Sepulangnya sekolah akupun langsung menuju ke kafe yang Reihan maksud, namun baru di depan pagar sekolah Reihan sedang menunggu.
"kok kamu disini sih rei, kita kan janjian di kafe,,," kataku
"aku memang sengaja nungguin kamu kia, biar ke kafenya bareng aja" balas reihan
"tapi kan..." belum selesai aku bicara reihan memotong pembicaraan
"kiara pleaseeee, apa salahnya sih kita ke kafenya bareng? toh tujuan kita sama kan..."
"iya sih rei, tapi gag deh, ntar satu sekolah amukin aku, "
"ya ampun ra, apa hak mereka sih? , mau kita ngapain itu bukan urusan mereka"
"rei kamu gag ngerti yang aku maksud, cewek satu sekolahan itu mengidolakan kamu, ntar yang ada aku diserang "
"ra udah ya kita gg usah berdebat, kamu percaya aja sama aku, bisa kan?!"
"okey, aku percaya sama kamu" ucapku
"ya udah kamu pake helm ini"
"kamu bawa dua helm?"
"iya tadi pagi aku nganterin mama dulu, mobil mama tiba-tiba mogok"
"oh gitu,,,"
Dan kamipun menaiki motor reihan, ntah kenapa perasaanku menggebu-gebu jika terlalu dekat dengan reihan.
Sesampainya di kafe, reihan ngajakin aku duduk di sebuah meja dekat jendela. Dan tak lama makanan pun datang, akupun heran dibuatnya. Padahal kami belum memesan, dan akupun bertanya kepada pelayan nya,
"maaf mbak, sepertinya ini bukan pesanan kita deh?"
"gag kia, ini pesanan kita kok, sblum kesini aku udah pesan semua ini" potong reihan
"apaa...tapi gimana kamu tau kalo aku mau makan apa?"
"makanya aku pesan semua makanan ," ucap reihan sembari tersenyum
"rei, makanan ini tuh terlalu banyak loh !!!"
"ya gag papa, ntar bisa kita bungkus kan..."
"kenapa dibungkus?" ucapku terheran
"ntar ya kita bahas itu, mending sekarang kita makan dulu sekalian ada yang mau aku omongin"
"oke " ucapku menurut
Kami pun memulai makan, ntah kenapa susana begitu canggung, tak lama reihan pun berbicara,
"ra, aku boleh nanya sesuatu?" tanya reihan
"boleh, kamu mau nanya apa?"
"kenapa selama ini kamu menghindar dari aku?"
Akupun kaget dengan pertanyaan reihan, hingga batuk jadinya...
"uhuk uhuk,"
"ra kamu kenapa , apa aku salah nanyain itu?" ucap reihan sembari memberikan minum
"gag kok rei, aku gag pernah menghindar dari kamu, tapi kamu tuh yang menjauh dari aku" ucapku membuat reihan heran
"ra, kapan aku menjauh dari kamu?"
"trus kalo kamu gag menjauh apa dong namanya? kamu tuh berubah gag kayak dulu ketika kita masih SMP" kataku kepada reihan
"ra aku gag pernah berubah lo, tapi mungkin maksud kamu perubahan dari fase remaja ke fase tahap dewasa?! "
"rei, dulu kamu tuh gag mentingin gimana caranya kamu populer, gimana supaya kamu tuh jadi perhatian satu sekolah atau satu dunia, kamu tuh cuma jadi diri kamu sendiri, tapi sekarang kamu tuh beda banget, kamu bukan reihan yang aku kenal,,," jawabku yang selama ini kupendam
"ra, aku pikir kamu tuh suka dengan aku yang sekarang? bahkan aku pikir dengan aku berubah kayak gini aku bisa dapatin perhatian kamu sepenuhnya, tapi aku salah" ucap reihan
"rei, terkadang kita gag perlu berubah menjadi bintang untuk bersinar dilangit, cukup menjadi matahari, walupun munculnya bergantian dengan bulan tapi dia mampu memberi kehangatan yang sempurna. Dan aku gag pernah minta kamu berubah agar kamu dapat perhatian aku sepenuhnya, " balasku
"iya ra, maafin aku ya, jujur aku ngelakuin semua ini karena aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu ra" ucap reihan yang membuatku semakin kaget"
"rei, kamu lagi bercanda ya?!"
"ra, aku gag bercanda soal perasaan aku kekamu, kamu mau kan jadi pacar aku? aku janji bakalan jagain kamu, bakalan jadi yg apa kamu inginkan"
"tapi rei,,, kalopun aku cinta kamu, aku gag bakalan minta lebih, aku bakalan terima apa adanya kamu, karena cinta itu tanpa syarat"
"jadi kamu mau jadi pacar aku?"
"emangnya tadi aku bilang mau ya?!"
"raaa, aku serius nih, kamu mau apa gag? ya aku gag bakalan paksa kamu, karena cinta gag bisa dipaksa, seperti yang kamu bilang cinta itu tanpa syarat kan"
"ehmmm, iya aku mau , tapi anak-anak disekolah jangan tau dulu ya"
"lah kenapa? " heran reihan
"ya gag papa rei, aku belum siap lihat para cewek patah hati karena ulah kamu" ucapku sambil tersenyum
"haha kamu ya ra, bisa aja,,, ok gag papa, yang penting sekarang kita udah jadian"
Kami pun selesai , dan memutuskan untuk pulang, namun baru keluar kafe, reihan mengajak ke suatu tempat, sempat membuatku bertanya-tanya kemana kami akan pergi.
kamipun tiba disebuah tempat, dipinggiran sungai, dimana sekeliling terdapat rumah-rumah yang begitu kumuh dan tak terawat. Ya tempat dimana terdapat sekelompok anak-anak pinggir jalan. Tempat dimana mereka menyebut itu rumah mereka, namun begitu tak layak buat mereka, tanpa kusadari akupun menetes kan air mata, dan membuat reihan bertanya-tanya.
"kiara kamu kenap?" ucap reihan sembari mengahpus air mataku yang jatuh
"rei, ntah kenapa sakit rasanya, ngelihat mereka yg masih kecil harus berjuang hidup, mereka yang seharusnya mendapat tempat berlindung( orang tua) , mereka seharusnya menghabiskan waktu untuk bermain dan bersekolah,"
"mungkin itulah kenapa allah memberikan rezeki berlebih untuk kita, agar kita bisa lebih bersyukur, supaya kita bisa membantu mereka , memberikan sesuatu yang gag bermanfaat buat kita tapi buat mereka jauh lebih bermanfaat." ucap reihan yang membuatku semakin kagum
"kamu benar rei, rasanya aku kurang bersyukur, aku dikasih lebih tapi aku masih merasa kekurangan, yaitu waktu orang tua aku"
"ya udah kita samperin mereka yok" ajak reihan
Kamipun mengahmpiri anak-anak tersebut, dan memberikan makanan yang dibungkus kemereka. Sambil mereka makan akupun menceritakan sebuah kisah seseorang yang mampu mencapai cita-cita nya, walaupun dia bukan dari kalangan berada.
Maafkan cerita yang mungkin sedikit berantakan,, maklum hanya penulis amatiran 😂, mohon bantuan kritiknya dan harap tinggalkan jejak....terimakasih 😊
bukanlah novelis yang hebat, hanya mencoba kembali hobby yang lama ditinggalkan.
maaf jika ada penulisan kata/kalimat yg salah. ?
— New chapter is coming soon — Write a review