Alaric belum pernah merasa sesedih ini dalam hidupnya. Ia sudah terlalu lama hidup dalam kekerasan hingga ia hampir mati rasa terhadap emosi. Selama puluhan tahun ia sudah biasa menata emosinya dengan baik dan tidak pernah menunjukkan perasaannya ke luar.
Tetapi sejak Aleksis masuk ke dalam kehidupannya, hatinya yang beku perlahan-lahan mencair dan ia mulai merasakan rupa-rupa emosi yang menyeruak keluar dari lubuk hatinya. Berbagai emosi dan perasaan yang selama ini tersembunyi jauh di dalam hatinya, di balik ekspresi wajahnya yang lembut dan tidak terpengaruh, perlahan mulai menunjukkan wujudnya.
Kini tanpa dapat ditahan ia menangis tersedu-sedu. Kehilangan ibunya saat ia baru dilahirkan adalah perasaan sakitnya yang terbesar selama ini, karena di dalam dadanya ada perasaan bersalah, bahwa kelahirannya adalah salah satu penyebab kematian ibunya.
Bab kedua untuk hari Rabu.
Astaga... tidak menyangka peristiwanya akan berakhir seperti ini.
Untuk yang kangen Caspar dan Finland, mereka sudah tiba yaa... lebih cepat daripada yang diharapkan.
Dan walaupun spoiler yang saya tulis di bab 227 menyiratkan Aleksis yang mengira bahwa Alaric sudah mati... sesungguhnya Alariclah yang lebih dulu mengira Aleksis sudah mati, akibat insiden dengan Rosemary ini.
Jadi spoiler dari saya nggak seperti dugaan pembaca sebelumnya, kaaaan??? #hihihi