Download App
69.54% Artika family / Chapter 121: teman

Chapter 121: teman

setelah aku dan teman-temanku selesai salat isya dengan menjinjing tas dan juga membawa ATM yang diberikan oleh suami-suami kami.

kami langsung menuju ke mall dimana kami biasa berbelanja pakaian.

dengan para suami dibelakang mengikuti bersama anak-anak dan juga pengasuh.

kami sengaja minta untuk memisahkan diri dengan membawa mobil jadi kami berempat bisa dengan bebas mau kemana pun dan mereka menunggu kami sampai selesai.

saat di dalam mobil kami berempat bercerita dan juga merencanakan ingin membeli apa nanti waktu setiba di mall.

tapi pada saat itu Naza tidak banyak berbicara dan seperti memikirkan sesuatu.

"kamu kenapa"

tanyaku

"beneran nih nggak apa-apa"

kata naza ragu

"iya iyalah nggak papa, kan suami kerja buat bahagiain istri dan juga anak-anak"

jawab ku berusaha meyakinkan Naza

"tapi kadang aku suka kasihan deh sama Mahda keadaan kami sekarang nggak seperti dulu waktu aku pertama pertama menikah sama dia"

katanya dengan sedikit sedih

"ya udah kamu santai aja lah, Aku pernah dengar salah seorang ustad bilang kalau misalnya seorang suami memuaskan keinginan hati seorang istri insya Allah rezeki untuknya akan terus mengalir, lagian kan kita bukan untuk bersenang-senang banget ini kan juga persiapan menyambut hari raya idul Fitri"

kataku sambil menepuk pundak

"iya juga sih tar ya udah deh nggak apa-apa"

katanya mulai sedikit lega

tak lama setelah itu kami pun sampai pada sebuah mall dan kami pun langsung memarkirkan mobil.

dengan wajah yang bersinar-sinar kami berempat bersiap untuk menghilangkan rasa suntuk dan stres dengan berbelanja.

saat kami mulai masuk dan melihat seisi mall aku menggandeng Naza dan Yulia bersama Ayu langsung menuju ke tempat pakaian di mana semua pakaian berwarna putih karena bertema lebaran idul Fitri yang suci dan bersih.

dengan wajah ceria aku menarik tangan Naza menuju ke salah satu toko dan kamipun melihat-lihat baju gamis yang terlihat cantik itu.

SMS

"sayang kami tunggu di tempat main anak yang di lantai 2 ya"

kak arta

"kenapa tar"

tanya Naza

"oohh gak ini ka Arta kirim pesan"

"ooohh"

"gimana kamu udah nemu yang cocok untuk kamu"

tanyaku

"kalau yang ini gimana bagus nggak"

menunjuk

"bagus kok, eh!! gimana kalau kita beli baju samaan lucu tu"

tiba-tiba ide itu muncul

"wah ide bagus tuh, tanyain yang lain deh mau atau nggak"

lanjut Naza

"eh eh Ayu Yulia, sini deh"

panggilku dengan penuh semangat

"kenapa!??"

"kita beli baju samaan yuk, lucu deh"

"samaan!???"

"iyaa"

"boleh tuh nanti kita pakainya barengan di hari yang sama"

lanjut Ayu langsung mengerti

"ok ok mau yang mana ya"

melihat

setelah sepakat untuk memakai pakaian yang sama kami pun mencari 1 model pakaian yang cantik menarik dan nyaman untuk dikenakan dan pilihan kami pun jatuh pada baju gamis berwarna krem dengan renda di pundak menutupi dada dan juga berbahan sutra dan sifon.

saat kami sudah memegang baju dengan ukuran kami, setelah itu kami satu persatu coba menggunakan pakaian itu dan setelah semuanya keluar dengan pakaian yang sudah melekat di tubuh saat itu aku melihat senyum senyum mereka, aku pun jadi benar-benar merasa sangat senang.

