setelah berjam-jam kami berdua menikmati waktu malam yang indah di Korea sekarang kami pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu dengan keluarga terutama dengan anak-anak kami.
dengan membawa beberapa makanan dari luar sekarang jangan duduk bersama kami menyantap semuanya dalam sekejap.
"waaah kenyangnya"
kata kak Arta mengusap perutnya
"kakak sih makannya nggak kira kira"
lirikku
"hehehehe"
cengengesan
"eh!! anak-anak kita tadi ke mana"
tanyaku
"entah??"
"cari lah kak, suruh tidur udah malam ini"
suruhku
"iya iya"
kak Arta pergi mencari Arfa dan Tika sedangkan aku mengemasi jaket dan juga mengganti pakaian.
tak lama setelah itu kak Arta kembali masuk ke dalam kamar dan tentu saja aku langsung menanyainya.
"lah mana anak anak kak"
tanyaku
"tidur bareng kakeknya"
"laaah kok gitu"
"mungkin tadinya mereka main bareng yang terus ketiduran"
"Oalah"
dengan retsleting bajuku yang sudah terbuka aku yang masih mencari bajuku di koper di hampiri kak Arta.
dia berdiri di belakang ku dan mulai mengusap lembut tubuh belakangku dengan jemari tangannya yang nakal saat ini rasanya bulu halus ku langsung berdiri merasakan geli.
aku yang diam membuat dia melanjutkan dengan mengecup leher di dekat telingaku nafasnya yang dekat membuat aku tergugah, lalu kak Arta berbisik di telingaku.
"sayang ini malam Jum'at"
katanya
dan aku tersenyum lalu berbalik melihat kak Arta dengan mata sayunya yang menetap aku dalam, aku tau betul apa maunya.
dia semakin mendekatkan wajahnya lalu memegang daguku dan mendongakkan ke atas dengan lembutnya mencium bibirku.
perlahan mata kami saling bertemu dan melihat jauh dan tak lama mataku terpejam menikmati bibir kami yang sudah mulai hangat itu, dengan mata terpejam aku mulai terhanyut dengan sentuhannya di bagian bagian sensitifku, sampai baju tunik yang masih setengah melekat di tariknya dan terjatuh di lantai.
saat suasana semakin memanas dan kak Arta terlihat sudah memuncak, akhirnya mendorongku ke ranjang dan kak Arta mulai membuka bajunya satu persatu.
"iih!! yang ini celana apaan lagi kok susah banget di bukannya"
menarik
"hahahaha celana legging jeans itu mah"
tertawa
"iihh yank nggak usah pakai celana ini lagi lah"
masih berusaha
"enak aja mahal ini aku belinya kak"
membantunya
"Halah nanty aku beliin yang lain lah lebih mahal lebih banyak dari pada gini mau nyoblos susah!"
"hahahaha"
setelah mendengar omelanya saat berjuang membuka celana ketat yang aku pakai itu akhirnya kami berdua sekarang sudah polos tanpa sehelai benang pun melekat.
kami kembali saling menatap dan kembali bercumbu dengan hotnya sampai bibir kak Arta terlepas dan semakin lama semakin menurun menyusuri leher lalu berhenti di dua bukit indahku.
saat lidahnya siangah di sana lalu dengan nakalnya bermain main dengan pucuk pink kecoklatan yang menegang itu dengan menghisap bahkan menggigitnya kecil.
membuat aku mengerang dan menjambak rambutnya dengan geram.
mataku yang masih terpejam menikmati rasa nikmat itu sampai rasanya terbang entah kenapa mana.
bibirku yang ku gigit mulai mendesah kenikmatan di buatnya.
dalam kenikmatan yang itu aku berpikir di hari anniversary kami yang seingatku para tanggal 12 bulan Febuari kami merayakannya di Korea dan aku merasa kebahagiaan seperti saat malam pertama dulu dan itu membuat aku benar benar sangat bahagia.
