Akhirnya hari wisuda telah datang, gelar dokter telah diraih. Dengan rekomendasi sang mama, akhirnya Claudy dan Wanda bekerja di rumah sakit ayah Claudy. Tentu saja juga
karna nilai yang mendukung. Tapi keinginan Claudy untuk mengikuti tes PNS tak bisa dibendung. Dan ternyata dia lulus.
pada hari ini, Claudy akan melihat tempat tugasnya, disebuah desa, dikaki bukit nan indah, papa , mamanya dan juga Wanda mengantar ke sana, dengan perasaan sedih melihat tempat tugas putri semata wayangnya yang jauh dari keramaian
"Kamu benar-benar mau tinggal di sini nak? Kan mendingan di Rumah Sakit kita, trus... gimana cara kamu bertahan hidup, kamu batalin aja ya"bujuk mamanya.
"Ya ampun mama.. belum juga dicoba, coba mama liat deh, warga di sini ramah ramah kan?. Lagi pula aku kan udah dewasa ma... "
"Baru 22 tahun. .. kamu masih kecil Nak, mama temenin ya, biar mama di sini juga" pinta mamanya. papa Claudy langsung kaget mendengar permintaan istrinya, takut kalau Claudy menyetujui usulannya.
"Gak usah lah ma, mbok Yem dan Inah kan ikut aku, trus papa gimana? kerjaan mama gimana? lagi pula, biar belajar mandiri lah ma, biar aku nggak manja lagi, nambah pengalaman gitu, pokoknya mama percaya aja ya. do'akan Claudy aja ya" katanya sambil memeluk sang mama.
"Iya ,Ma nggak usah cemas lah!. Anak kita udah dewasa kok" Kata papa yang sebenarnya juga takut kalau - kalau mama ngikut Claudy.
Beberapa hari sebelum hari ini, Papa Claudy sudah survei ke desa ini, menemui kepala desa, meminta untuk merenovasi rumah dinas yang akan di tempati putrinya, bahkan mencari informasi jika ada tanah yang akan di jual di sekitar puskesmas, karna Ia berencana untuk membangun Villa di desa ini, dan jika sewaktu - waktu mereka ke sana, mereka bisa menginap. Apalagi membayangkan Istrinya yang sudah pasti akan sering bolak balik mengunjungi putrinya. Dan syukurnya dia menemukan tanah tersebut, dan sudah mulai merencanakan untuk pembangunannya.
Claudy melirik kearah Wanda yang dari tadi diam seribu bahasa. Kenapa dengan anak ini? apa dia sakit? jangankan mendengar celotehannya, satu huruf pun nggak keluar dari bibir tipisnya. batin Claudy. Merasa ada yang memperhatikannya, Wanda menoleh, dia melihat Claudy yang memandang lembut padanya sambil mengangkat alis, seolah olah dia tau yang di tanyakan Claudy,
"Aku tidak apa apa", katanya sambil berlari kearah Claudy dan memeluk sahabatnya itu.
"Sudah, jangan nangis...meski kutinggalkan, dunia belum berakhir". Goda Claudy yang disambut dengan pukulan lembut Wanda kelengan atas Claudy, yang membuat gadis itu pura pura kesakitan. Setelah semua beres, Papa, Mama, dan Wanda, kembali ke Kota mereka, dengan perasaan sedih, Claudy di tinggal di desa ini.
Kabar tentang datangnya dokter cantik itu telah menyebar ke seantero desa, tak sedikit pria yang pura-pura sakit datang ke puskesmas itu setiap harinya hanya untuk melihat wajahnya, Tentu saja Claudy mengetahui kalau mereka tidak benar benar sakit. Tapi dia tetap bertanya banyak hal pada mereka. Sikapnya yang ramah, dan wajah yang manis membuat dokter muda ini menjadi buah bibir di desa itu.
Desas desus tentang dokter muda ini akhirnya sampai juga ketelinga Pak Kades. Meskipun dia telah bertemu dengan ayah Claudy, tapi dia tidak pernah bertemu dengan dokter itu. Akhirnya Pak Kades muda ini malah ikut penasaran, seperti apa sebenarnya gadis itu.