"eh eh liat yaa"

berputar

"hahahaha apa lah tarika ini orang kaya kaya juga tapi lebay dan alay"

kata naza sambil tertawa

"hahahaha denger ya Naza, orang kaya mati orang miskin mati raja-raja mati rakyat biasa mati semua akan di kembalikan, nggak ada yang perlu dibanggakan karena semua yang kita miliki sekarang hanya titipan dan sekarang kita ini hanya berusaha menikmati apa yang sudah kita dapatkan dengan cara kita yang halal"

kata baku ku sambil menepuk-nepuk pundak Naza

"beruntung banget ya arta bisa dapetin kamu, dan ternyata arta nggak buta dan nggak salah memilih pendamping hidupnya"

kapan za melihat ke arahku

"Alhamdulillah ya saya syantik

Alhamdulillah ya gak mau sombong hahahahaha"

jawabku dengan tertawa

"hahaha tarika tarika"

ikut tertawa

"sumpah ya cocok banget ya, aku suka bajunya"

Yulia ikut berputar

"aku juga loo"

sambung Ayu

"ya udah yuk kita pilih-pilih lagi, nanti baru kita ke kasir"

kataku sebelum masuk dan membuka baju tadi

kami melanjutkan perjalanan kami untuk mencari kepuasan hati, setelah kami berempat mendapatkan semua kebutuhan kami sekarang kami mencari untuk anak-anak dan juga suami kami.

aku mencari baju koko untuk kak Arta dan Arfa masing-masing dua lalu tiga pakaian rumah dan 4 celana, setelah urusan pakaian jagoan-jagoan ku selesai aku pun mencari pakaian untuk princess kecilku karena memang dia suka menggunakan gaun akupun mencarikannya nya empat gaun sekaligus.

setelah selesai dengan semuanya aku melihat yang lainnya masih sibuk memilih apalagi Yulia.

"eeh Naz aku kebelet nih ke toilet bentar ya"

kataku pada Naza

"oh ok, kita tunggu di sini kamu jangan lama-lama"

"lah kenapa"

"nanti kamu hilang kak Arta nyariin lagi Hahaha"

"ye kamu kira aku anak-anak apa"

"hahahaha"

aku pun pergi meninggalkan 3 temanku yang sedang asyik itu tapi bukan menuju ke toilet seperti yang aku bilang pada Naza tadi tapi menuju ke kasir yang tidak jauh dari situ untuk membayar pakaian yang kami beli.

saat giliran aku membayar pakaian yang sudah aku beli, aku berbicara pada salah seorang penjaga kasir.

"Mbak ini saya letakkan di sini aja ya saya bayarnya nanti terus saya mau bilang nanti kalau teman saya yang itu tuh"

menunjuk

"iya kenapa Bu"

tanyanya

"tolong semua harga yang dia beli di setengah in ya masukin ketagihan saya, bisa nggak"

tanyaku

"hhmm bisa bu"

ragu

"udah mbaknya nggak usah ragu atau takut Mbak bisa pegang dompet saya deh disini ada CCTV nya kan nanti saya bayar belakangan setelah mereka semua"

kataku meyakinkannya

"ya udah Bu, bisa"

"ok saya tinggal ya mbak"

akupun kembali bersama yang lain setelah menunggu beberapa menit kami semua selesai belanja kami pun menuju ke kasir.

tepat pada si mbak yang tadi aku temui pertama, dengan yang pertama kali membayar adalah Yulia, Naza, Ayu dan yang terakhir aku.

saat giliran naza si mbak saat itu melihat ke aku dan akupun mengangguk.

"eh eh!! aku duluan ke lantai 2 ya si aya nangis barusan aku ditelepon sama Balri"

kata Yulia panik

"ya udah pergi aja deh ajak Naza kan kalian berdua udah selesai"

kataku mendorong Naza untuk menemani Yulia

"ya udah kalian cepetan nyusul ya"

kata Yulia dan menarik tangan naza

akupun kembali mengantri karena memang giliranku setelah Ayu begitu Ayu selesai dia menungguku.

saat itu aku berusaha agar dia tidak melihat aku menerima dompet dari penjaga kasir itu tapi mau bagaimana karena memang dia terus melihat aku dia pun tahu dan akhirnya bertanya.

"kok dompet kamu dipegang sama penjaga kasir itu"

tanyanya

"nitip aja"

kataku bohong

"lah kenapa nitip ke dia kamu kan bawa tas masukin aja ke tas"

Ayu pun semakin kepo

"nggak kenapa-kenapa sih udah lah"

kata aku malas membahas

"tar kamu kok kayak nyembunyiin sesuatu sih"

semakin kepo

"ih beneran enggak kenapa-kenapa"

"tarika ih!!"

kesalnya

"ih ini anak ya kepo banget!"

"kasih tahu aku nggak"

"iya iya enggak bisa apa kamu enggak usah kepo in aku, tahu aja kalau aku lagi bohong ataupun ada rahasia"

kata aku kesal dan memanyunkan bibirnya

"karena aku tuh tahu kamu orang yang gak bisa tertutup dan nggak bisa bohong"

mencubit pipiku

"hhhhmmm"

"ya udah kamu kenapa tadi ngasih dompet kamu kasir"

tanyanya lagi

"mau tau aja atau mau tau banget hahaha"

"aih ini anak najis aku, udah kasih tahu nggak atau aku bilangin ke Arta loh"

"ih dasar pengadu"

"hahahaha"

sambil berjalan aku pun menceritakan pada Ayu soal aku membayar setengah dari apa yang dibeli oleh naza dan itulah jadi alasan kenapa dompetku berada di tangan penjaga kasir itu, saat itu Ayu pun langsung menyentuh kepalaku dan mengusapnya.

"kamu itu loh, tarika tarika"

katanya dan tersenyum

Aku tak ingin melanjutkan pembicaraan ku dan aku hanya tersenyum lalu kami dengan saling menggandeng tangan pergi ke lantai dua menghampiri para suami dan anak-anak.

"udah sayang"

kata kak Arta dengan senyum yang lebar terlihat aneh

"kamu kenapa sih Kak"

tanyaku

"gak ada kok yang"

jawabnya dengan masih senyum yang sama

kami yang sudah selesai langsung menuju mobil masing-masing saat di mobil kak Arta memang berbicara seperti biasa namun agak aneh begitu kami semua sampai di rumah aku dan kak Arta naik ke atas menggendong anak-anak kami dan mengajak mereka tidur.

saat kami keluar dari kamar anak-anak aku benar-benar sudah tidak tahan ingin mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan itu ke kak Arta.

"Kak aku mau bicara deh"

"mau bicara apa sayang ya udah bicara aja"

tetap berjalan

"kok perasaan aku kamu aneh ya"

"nggak ah aku biasa aja"

masih tetap berjalan

"kaak!! kalau ngomong bisa enggak sih berhenti dan lihat aku"

kataku mulai kesal

"ya udah yuk kita ngomong di kamar dulu"

kata-kata menuju ke kamar

sesampainya di kamar aku melihat dia yang duduk di tepi ranjang dengan wajah yang sebenarnya, terlihat seperti ingin menanyakan sesuatu aku pun duduk disampingnya terus menatapnya sampai dia pun berbicara.

"aku lihat pemakaian kamu malam ini, diantara kalian berempat biaya kamulah yang paling besar tapi menurut aku yang kamu belanjakan dengan pengeluaran kamu tidak sesuai bukan aku ingin berburuk sangka sayang hanya saja seperti ada yang mengganjal"

jelasnya

"Oohh itu too kak, kalau kakak bisa membandingkan biaya pemakaian aku lebih besar pasti kakak tahu dong pemakaian siapa yang paling kecil"

tanyaku

"iya Naza yang paling kecil"

"sebenarnya aku biayain setengah dari semua yang dibeli Naza kak "

kataku dan bangkit

"loh kenapa"

menahan tanganku untuk pergi

"karena aku tahu kalau dia ragu untuk memakai uang suaminya"

jawabku berusaha melepaskan tangannya

"ya ampun sayang"

langsung memeluk

"ya udah kita turun yuk yang lain pada nunggu loh tapi kalian mau Mabar"

kataku dan berbalik badan

bukan malah kak Arta melepas pelukannya malah saat aku berbalik dia mencium bibirku.

dengan mata terpejam aku merasakan kehangatannya sampai bibirnya terlepas dia tersenyum padaku dan bilang.

"terima kasih sayang"

"buat apa"

"buat semuanya termasuk untuk hadir dalam hidupku"

katanya ingin kembali menciumku

"Halah lebay!!"

kataku langsung menolak keningnya dan membuatnya langsung menjauh

"sayang ih!! siniii lagi"

panggilnya manja

"ogah!! najis hahahaha"

tapi aku yang merasa geli tak menghiraukannya dan segera turun bersama yang lain

=========================

terimakasih masih pada mau baca

semoga aja kalian suka ya

jangan lupa tulis ulasan kasih bintang dan juga komentar

ayo dong support aku


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C121
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login