"eeh tunggu"
kataku ingat sesuatu
"hhhmm apa lagi yang"
masih asyik
"ini tanggal 12 kak"
tanyaku
"iya yank"
kembali mencumbu
"stop kak stop"
"lah ngapa!!"
kaget
"aku belum suntik KB kak!!"
"hah!!!"
melongok
"stop kak awas"
mendorongnya
"Halah yang udah manggung ah!! Sekali aja gak papa langsung jadi malah bagus langsung nambah"
melanjutkan
"kakak!!!"
terikatku
yaa karena sudah terlanjur basah akhirnya mandi sekalian dan kamipun melanjutkan yang semestinya.
kak Arta yang tak peduli melanjutkan aksinya dengan membuka kedua pahaku dan mengarahkan benda pusakanya de dalam sarungnya.
dengan perlahan dia mendorongnya lalu menariknya yang semakin lama semakin cepat membuat aku semakin mendesak bahkan mencakar punggung nya.
kami bergulat dengan hebat sampai semua tubuh basah dengan keringat dan akhirnya kami terbaring lemas dengan nafas yang terengah-engah.
kami saling menatap dan tersenyum aku kembali di tarik mendekat dan tubuhku di dekapnya erat lalu rasa lelah itu membawa kantuk datang membuat aku tertidur dalam dekapannya.
saat matahari mulai naik dan bersinar dengan terang menyilaukan mataku yang masih terpejam dengan rapat.
sedikit demi sedikit mataku terbuka melihat tubuhku masih di pelukannya tapi sudah membelakangi kak Arta, dengan perlahan aku berbalik dan menatap wajah tidurnya.
"i love you kak"
kataku pelan
aku berusaha mencium keningnya tapi sudah karena aku masih tertimpa tangannya, jadi aku memindahkan tangannya perlahan untuk meloloskan diri tapi sayang aku gagal.
"hhmmm mau ke mana sayang"
pelukannya
"mandi kak udah pagi loo ini"
jawabku
"sebentar lagi lah yank"
"eeh pikirkan anak anak kak"
"hhmm ya udah iya"
melepaskan
dengan segera aku bangkit dari tempat tidur langsung berlari ke kamar mandi dengan tubuhku yang masih polos itu.
di kamar mandi aku langsung membersihkan tubuh yang lengket bekas pergulatan kami, setelah beberapa menit mandi bersih aku selesai dan berpakaian aku menyuruh kak Arta cepat mandi.
"bangun kak mandi iihh"
kataku sambil menyiapkan pakaiannya dan anak-anakku
"hhmm iya iya"
"cepetan!!"
"iyaa Yaank"
aku pergi meninggalkan kak Arta dan mencari anak-anakku yang semalam tak tidur bersama kami.
ternyata mereka sudah sarapan duluan padahal belum pada mandi keduanya.
"iihh belum pada mandi udah sarapan"
kataku
"hehehe gak papa Bun"
Arfa tertawa
"jorok ah!!"
kataku mendekat
"gak papa Bun ikut Tika"
"hhhmmm dasar kalian dua ini"
kataku dan ikut duduk
"Arta mana??"
tanya papa yang baru datang
"kayanya masih mandi deh pah"
"oohh ya udah, bilangin papa dan mama ke tempat kakek yaa nanti nyusul aja"
"iya pah, hati hati di jalan ya pa"
"iyaaa"
pergi
aku ikut keluar melihat mereka pergi, begitu papa dan mama sudah tak terlihat aku kembali duduk dan makan bersama kedua anakku.
sampai kami selesai makan barulah kak Arta keluar dari kamar.
"mama dan papa ke rumah kakek kita di suruh nyusul, kakak sarapan dulu gih aku mau liat mereka mandi"
kataku mengajak anak anak mandi
"iya yang"
saat menemani mereka mandi aku ingat kalau kak Arta hari ini anak datang ke acara pesta ulang tahun kerabatnya tapi apa hanya kak Arta saja atau aku juga ikut.
setelah selesai dengan urusan anak anak aku kembali dan menanyakan pada kak Arta.
