Ana dan Fida memeluk ibu Syifa, isak ketiganya nyaris pecah.
'Subhanalloh, cinta-mu memang besar kepada kami, ya Allah. Kami tak meragukan itu sedikitpun'. Hati ibu Syifa bergetar.
Kini dongeng yang telah begitu diakrabinya bertahun-tahun yang lalu telah mengantarnya memahami cinta yang sebenarnya, bukan hanya meminta tapi juga memberi dalam kondisi apapun, mungkin itulah yang disebut cinta sejati.
Maheza tau kalau umur adalah rahasia Tuhan, itu sebabnya dia menyadari bagaimanapun sehatnya kondisi lahir batin sepasang manusia yang melakukan pernikahan, sama sekali bukan jaminan bahwa pernikahan yang terjadi akan berumur panjang.
Maheza kini sudah menjadi suami sahnya Syifa, dia menatap Syifa dan menyeka air mata yang mengalir dari sudut mata Syifa, dia tau kalau Syifa menyaksikan pernikahan itu dan Syifa juga mendengar semuanya akan tetapi tubuhnya masih terkujur kaku di tempat tidur pasien dan bola mata indahnya tertutupi.