Download App
53.33% 13 Kali | Chanyeol & Wendy / Chapter 8: 7th Time

Chapter 8: 7th Time

HARI ini, ternyata Chanyeol gak masuk sekolah. Wendy gak tahu kenapa, soalnya, lagi tumben aja, dia pengin berangkat bareng papanya.

Setelah cek absensi pagi, wali kelasnya bilang, kalau Chanyeol izin sakit. Wendy yang denger itu, langsung inisiatif ngajak Sehun dan Seulgi buat jenguk Chanyeol, sepulang sekolah.

Sayang, Sehun dan Seulgi nolak, karena masing-masing mau pergi dan ada acara. Mereka cuma minta titip salam aja ke Chanyeol; semoga cepet sembuh.

Alhasil, Wendy sendirian jenguk Chanyeol ke rumahnya. Bunda Chanyeol bukain pintu. Terus, dia ketawa.

"Kenapa, Bun?" tanya Wendy sambil masuk ke dalam rumah.

"Chanyeol dari tadi nanya, kira-kira kapan, ya, Wendy dateng ke rumah buat jenguk? Dia udah takut kamu gak akan peduli," terang bunda Chanyeol sambil senyum-senyum.

"Gak mungkin kalau aku gak jenguk." Wendy mendengus dan menggeleng-geleng gak percaya. "Ya udah, aku masuk kamar, ya, Bunda."

Sudah dipersilakan sama yang punya rumah, Wendy akhirnya masuk ke dalam kamar Chanyeol.

Eh, dia nemuin Chanyeol terkapar di ranjang kayak orang kritis. Kaget, dong, dia.

"Lo kenapa jadi begini?" tanya Wendy yang langsung bersimpuh di samping ranjang Chanyeol. Dagunya ditaruh di pinggir ranjang sambil ngelihatin Chanyeol saksama.

Bibirnya pucat, tapi warna kulitnya merah karena panas. Dari situ aja, Wendy udah bisa ngerasain uar suhu tubuh Chanyeol.

Kepala Chanyeol yang lesu bergerak nyamping buat balik ngelihat Wendy. Gerak dikit kayak gitu aja, Wendy udah deg-degan dia bakal meninggal.

Tapi, Chanyeol masih sempet-sempetnya senyum manis. Walaupun, malah kelihatan menyedihkan gara-gara tampangnya yang lagi letoy.

"Gue jadi demam, kayaknya badan gue syok aja gara-gara jatuh kemarin," katanya. Jari-jarinya berusaha buat bergerak ke kepala Wendy, nepuk-nepuk. "Kalau lo, gimana?"

Wendy mau nangis. Dia bingung banget, padahal, dia yang nyetir motornya, tapi, kenapa damage ke Chanyeol lebih banyak?

"Gue sehat-sehat aja, Chanyeol!" sergah Wendy dongkol. "Lo, tuh, udah kayak mati enggak, hidup enggak, tapi, masih aja nanyain gue?"

Bahkan, luka-luka besar punya dia aja udah rada kering dan gak sakit lagi. Lain, sama punya Chanyeol yang sampai ke muka-muka, wajahnya kelihatan bengkak banget sampai sekarang—meski udah gak sebengkak hari pertama.

Ngelihat Wendy kebakaran jenggot, Chanyeol malah ketawa pelan. "Wen, pacaran aja, yuk."

Wendy refleks mukul perut Chanyeol, terus dia panik sendiri pas Chanyeol merintih kesakitan. "Aduuuh—sukurin! Lo, sih! Sempet-sempetnya aja!"

Lagi-lagi, Chanyeol ketawa, habis itu batuk-batuk. "Jadi, jawabannya iya, atau enggak?"

Gak jawab, Wendy lanjut ngomel-ngomel. "Udah, jangan ngomong, jangan gerak! Nanti nyawa lo hilang, gue bingung!"

Dengan sepasang tangannya, Wendy meraih sebelah tangan Chanyeol yang masih menggantung di udara. Digenggam perlahan, saking takutnya dia nyakitin yang punya.

Wendy ngejatuhin kepalanya di atas tangan dia dan tangan Chanyeol yang tertaut. Dia nangis.

"Jangan nangis, dong," ujar Chanyeol lirih. Lirih banget, kayak ayam sakit.

"Huhuhu, janji, jangan meninggal, ya, Chan..."

"Tergantung."

"Kok, tergantung?"

"Tergantung, jawabannya mau pacaran atau enggak?"

"Gak... huhuhu..."

Yah, sampai sini, Chanyeol lumayan paham, apapun kondisinya, intinya tetep aja: ditolak.

Tapi, memangnya dia mau nyerah? Enggak, lah.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C8
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login