"kak nanti mau datang ke acara ulang tahun itu kan"
tanyaku
"iya sayang"
"yang di undang kamu aja??? atau kita berdua"
tanyaku
"ya berdua lah yank"
"hhmm apa iya kak"
"iya lah yank, kenapa?? gak mau datang sayank"
"hhmm bukan gak mau kak, tapi aku kurang nyaman aja apa lagi aku gak bisa bicara banyak juga kan"
"hhmm ya udah kalau kamu gak mau ikut gak papa kok yang"
"beneran gak papa kak"
"iya sayangku"
mengecup kening
"ya udah yuk kita berangkat ke rumah kakek kak"
"yuuk"
kamipun bersiap untuk pergi tak lupa dengan membawa beberapa bawaan kami menuju ke rumah kakek kak Arta.
tapi setibanya kami langsung menuju ke kamar kakek ternyata baru saja melakukan pemeriksaan dan sekarang di suruh dokter untuk beristirahat.
"jigeum abeojiui geongang-eun eottae?"
(Bagaimana kesehatan ayahmu sekarang?)
"ijeonboda joh-eum, geuneun danji chungbunhan hyusig-i pil-yohaessda"
(lebih baik dari sebelumnya, dia hanya butuh istirahat yang cukup)
"daedanhi gamsahabnida uisa"
(terima kasih banyak dokter)
begitulah pembicaraan ayah dengan dokter saat mereka keluar dari kamar.
akupun menyuruh kedua anakku untuk lebih tenang agar kakek tak terbangun dari tidurnya.
terlihat dokter sudah berpamitan pulang mungkin masih ada pasien lain yang akan dia tangani.
tak lama setelah itu kak Arta mendekat pada ayah dan mereka keluar bersama.
"mau ke mana mereka yaa"
tanyaku dalam hati
mama yang tak jauh dariku berbisik mengajak kami keluar membiarkan kakek sendirian di kamar.
"mama pengen ngunyah tar, ada makanan apa yaa di dapur"
mama menggandeng tanganku
"entah mah aku ya gak tau"
jawabku
"ya udah kita lihat yuk"
ajaknya
"kalian di sini aja yaa bunda mau cari cemilan dulu itupun kalau ada"
kataku pada anak-anakku
aku dan mama berjalan ke dapur tapi belum lagi sampai kami melangkahkan kaki kami mendengar sesuatu yang terjatuh.
suaranya terdengar cukup keras membuat kami berhenti sejenak dan saling menatap keheranan.
aku dan mama yang penasaran mulai melangkah kembali tapi dengan lebih perlahan sampai di depan pintu kami melihat dengan kaget.
"eeh!! ituuu"
tunjuk ku
"hah!!?"
mama terpelongo
==============================
apa sih yang terjadi di dapur??
kami melihat darah berceceran di lantai dan ada 2 orang pembantu di sana tapi salah satunya masih memegang pisau di tangannya.
itu langsung membuat aku dan mama ketakutan lalu berteriak dengan kerasnya.
"Aaaaaaaaaaaaaa!!!"
teriakku
"museun il-i iss-eossneunji!!"
(apa yang terjadi!!)
kata mama dengan gemetar
"neoneun naleul ohaehaessda"
(Anda salah paham dengan saya)
menjatuhkan pisaunya
"geuleom-ige mwoji?"
(jadi apa ini?)
"geunyang soseu ya"
(itu hanya saus)
jawab satu orang lagi yang terlihat bagian perutnya seperti merah berdarah
saat mama masih menanyai dua orang itu aku yang terus dibelakang Mama karena takut tiba-tiba terkejut karena sebuah tangan menepuk pundakku.
"uuwaaaaa!!"
