Adam turun dari kursi ke lantai dan merentangkan kakinya, sambil terus menggenggam ponselnya yang berusaha dia nyalakan dengan menekan tombol On pada ponsel itu.
"Gadis itu berambut panjang, tubuhnya kecil, tinggi dan bermata indah, kemanapun dia pergi dia akan selalu mengenakan headset ditelinganya, dia sangat menyukai ketenangan, jadi dia menggunakan headset sebagai pengalihan dari kebisingan disekitarnya. Sesekali dia menggunakan itu untuk mendengarkan musik".
Lisa menyimak kata perkata yang adam ucapkan dengan nada suara yang tidak karuan karena efek mabuk.
"suatu hari aku bertemu dengannya di halte bis, aku benar-benar terpana melihat tatapan matanya yang seakan menyiratkan bahwa dia tidak suka berada disitu. Mata sayunya menyiratkan betapa dia pemarah, arogan dan tidak suka dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Aku menghampiri halte itu dan secara otomatis semua gadis yang ada di halte itu mendekat padaku karena terpikat oleh magnet karismaku, kau tahu betapa aku sangat memikat wanita??"
adam menyombongkan dirinya dalam ketidak berdayaannya saat ini. Lisa tersenyum mendengar itu tapi tetap fokus pada adam.
"Hanya dia yang tidak tertarik oleh magnetku, bahkan dia tidak melirikku sama sekali, aku terus melihat ujung matanya berpikir ia mungkin akan melirikku, tapi sampai bis tiba di halte, dia tetap menatap ke jalan didepannya, dia menaiki bis itu dan kebetulan apa yang tuhan rencanakan untukku dan dia, kita satu arah dan aku menaiki bis yang sama dengannya, apa kau percaya sesuatu seperti kebetulan dalam hidupmu?" dalam ceritanya adam bertanya pada lisa.
Lisa hanya terdiam tidak tahu harus menjawab apa, kemudian adam melanjutkan ceritanya setelah menunggu lisa yang tidak segera menjawabnya.
"Semenjak hari itu, aku melepaskan semua fasilitas yang orang tuaku berikan, baik mobil ataupun uang untuk ongkos taksi, aku hanya membutuhkan beberapa uang saja agar bisa naik bis setiap hari untuk pulang pergi sekolah. Kau tahu berapa lama aku terus mengikuti dia naik bis itu? 2 tahun. Dan gadis itu tidak pernah sama sekali melihat mataku, sekalipun tidak pernah, dia selalu menunduk dan menghindari semua interaksi dengan orang lain. termasuk lelaki tampan ini".
"Dia tidak suka berinteraksi dengan dunia luar, dia bahkan gadis yang hingga saat ini mungkin tidak pernah berkumpul dengan sesama gadis seusianya dan membicarakan tentang laki-laki keren di sekolah, artis-artis tampan di Tv atau sekedar makan-makan di kantin sekolah bersama teman-temannya. Dia tidak memiliki siapapun untuk diajak berbicara. Pendiam yang cenderung ekstrim itu membuatku terus penasaran dengannya".
"Sampai tiba saat rasa itu benar-benar semakin tumbuh dan membesar dalam hatiku, aku seperti tidak bisa menahan rasa cintaku padanya. Entah dari mana rasa itu berawal, aku hanya mengikuti gadis pendiam yang cantik di dalam bis, tapi bagaimana semua perasaan ini bisa begitu besar. bahkan sampai saat ini aku tidak bisa menjawab itu".
"Diacara wisuda SMA kami, aku memberanikan diri menyatakan cintaku di depan semua orang yang hadir dalam ruangan besar itu, sangat besaarrrr sehingga semua siswa wisuda dan orang tua murid ada di dalamnya", sambil membentangkan tangannya adam memberikan gambaran betapa besar ruangan itu, walaupun pada kenyataannya ruangan wisuda itu tidak sebesar yang adam gambarkan.
Tangannya dengan tidak sengaja terkena wajah Ray yang sedang tertidur pulas dan membuat dia terbangun. Namun dengan segera lisa menutup mulut ray dengan tangannya dan memintanya untuk tetap diam sambil memelototi mata ray agar mengikuti perintah lisa.
Adam yang tidak menyadari apa yang terjadi terus melanjutkan kisah pilunya.
