Download App
51.14% Artika family / Chapter 89: ingat

Chapter 89: ingat

Pembangunan rumah ayah dan bunda sudah hampir selesai dan sekarang sudah tahap finishing yaitu bagian pengecatan, pemasangan kunci pintu jendela dan lain-lain.

hari ini aku mengajak suamiku untuk membeli perabotan untuk mengisi rumah ayah dan bunda dari sofa, meja, TV, kulkas, tempat tidur, lemari pakaian, karpet, vas bunga, hiasan dinding dan banyak lagi.

"Waaah semua nya bagus kak"

Kataku masuk

"Pilih yang bagus nya aja langsung yang biar lebih terjamin"

Kata kak Arta

"Ok pak bos"

Kataku

Kami pun masuk dan memilih-milih sekiranya mana yang cocok untuk ditempatkan di dalam rumah ayah dan bunda.

Tema rumah ayah dan bunda minimalis sederhana berwarna kan putih dan coklat.

Jadi aku menyesuaikan barang-barang yang akan dibeli dengan warna rumah nantinya.

"Yang ini ya kak"

Kataku

"Tanya dulu yang ini kualitasnya gimana"

Kata kak Arta

"harus banget ya kak"

tanyaku

"banget banget yang"

angguknya

"lebay"

kataku pergi

"hahahahaha"

kak arta tertawa

Dan setelah aku menanyai penjaga yang ada dia menjelaskan beberapa jenis barangnya dan menjelaskan tingkatan-tingkatan kualitasnya akhirnya kami sepakat untuk memilih.

Seperti itulah seterusnya aku bertanya dan kak Arta mengiyakan.

"ah kamu mah kak gak mau pilih kom kaya bos pulak jadinya"

kataku kesal

"laah yang aku mah gak tau yang mana yg bagusnya, kamu mah udah biasa jadi penyesuai tata letak laah aku taunya tata letak organ"

jawabnya

"hahahahahah kak kak kalo gak cariyang sesuai kaya organ aja hahahahah"

aku tertawa melihatnya

"ini lah untungnya punya istri anak teknik, cerdar kreatip dan aktip"

katanya mengedipkan mata

"iis kakak ini yaaaa"

kataku membuang muka

"iya kan yang aktip"

semakin genit

"udah ih bikin malu aja, ganteng ganteng juga tapi somplak kamu kak hahahahahah"

aku tertawa dengan lepasnya

"apa kamu bilang tadi yank somplak, awas kamu yaaa"

katanya mendekat

aku yang tau langsung berjalan lebih cepat dan dia malah mengejar dan langsung menyubit pipiku.

"hahahahahhaha ampun pak bos"

aku memasang wajah imut

"uluh uluh yang kalau ini gak di tempat umum aku udah nyosor kamu hahahahah"

katanya merangkulku

"hahahahahah dasar mesum"

kataku melihat ke arahnya yang hanya tersenyum

"hahahahahah ya udah yuk lanjut lagi sayank"

katanya mulai jalan di depanku

Setelah semua sudah terbeli dan kami pun duduk santai beristirahat sejenak.

saat itu aku melihat pasangan yang terlihat masih muda yang mungkin akan menikah sedang memilih tempat tidur.

Aku yang terus melihat mereka sampai tersenyum melihat pertengkaran kecil mereka membuat aku mengingat waktu masa masa kami dulu.

"Yank"

Panggil kak Arta

"Hhmm ya"

Jawabku

"Kok senyum senyum sih yank"

Tanyanya

"Heha itu loo kak aku lagi liat pasangan yang di depan sana lucu deh"

Jawabku

"Mana sih yank"

Coba berbalik badan

"Masak iya kak nggak kelihatan sih pakai kacamata aku kalau nggak"

Kataku menyodorkan kacamata

"Hehehe gak usah sayang"

Jawabnya

"Ooohh yang itu yank"

Katanya baru kelihatan

"Iya kak, aku tiba-tiba ke ingat waktu kita dulu ya"

Anggukku

"Waah iya ya yank, dulu waktu mau nikah kita sibuk banget banyak yang di urus, mondar-mandir kaya setrika yankan yank"

Lanjut kak Arta

"Iya kak, gak nyangka yaa kita sekarang udah nikah dan punya anak, hebat kita ya kak"

Aku tersenyum

"Iya yank kita hebat banget sayang"

kata kak arta menatapku

"iya kak"

aku tersenyum

" eh eh yang kita pura pura kaya kaya masih pacaran yuk"

menatap aku dengan semangat

"Udah deh kak jangan yang gak gak aja"

Jawabku

"Ayo lah yank"

Memohon

"Kayanya kita gak cocok deh kak udah tua ah"

Kataku masih menolak

"Ya gak lah, masih muda loo yank yuk kita beli baju dan make up yank, shoping yank kita beli keperluan kamu"

Katanya kembali membujuk

"Hmm ok lah kak"

Kataku sedikit berat

Dengan semangat kak arta pun mengajakku menuju suatu tempat yang di mana di sana menyajikan baju juga make up, kami memilih-milih baju yang akan kami kenakan nantinya setelah cukup lama berkeliling dan akhirnya menjatuhkan pilihan kepada baju yang berwarna sama dengan kak arta tapi dengan gaya yang berbeda.

Setelah selesai memakai baju aku pun langsung duduk di depan kaca rias ditemani bersama petugas yang akan merias ku.

kak Arta yang sudah siap dengan baju yang tadi di pilihnya terlihat sangat keren dan sangat tampan seperti masih jadi anak remaja pada umumnya.

"Mbak tolong dandani secantik mungkin ya"

Katanya mendekat

"Mbak nggak usah menor banget yah make up nya kalau bisa senatural mungkin"

Bisikku ke si Mbak

"Yaank"

Kata kak arta yang memang ternyata belum jauh dari situ

"Mbak natural aja yaa"

Kataku lagi dengan sangat pelan

"Yank ih"

Kak Arta mendekat dan mencubit pipinya

"kak cantik itu nggak perlu menor kalau misalnya natural aja udah buat kita jadi percaya diri dan kelihatan lebih cantik buat apa yang berlebih-lebihan"

Kataku manyun

"Hm ya udah yank, tapi kalau untuk istri aku ini mau gimanapun dan seperti apa pun kamu yank aku tetap akan terima kamu dan akan cinta kamu kok"

Mengusap kepalaku

Aku hanya bisa tersenyum

"Ahem aheem"

Aku melupakan kalau ada si embak saat itu berada di dekat kami jadi aku tak bisa mengatakan apa-apa lagi dan hanya merasa malu bahkan aku memerah.

Setelah beberapa menit akhirnya aku selesai di make up-nya dan aku suka hasilnya

"Yank"

Panggil kak Arta saat kami sudah berjalan

"Hhmm"

Aku melihat ke arahnya

"kalau kamu di rumah kayak gini terus kayaknya aku betah ngurung diri nggak mau keluar rumah deh"

Menggandeng tanganku

Aku kembali tersenyum dibuatnya senang

"Tapi tunggu. . . . . . "

Mikir

"Kak"

Kataku berhenti berjalan

"Kenapa sayang"

Tanyanya

"Hhmm tadi kakak bilang kalau aku di rumah kayak gini terus kakak betah ngurung diri nggak mau keluar rumah"

Kata ku mengulang kembali kata-kata kak Arta yang tadi

"Iya sayangku cintaku"

Menatapku

"Jadi kalau aku gak dandan kayak beginian di rumah kakak nggak betah di rumah gitu maksudnya"

Kataku setelah berfikir tadi

"Hah!?"

Bingung

"Eh eh eh yank ya gak gitu laah"

Panik

"Halah dasar, katanya aja tadi mau gimanapun dan seperti apa pun aku kakak tetap akan terima aku dan cinta aku"

Lanjutku lagi

"Laah kan iya sayang percaya lah sayang, kok kita jadi ribut gini sih yank"

Memegang pundakku

"Kamunya sih"

Aku membalikkan badan

"Laah kok aku yank"

Bingung

"Pikir lah sendiri kak"

Masih berbalik badan

Kak Arta berpindah ke depanku dia memegang kedua tanganku dari menatapku

"Iya aku salah sayank, maaf yaa, kamu jangan marah lagi ya sayang"

Pelukannya

Tanpa menjawab hatiku sudah luluh dibuatnya aku memeluknya juga saat aku terasa nyaman dalam pelukannya aku berpikir kembali, sepertinya aku juga salah karena berlebihan menanggapi perkataan kak Arta tadi, aku mendongakkan kepalaku ke atas melihatnya dan dia hanya tersenyum.

"Kok kamu sabar banget sih kak ngadepin aku"

Kataku dalam hati

Aku melepaskan pelukannya dan langsung menggandeng tangannya lalu berbalik badan.

"Oh my"

Kataku kaget

Melihat banyak orang yang sedari tadi melihat kami aku seperti kehilangan muka saat itu, tapi aku berbalik ke belakang melihat suamiku yang tersenyum dengan sangat senang membuat aku tak peduli lagi dengan apapun dan dengan pdnya aku berjalan menggandeng suamiku yang tampan ini.

Dengan tetap berpegang tangan kami berkeliling, kami melakukan banyak hal berbelanja, makan dan bermain.

Saat kami melakukan semua itu kami tak luput jadi perhatian orang orang yang ada di sekitar.

Dan entah sejak kapan aku jadi tak begitu peduli dengan apa yang di katakan orang orang menilaiku.

"Apapun yang aku lakukan menurutku semua itu tidak melebihi batas batas ketidak wajaran jadi buat apa aku dengar dan peduli kata-kata mereka yang seperti itu"

Kataku dalam hati

Saat kami masih berjalan tiba-tiba perutku sakit dan ingin ke toilet.

