Download App
26.31% Hirarki abu-abu / Chapter 30: Gossip

Chapter 30: Gossip

Hari wisuda semakin dekat. Teman-teman satu angkatan wisuda Bulan mulai sibuk dengan segala persiapan kelulusan termasuk yang tidak wajib namun selalu menjadi hal yang hangat diperbincangkan adalah pendamping wisuda. Biasanya yang menjadi pendamping wisuda adalah merupakan orang yang terspesial. Bulan berniat tidak memikirkannya. Berusaha membuang pikiran itu menjadi urutan yang ke seratus sekian. Berusaha tidak terpengaruh dengan kipasan teman-temannya yang memamerkan pendamping wisudanya.

"Bulan..siapa yang akan mendampingi mu saat wisuda?" Tika, salah satu ratu gosip kampus tiba-tiba menanyakan hal yang saat ini membuat Bulan jengah.

"hmm..tidak ada." Jawab Bulan sekenanya.

"Oh, tidak mungkin..ternyata kau belum move on? Sang Rembulan..ternyata gagal move on di tangan sang raja hutan?" Tiwi, salah satu geng gosip pun berusaha menyemarakkan suasana dengan komentarnya yang terkadang absurd.

Bulan tau, jawaban apapun yang ia berikan pada mereka akan selalu digiring menuju persepsi yang mereka mau. Bukankah tidak ada peraturan yang mewajibkan para wisudawan wisudawati untuk membawa pendamping saat wisuda? Tetapi menjadi sama pentingnya sebagai pelengkap, atau mungki perhiasan yang membuatmu semakin memukau. Atau setidaknya kau memiliki foto kenangan saat wisuda mu, bahwa kau memiliki kekasih, tidak jomblo.

Bulan melempar senyum terpalsu yang pernah ia miliki pada para ratu gosip kampus itu. Dan sebentar saja mereka sudah berkutat dengan topik hangat dirinya yang gagal move on. Bulan berjalan menjauhi mereka dengan cepat. Rasa tidak nyaman mulai merayap. Dia tau, sulit untuk membendung berita yang sudah terlanjur menyebar. Dia tau, dari secuil jawaban singkat darinya tadi maka satu jam berikutnya akan berkembang menjadi berbab-bab cerita dan komentar yang berdatangan dari sana-sini. Dengan kecepatan mengerikan yang selama ini ia lihat sangat mustahil untuk dikendalikan. Dan Bulan pun merasa lebih baik melihat dari pinggir saja mereka yang ikut terhanyut dalam cerita fiksi penuh hiperbola karya para penggosip. Dan mungkin ikut bertepuk tangan.

"Bulan,, kemarilah, ada yang q tanyakan padamu." Pak Bos manggilnya dari depan ruang kerja surat kabar.

"Ada apa, pak Bos? Aq sungguh tidak berminat membahas gosip hari ini. Aq tidak punya jawaban yang bagus." Bulan berkilah..menjauhi pak Bos.

"Gosip apa? Aq tidak ingin membahas gosip. Ini lebih penting dari pada hanya sekedar gosip." Pak Bos bersikeras memaksa Bulan yang akhirnya dengan setengah hati melangkah mendekatinya kemudian duduk di sebelahnya.

"Oke, ada apa?" Bulan bertanya

"Aq tau kau sedang gundah. Kau tidak ingin mengisi hatimu dengan yang lain. Atau mungkin alasanmu karena kau ingin sendiri dulu? Hmm..q pikir yang terakhir bukan alasanmu. Aq tidak mengerti, Bulan. Kau tau, kau bisa bercerita apapun pada q. Jangan kau simpan sedihmu sendiri. Kau punya teman baik." Pak Bos menatapnya seperti menatap seorang kakak terhadap adik kecilnya yang sedang menangis.

"Yaa..pak Bos..q pikir aq memang sedang masa pemulihan. Sebut saja begitu. Aq butuh ruang dan waktu sendiri. Tetapi aq pun tidak ingin sendiri. Aq menikmati saat ada yang mengisi hari-hari q. Aq menikmati saat ada yang memberikan perhatian lebih kepada q. Tapi hanya sebatas itu. Untuk melangkah lebih jauh, belum ada ingin q. Seperti masuk ke dalam sebuah ruang hampa rasa..aq benar-benar tidak merasakan apapun saat mulai melangkah ke dalam. Atau mungkin aq sendiri yang masih membekukan hati. Aq tidak tau bagaimana cara memulainya.." Bulan melempar pandangannya jauh ke arah taman sepanjang jalan depan kampus di bawah mereka.

"Kau tau, ada beberapa pria yang mencoba membuka hatimu kembali. Aq sangat memahami..ini adalah hak mu untuk menentukan..kau akan memilih salah satu dari mereka, atau pun tidak sama sekali. Tetapi aq harap yang kau lakukan bukanlah sesuatu yang menyiksamu. Pengkhianatan itu bukanlah kesalahanmu." Suara pak Bos menunjukkan kekhawatiran..Bulan tau..sebenarnya teman-temannya sangat memperhatikannya selama ini. Tetapi mereka selalu memberi keleluasaan untuk Bulan memilih ataupun menentukan langkah. Seperti suatu saat..ketika dia barus saja menjalin hubungan dengan Leo..saat itu pak Bos mengajak Leo berbincang serius.." Leo, selamat atas hubunganmu dengan Bulan..Bulan adalah salah satu bagian dari kami. Jaga hatinya baik-baik. Apa kau mengerti?" Saat itu Leo sangat memuja Bulan. Dengan sangat pasti dia meyakinkan pak Bos akan keseriusannya terhadap Bulan. Dia akan menjaga hati Bulan dengan baik. Tapi waktu yang bergulir tidak sependapat. Beberapa kali Leo mendapat peringatan dari pak Bos atas ulahnya..namun masih dimaafkan dan diberi kesempatan oleh pak Bos dan teman-temannya. Maka dari itu..sejak mereka memutuskan untuk lebih menjaga Bulan dan Leo menjadi semakin menekan haknya atas Bulan dari teman-temannya..hubungan mereka memburuk. Puncaknya adalah saat Bulan memergoki Leo dan Julia di kamar Leo. Sungguh sejak saat itu Leo beberapa kali mencoba mendatangi Bulan di kost ataupun saat berjalan sendiri. Namun selalu membentur dinding tinggi dari teman-teman Bulan. Mereka tidak ingin kesayangan mereka dipengaruhi kembali oleh lelaki itu. Mereka tidak akan pernah rela. Sementara Bulan masih di dalam jangkauan perlindungan mereka, mereka bersumpah tidak akan merelakannya untuk kembali kepelukan Leo.

Entahlah.. apakah posisi Bulan memiliki teman-teman protektif terhadapnya adalah suatu keberuntungan ataukah sebaliknya?


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C30
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login