Teriakku
"Hey!! kenapa??"
kata kak Arta heran
"kakak ngagetin aja deh!!"
kataku memukulnya
"auw!! sakit yang"
"ada apa??"
tanya ayah baru datang
setelah ayah datang dua orang itu pun mulai menceritakan kejadian yang baru saja terjadi.
awalnya semua berawal dari kucing peliharaan kakek yang meloncat ke salah satu dari mereka yang sedang membawa saus dalam sebuah mangkuk dan karna cakar kucing yang menancap membuat kaget, tangan yang memegang mangkuk langsung terjatuh sedangkan 1 orang yang lagi sedang memotong motong sayur tak jauh dari tumpahan itu, tapi karena kondisi yang membuat kami salah paham.
mungkin kalau kalian pernah memakan ramen yang berasal dari Korea ataupun kalian pernah menonton video mukbang ala Korea kalian bisa lihat dong seberapa merah saus mereka sudah seperti warna darah, tapi syukurnya semua itu hanya salah paham dan juga sudah dibereskan.
"Ya ampun mah aku takut banget loh"
kataku masih di dekat mama
"ih mama juga looo!!"
"itu kucingnya nakal banget deeh"
"kucing yang satu ini memang kayak gitu, dia nggak bisa lapar banget kalo dia lapar banget dia mau manjatin orang iya maksudnya buat kasih dia makan"
jelas papa
"lah papa kok tahu"
tanya mama
"soalnya papa sendiri sih yang nemuin kucing itu tapi dulu masih kecil banget"
lanjutnya
"itu betina atau jantan yah"
tanyaku
"jantan"
"entah nya sifatnya itu menandakan dia stress"
"lah stress kenapa yang"
tanya kak Arta gantian
"bisa jadi karena dia nggak bertemu dengan teman mainnya atau lawan jenisnya"
"hhmmm bisa jadi sih karena dia akan selalu di sini dan disini nggak ada kucing lain selain dia"
"cariin pasangan nya dong pah"
kata mama mendekat
"hhmmm nanty deh, mikir-mikir juga nanti kalau ada pasangannya tentu bakal punya anak dong dan kalau nanti semakin banyak siapa yang bakal ngurusin"
"iya juga sih"
karena kejadian itu selera makan Kami menghilang dan akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang karena memang Kakek pun sedang beristirahat dan tidak mungkin kami mengganggunya apalagi membangunkannya.
sesampainya di rumah kami makan siang bersama setelah itu ke Artha pun bersiap-siap untuk datang ke acara pesta ulang tahun kerabatnya.
"hati-hati di jalan ya Kak"
kataku menyalaminya
"iya sayang, pasti"
Kak Arta mengecup keningku
aku pun melambaikan tangan padanya dia yang di dalam mobil pergi memacu mobilnya menuju ke tempat tujuan.
saat aku masuk aku mendengar suara ponselku dengan bersantai aku pun berjalan menghampirinya, saat itu aku lihat ada tiga panggilan tak terjawab dari ayah di wa dan akupun langsung menelpon balik.
"kenapa ya!??"
kataku penasaran
dua kali aku coba untuk menghubungi kembali Ayah melalui wa tapi tidak tersambung.
saat itu aku pun langsung panik karena mengingat pada saat kami akan pergi kami berpesan kalau nantinya ada apa-apa harus mengabari kami dengan segera.
aku sudah mulai mengeluarkan keringat dingin di tanganku karena pikiranku sudah terbang entah kemana mana memikirkan hal-hal yang sangat tidak aku.
saat itu aku ingat kalau di rumah lama ayah dan bunda memasang telepon kabel yang langsung tersambung dengan TV dan juga WiFi dengan segera aku mencari nomornya di kontak ku dan memakai telepon Korea untuk menelepon Ayah.
"halo ayah!!"
kataku langsung
"halo tarika yaa"
"iya ayah ada apa!? ayah gak papa kan? kok ayah telepon tarika sampe e kali!?? kenapa ayah!??"
tanyaku bertubi-tubi
"buset tar nyante dong"
"ayah kenapa telpon tadi??"