"Kinan dan semua orang yang ada diruangan itu sontak kaget, dia adalah siswi terbaik lulusan tahun ajaran kami, dia sedang memberikan sambutan diatas podium dengan sangat anggun dan cantik seperti biasanya. Aku datang merusak semua momen itu, dan dia menamparku dengan kata-katanya, itu adalah untuk pertama kalinya kinan berbicara padaku, menatap mataku, pada saat benar-benar dia sedang marah padaku. Kata-kata pertamanya benar-benar seperti menamparku di depan semua orang disana".
"Dia bilang tidak mengenalku, dia tidak tahu siapa aku, dia berkata bahwa aku sudah gila melakukan hal bodoh seperti ini di depan orang banyak dan dalam acara seresmi ini, terlebih dia sedang memberikan sambutan sebagai siswi paling berprestasi. dan kemudian dia pergi meninggalkanku dengan rasa malu di ruangan itu".
"Apa kau tahu apa yang terjadi setelah itu? itu adalah dua hari terindah dalam hidupku, dua hari sebelum keberangkatanku kesini".
Adam menghentikan ceritanya, dia menundukkan kepalanya, dia menyalakan layar ponselnya dan menatap dengan dalam foto kinan yang bahkan di foto itu wajah kinan tidak terlihat jelas karena tidak menghadap ke depan kamera.
Tetesan air mata jatuh kembali, Adam seperti tidak sanggup lagi melanjutkan kisahnya, sisa kisah yang dia bilang paling terindah dalam hidupnya, tapi dia tidak sanggup untuk menceritakannya.
Itu adalah hari terindah dan terpedih dalam hidupnya. Pedih karena bayangan dua hari itu terus melekat dalam pikirannya tanpa ampun terus melukai sisi terdalam hatinya karena ketidak berdayaannya harus meninggalkan kinan sendiri disana.
Tangisan adam tertahan, dan itu menambah lukanya semakin dalam karena harus menahan itu sendiri selama ini di negara orang dan jauh dari semua jangkauannya.
"Selama 3 bulan terakhir adam telah berusaha menahan dirinya, menahan perasaan rindunya, menahan amarah dan ketidakberdayaannya sendirian. Sahabat seperti Ray dan aku tidak akan cukup untuk membuatnya lupa akan gadis yang sangat ia cintai disana", lisa menatap dalam pada adam dan mencoba merasakan apa yang adam alami selama ini.
Ray yang terkejut juga melihat adam yang tiba-tiba menangis segera memeluk sahabatnya itu.
"Tenang sobat, ada aku disini, ada lisa juga, kita akan terus membantumu untuk melupakannya" ray yang masih dalam keadaan mabuk mencoba menenangkan adam.
Tak disangka reaksi adam sangat mengejutkan, adam menepis tangan ray yang sedang memeluknya.
"Apa yang kau katakan, kau akan membuatku melupakannya? apa kau gila? siapa kau mampu berkata seperti itu. siapa yang ingin melupakan kinan? siapa yang akan membuatku lupa padanya, kau tidak akan pernah mengerti perasaan apa yang aku miliki untuknya, kau bahkan tidak pernah bisa mencintai satu wanita, itu bukan cinta, tapi kegilaan kau tahu?".
Adam berteriak sambil terus meneteskan air mata, adam tidak suka ray berkata bahwa adam harus melupakan kinan. Adam ingin kinan tetap ada di hatinya, adam hanya ingin mengobati rasa rindunya jika kinan hadir dalam pikirannya, itu yang membuat adam tersiksa.
"yang membuatku tersiksa seperti ini bukan kinan, tapi rasa cintaku padanya, rasa rinduku padanya, kinan tidak salah apapun padaku dan kinan tidak pantas untuk di lupakan, dia memiliki semua hal dalam pikiranku dan hatiku. dia tidak mungkin akan hilang begitu saja. kau ingat itu" adam menunjuk ray dengan sangat marah dan bergetar.
Alkohol masih menguasai mereka berdua, dan lisa kesulitan meredam amarah adam yang seketika itu, ray yang juga terpancing emosi hampir saja membalas kata-kata adam dengan pukulan karena tidak terima dengan niat baiknya yang dianggap salah oleh adam.
Tapi lisa berhasil mendorong ray yang kemudian terjatuh ke sofa dan menahan adam untuk diam.
"apa yang kalian lakukan, ini pesta ku, pesta penyambutanku. hentikan perdebatan ini". lisa mencoba menhentikan pertengkaran antara dua lelaki itu.