"Kak perut aku gak enak nih, ke toilet sebentar yaa"

Kataku

"Ya udah jangan lama ya, aku tunggu di sini"

Katanya menepi dari lalu lalang orang orang

aku pun segera menuju ke toilet dan ternyata di sana cukup ramai membuat aku harus menahan dan menunggu baru bisa masuk ke dalam sana, setelah menunggu 15 menit akhirnya aku pun masuk.

"Haah leganya"

Kataku keluar

Aku berjalan menuju tempat aku meninggalkan kak Arta tadi, saat itu aku lihat kak Arta sedang berbicara dengan beberapa orang wanita yang menurutku sangat cantik.

"Sok kegantengan"

Kataku kesal

Selangkah demi selangkah aku pun mendekat ke mereka dan aku langsung berdiri di samping kak arta

"Udah sayang"

Tanya kak Arta

"Udah kak"

Anggukku

"Siapa???"

Tanya salah seorang menunjukku

"Oh iya kenalin ini istriku"

Kata kak Arta pada mereka

"Hah"

Kaget

"Kenapa"

Tanya kak arta

Aku sudah sangat senang saat itu melihat mereka yang salah tingkah

"Mereka siapa kak"

Tanyaku gantian

"Yaa entah yank, tadi sih tanya tanya aja"

Jawab kak Arta

"Oooohh"

Melirik ke mereka

"Hmm kami permisi lah kalau gitu kak"

Kata mereka

"Oh iya iya"

Angguk kak Arta

Saat mereka pergi meninggalkan kami terdengar mereka masih membicarakan mereka bilang

"Uuhh ganteng sayangnya udah nikah"

Kata salah seorang dari mereka

"Kayanya masih pengantin baru ya"

Sambung temannya

Setelah itu tak lagi terdengar apa yang mereka katakan dan aku melihat ke arah kak Arta.

"Apa yank"

Tanyanya

"Sok ganteng"

Kataku pergi

"Looh yank"

Menahan

"Kok marah sih yank"

Menarik tanganku

"Becanda kok kak hehehe"

Kataku tersenyum

"Iih sayank"

Katanya ngambek

"Udah cepetan kak udah jam berapa coba yang kita beli nggak sedikit loh kak"

Lanjutku berjalan

"Aman sayang semuanya udah beres kok"

Jawabnya

"Beres gimana kak"

Bingung

"semua yang udah kita beli udah aku suruh antar ke alamat rumah kita dan aku juga udah suruh orang rumah untuk menunggu dan mengecek semua yang kita beli, jadi kan kita tinggal pulang bawa belanjaan kita aja"

Jelasnya

"Oooh mantap kak"

Kataku mengacungkan jempol

"Ya udah semua udah selesai kan yuk kita pulang"

Giliran dia yang berjalan di depan dan menggandeng

Aku dari belakang tersenyum melihatnya dengan tangan penuh belanjaan kami kami berjalan melewati banyak orang yang memperhatikan kami sampai menuju ke parkiran,saat itu tangannya yang sudah repot sempat-sempatnya untuk membukakan pintu ku membuat aku semakin senang dan merasa benar-benar beruntung memiliki suami seperti kak arta ini.

Setelah kak Arta memasukkan semua barang-barang ke mobil kami pun segera pulang, beberapa menit sampai kami melihat barang-barang yang kami beli tadi sudah sampai di rumah.

Aku yang terus berjalan menuju ke dalam rumah sesaat berbalik melihat ke belakang, kata minta tolong pada beberapa orang untuk membantu memindahkan semua perabot yang kami beli tadi ke dalam rumah ayah dan bunda.

"Assalamualaikum"

Aku masuk ke dalam rumah

"Waa chalaam"

Jawab kedua anakku

Mereka berlari dan menyambut kedatanganku karena memang mereka sedang bermain tak jauh dari pintu bersama Bu inah.

Lelah ku rasa nya hilang melihat senyum polos mereka saat memelukku, aku mencium pipi mereka satu persatu bahkan menggelitik mereka sampai tertawa.

"Udah undaa geyii"

Kata Tika

Tapi aku tidak menghiraukan melanjutkannya sampai suamiku yang berada diluar tadi akhirnya masuk juga ikut menjahili Arfa.

"Uuhh ayah angan geyii"

Akhirnya Arfa pun marah

"Hahahahahahahahahaha"

Kami semua tertawa

Saat itu aku kembali terdiam menyaksikan kebahagiaan keluarga kecilku yang aku rasa sudah sangat sempurna, aku memiliki suami yang tampan baik hati dan sangat pengertian padaku, aku sudah memiliki dua anak yang begitu cerdas dan sangat berhati lembut, syukur kami juga memiliki keluarga yang sangat baik pada kami dan kami juga memiliki teman-teman yang begitu peduli kepada kami membuat kehidupan kami menjadi sangat lengkap dan bahagia.

======================

Semoga kalian suka

Jangan lupa untuk kasih bintang dan komentar ya


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C89
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login