"aduuh tar perut ayah sakit lagi"
jawabnya
"hah!! apa!!"
kaget dan langsung melemas
mendengar ayah mengatakan kalau perutnya sakit lagi aku langsung teringat dengan penyakit lama ayah kanker lambung.
jantungku berdebar semakin kencang saat itu kepalaku pusing dan sejenak aku merasa kosong karena aku yang jauh saat itu tidak dapat melakukan apa-apa.
"Tarika?"
panggil ayah
"mana bunda ayah!"
tanyaku lagi
"pergi belanja nak"
jawabnya
"balri!!"
kataku dengan nada sedikit tinggi
"dia udah ke kampus"
jawab ayah
"ya Allah ayah gimana ini huu huuu"
aku mulai menangis karena tak tau apa apa lagi
"lah kamu kenapa nangis"
tanya ayah bingung
"maafin tarika yaa ayah di saat ayah sakit malah tarika lagi pergi hiks hiks"
kataku sambil menangis
"lah lah lah ayah gak papa loo nak"
"gak papa gimana kata ayah perut ayah sakit lagi"
"Oalah kamu salah paham looo"
"salah paham gimana"
"ayah lagi mencret loo nak kemarin itu udah sembuh ini kambuh lagi"
jelasnya
"hah!!!"
tercengang
"iihh kamu ini looo, ayah tadi telepon mau tanya ke kamu ingat di mana simpan tempat obat gak ayah lupa karena mau tanya bundamu ponselnya tinggal"
"Oalah ayah ayah tarika udah mikir jauh sampe ke planet mars yah"
"hahahahah makanya jangan kebanyakan nonton sinetron sama drama tar, jadi lebay dan alay kan hahahahah"
kata ayah tertawa dengan
"ya Allah ayah tarika di sini udah lemes lututnya laaa"
"hahahaha tarika tarika udah lah biaya telepon ke luar negeri larang ndok ayah matiin yaa, ayah gak papa loo assalamualaikum"
menutup
"waalaikumsalam"
dengan menutup gagang telepon aku juga menyeka air mataku dan mulai menenangkan diri karena pikiranku sendiri.
aku duduk sejenak di sofa yang tak jauh dariku mengatur nafas.
"dasar ayah!!"
kataku kesal
aku pergi ke kamar ikut tidur bersama kedua anakku karena kepalaku masih pusing karena memikirkan ayah tadi.
"yank oo yank"
"iihh kakak aku baru aja terlelap"
"iihh ini penting yank"
"apa kak"
"di aku baru dapat pesan dari penjaga di rumah sayang"
"pesan apa kak"
"mereka mendapatkan kiriman misterius"
"hah!! dari siapa kak"
"Oalah yank namanya juga misterius ya gak tau lah dari siapa"
"ooh iya yaa kak"
"hhmm gimana jadinya yank aku takut isinya aneh aneh, tapi menurut penjara di deteksi pake alat kita gak ada bahan berbahaya sayank"
"suruh buka aja kak"
"gak bisa sayang kata mereka pertama memang di kemas dalam kotak kardus biasa tapi di dalamnya ada koper yang pakai kode"
"hah??? ini yang ngirim gila atau cemana sih"
"iih yank aku gak tenang laa"
"aku juga kepikiran kak"
tapi kami harus menahan perasaan tak tenang dan penasaran kami karena kami masih beberapa hari lagi kami baru pulang ke Indonesia.
kak Arta sudah tanya ke papa kapan kami akan pulang karena besok kakek harus melakukan pemeriksaan lagi dan melihat hasil dari pengobatan selama ini, jadi papa dan juga kak arta harus siap siaga dengan apa yang terjadi nanti.
melihat ke adaan kakek yang sekarang kak Arta bilang kalau di prediksi keadaan kakek akan segera membaik.
"semoga aja itu bukan yang aneh aneh"
kataku dalam hati
=============================
siapa yaa yang kirim koper misterius itu
apa isinya kira kira kalau kopernya aja pake kode
pada penasaran gak??
ikuti terus yaa
buat yang belum tulis ulasan
ayoo keluarin pendapat kalian dengan cerita "Artika family"
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT