Malam berjalan sangat lambat. Bulan tidak dapat segera tidur. Pikirannya dipenuhi dengan kejadian malam ini. Ia tidak pernah menyangka akan memutuskan untuk membuka hatinya secepat ini. Dan bahkan ia tidak menyangka akan memilih Dhany untuk mengisi hari-harinya ke depan. Kenapa aq selalu merasa belum siap? Bulan merasa gundah dan pikirannya berkecamuk..Dia yakin..seharusnya yang dia rasakan adalah bahagia. Tapi apa mungkin karena aq masih menyimpan luka dan trauma, sehingga aq tidak mengizinkan rasa bahagia itu kembali lagi?
Malam itu, Bulan terlelap dengan hati yang masih penuh bimbang.. Namun keputusan telah diambil. Ia berharap langkahnya ke depan akan lebih stabil. Berjodoh atau tidak, biarlah waktu yang akan menjawabnya. Jalani semua dengan baik. Tidak dipaksakan, tidak bertarget, hanya bersedia untuk saling membuka diri satu sama lain. Itu saja.
Dan biarkan semua mengalir menuju tempatnya. Karena kita akan tau, berakhir di pelabuhan manakah kita pada akhirnya. Masih bersama atau pun sudah berpisah arah..semua akan mengikuti alirannya. Hanya menunggu waktu.
Dan pagi itu Bulan berjalan memasuki kantor tim kerja Surat Kabar di kampus. Bukan karena ada tugas atau janji..ia hanya tidak ingin sendiri. Saat sendiri dia selalu jatuh pada risau hati yang tak kunjung selesai. Bulan mencoba untuk berdamai dengan hatinya.. mungkin dengan mengisi kekosongan itu maka suasana hatinya akan menjadi lebih baik.
"Kakak senior..selamat pagi yang agak siang.." Chintya menyambutnya di ujung tangga. " Pagi juga Chintya, apa kau masih ada jam kuliah setelah ini?" Bulan bermaksud mengajaknya keluar mengisi perut dengan makanan ringan. " Ada, nanti sore. Ada apa kak?" Chintya bertanya. " Makan di kafe depan yuk..pengen sandwich" Bulan menarik lengan Chintya agar berjalan mengikutinya. Mereka berdua memasuki kafe depan gerbang kampus yang biasanya menjadi tempat pilihan mereka untuk sekedar makan sandwich, hot dog, atau burger. Segelas susu coklat hangat dan sandwich tuna menemani Bulan. Chintya lebih memilih jus anggur dan sandwich keju telur. Mereka berbincang ringan. Chintya sedikit membahas hubungannya dengan kekasihnya yang tengah berada di ujung tanduk. Keluarga besarnya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya saat ini. Mereka menilai kekasihnya tidak cukup baik..temperamennya sangat labil. Saat cinta masih di sana mungkin semua akan baik-baik saja. Namun jika terlibat suatu masalah dan akan ada amarah di sana yang memegang kendali..semua akan hancur sia-sia. Keluarga nya percaya ia pantas mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik dari pada yang sekarang.
"Kak..sakit yang q rasakan ini tidak sebesar yang kakak rasakan. Hubungan kami memang belum terlalu serius. Q nilai dia juga beberapa kali tidak jujur pada q. Tapi masalah ini sanggup membuat q lemas. Kehilangan gairah selama beberapa hari." Chintya menghela nafas panjang. Seperti berusaha membuang segala penat di dadanya dengan cara membuangnya melalui udara.
"Bagaimana kakak melewati ini semua? Kakak benar-benar telah dikhianati. Dan group gosip di kampus pun menjadikan kakak sebagai topik hangat bahasan mereka selama beberapa hari. Bahkan kakak tidak berusaha menutupi apapun..kakak membiarkan semuanya."
" Lalu setelah dikhianati..kau berharap bagaimana? Apa kau berharap akan menerima kekasih mu kembali saat kau melihatnya bermesraan dengan wanita lain di bawah hidung mu? Dan jika para penggosip itu menjadikan mu materi hangat selama beberapa hari, lalu apa? Dengar Chintya..para pembencimu akan tetap membencimu apapun yang kau lakukan untuk klarifikasi. Dan para sahabat mu tak perlu penjelasan mu untuk tetap berada di sampingmu, mereka mempercayai mu. Mereka mengenalmu lebih baik dari pada para penggosip itu. Maka berbesarhatilah. Saat ada masalah..maka kau akan ditunjukkan mana teman-temanmu yang sebenarnya."