ampun kak Edwin galak amat" Bila menggerutu.

" Udah habisin makanannya!" Edwin memerintah.

" Ga mau, gara-gara kakak aku jadi ga napsu makan".

Edwin melihat kearah Bila, dan mengambil sup milik Bila " Ya udah aku habisin".

Bila memanyunkan bibirnya lalau memrsilakan Edwin mengambil makanannya.

Setelah menghabiskan makanannya mereka keluar dari kafe menuju sebuah taman, didalam mobil Bila terus terdiam ia terus tertunduk malu.

"Bila hari ini kamu cantik banget" Edwin memecah suasana " coba kalau kita udah dewasa, pasti aku langsung lamar kamu" Edwin menggoda Bila.

" Kak Edwin tuh hobi bgt ya godain aku?" Bila melirik Edwin kesal.

" Ga kok, serius kamu cantik bgt"

Bila memegang perutnya " kak laper" Bila berkata dengan memelas.

Edwin tersenyum lalu segera memarkirkan mobilnya dan mengajak Bila turun,Edwin memegang tangan Bila mereka menyusuri jalan menuju taman kota, Bila sesungguhnya agak risih dengan perlakuan Edwin namun ia membiarkannya karena dari dalam hatinya ia juga menginginkan semua ini.

Setelah sampai disebuah kursi panjang didepan kolam mereka berhenti dan duduk, didekatsana ada penjual somay setelah memesan dua porsi somay dan sup buah Edwin menuju ke tempat dimana Bila duduk.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C21
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login