Mobil melaju pelan ke arah sudut kota. Alunan musik Michael Buble menggelitik telinga Bulan.
And I've been keeping all the letters that I wrote to you
Each one a line or two
"I'm fine baby, how are you?"
Well I would send them but I know that it?s just not enough
My words were cold and flat
And you deserve more than that
Setelah beberapa saat mereka berdua hanya diam.
"Temani aq makan. Ada tempat yang bagus di sudut selatan kota. Menunya tradisionil ."Darius menawarkan.
"Baiklah, aq juga sudah lapar." Bulan mengiyakan.
Restoran itu bergaya tradisional. Nuansa alam berpadu dengan gemericik air dari kolam pancuran bambu di tengah nya berjalan harmonis dengan dipajangnya ornamen-ornamen kuno zaman kerajaan Jawa kuno. Lampu-lampu hias berbentuk obor di atur sedemikian rupa pada setiap dindingnya. Dan di setiap meja, diletakkan bokor kecil berisi campuran bunga dan akar wangi. Ada taman kecil di sepanjang pintu masuk bertaburkan potongan pandan wangi yang memberikan sensasi aroma sakral pada tempat itu. Para pelayannya menggunakan kebaya katun berwarna coklat muda dan hitam. Pelayan pria menggunakan ikat kepala merah, dan pelayan wanita menyanggul rambutnya. Sungguh, Bulan merasakan aura yang berbeda dan tidak biasa di tempat ini.
Bulan memesan nasi bakar Majapahit, dengan minumannya jamu beras kencur dan gula asam. Sedangkan Darius memilih nasi liwet dengan lauk ayam kampung panggang utuh, juga wedang ronde.
Bulan tersenyum dengan porsi makan mereka berdua. Dia merasa tidak yakin sanggup menghabiskannya. Tetapi sepertinya dengan suasana hati yang mulai membaik juga partner makan yang tampan ini, ohh..semua nafsunya semakin membaik di setiap detiknya.
Darius menatap Bulan..
Oh..tatapan itu lagi.."Kau bisa membuat q lupa akan rasa lapar q dengan tatapan mata mu itu,Darius."
"Diamlah.. tidak bolehkan aq memandangimu sepuas hati q secara langsung seperti ini? Selama ini aq hanya bisa memandangimu melalui lensa kamera q." Darius tidak mengindahkan Bulan.
"Baiklah, aq sudah kenyang sekarang. Aq bisa naik taksi sendiri." Bulan berdiri..dan tiba-tiba tangannya ditahan oleh Darius.
"Jangan pergi..jangan menjauh lagi. Aq sudah menahannya sedemikian lama. Kamu jangan berani untuk melewati q lagi." Darius menarik tubuh Bulan kembali ke tempat duduknya..
Bulan terkejut, bukan hanya oleh kata-kata penuh makna yang diucapkan Darius, tetapi saat itu Darius menggenggam tangannya dan menatap matanya sangat dalam..seperti ada kerinduan tak terungkap yang lama dia pendam jauh di dasar hatinya. Dan kini memberontak paksa untuk menunjukkan diri dan tak tertahan lagi.
Bulan merasa jantungnya berdegup kencang. Tidak tau harus berucap apa. Tatapan itu, dia tidak kuasa untuk menerimanya. Bahkan dia merasa akan tenggelam jika sampai terjatuh dalam pusaran yang ditawarkan pria ini. Pusaran jiwa yang haus akan dirinya akan sangat berbahaya. Bulan ragu, apakah dia sanggup menanggungnya. Karena saat semua sudah terjalin, maka tiada celah baginya untuk meloloskan diri. Sungguh,penawaran hati Darius sangat menggiurkan, setidaknya sebagai pengobat hati nya yang tengah beserpihan dan tak tentu arah. Tetapi apakah adil bagi Darius jika dia hanya mendapatkan bagian yang belum pulih? Yang belum jelas ke mana arah nya melangkah? Bulan meragu bukan karena Darius. Tetapi karena hati nya sendiri. Ini masih terlalu cepat.