malam sunyi menyerap di dinding kamar kinan yang gelap, lampu semua sudah di matikan dan kinan tidak kunjung bisa menutup matanya.
Hatinya terus merasa tidak enak. Entah apa yang dia rasakan, kinan hanya tidak bisa memejamkan matanya meski rasa lelah menggelayuti tubuhnya.
Hari itu bahkan drama pingsan kinan di kampus semakin menambah daftar tentang kinan yang akan dibicarakan teman-teman seangkatannya di kampus besok.
"Apa dia baik-baik saja?, kenapa hatiku tidak karuan, aku belum pernah merasakan perasaan gelisah seperti ini, aku tidak sedang merasa sedih atau ingin menangis, tapi kenapa hatiku benar-benar terasa sesak".
Kinan berkata pada dirinya sendiri, entah seperti apa harusnya dia menggambarkan perasaannya saat itu.
Tiba-tiba air mata menetes, itu diluar kendali kinan. Emosi jiwanya memberontak keluar berwujud bulir air mata yang terus menetes tanpa ampun.
"Kenapa sakit sekali, aku sudah berusaha baik-baik saja selama ini, kenapa malam ini kau datang lagi?" kinan bergelut dengan ucapannya sendiri sambil terus memukul-mukul dadanya karena sesak.
Pikiran tentang adam mendadak masuk kembali dalam kepala kinan, hati kinan yang masih rapuh langsung luluh tak bertenaga melawan rasa rindu dan rasa ingin tahunya tentang keadaan adam saat ini.
Hari itu terasa berat untuk kinan, dan disaat-saat seperti itu adam selalu muncul dalam pikirannya, tanpa aba-aba dan tanpa ampun terus mendesak masuk ke dalam jiwanya.
"kapan kau akan benar-benar pergi dalam pikiranku, kau hanya memberiku waktu 2 hari untuk bisa merasakan keberadaanmu di sini, tapi kau meninggalkan banyak waktu yang melekat dalam pikiranku disini, sendiri tanpa kamu hingga saat ini, apa yang harus aku lakukan".
Terkadang cinta yang singkat seperti itu lebih membekas dalam hati seseorang. Cara adam yang sangat berbeda memperlakukan kinan dan adam orang pertama yang kinan berikan kesempatan untuk berbicara dengannya.
Kinan tidak memiliki bayangan lelaki lain di dalam benaknya sebagai pengalihan pikirannya saat ini.
Disaat kinan menderita dengan rasa sesak dihatinya karena rindu yang tak terlampiaskan.
Adam sedang mabuk terbawa suasana pesta penyambutan teman barunya. Lisa
Lisa yang memberanikan diri menanyakan tentang kehidupan pribadi adam sedikit ragu karena takut adam akan marah atau tersinggung dengan pertanyaannya yang terlalu bersifat privasi itu.
Mereka belum sedekat itu meskipum sudah sering berbicara lewat telpon tapi hanya sebatas itu saja. belum sejauh itu.
Adam mendengar pertanyaan lisa, dia membuka matanya yang sedsri tadi tertutup meski lisa sudah mengajukan beberapa pertanyaan padanya.
"Apa yang kamu tanyakan? Dia? siapa dia? siapa yang kamu maksud?" adam berusaha bangun dari tidurnya dan duduk dengan masih sempoyongan, berusaha sekuat tenaga yang tersisa untuk duduk tegap dan menyandarkan dirinya ke belakang kursi.
Lisa hanya diam karena khawatir adam marah. Kemudian adam tanpa di duga bangun dan meraih ponselnya yang ada di ujung meja.
"Apa tadi kau melihat layar ponselku?" adam membuat lisa terkejut dengan pertanyaannya, meskipun adam dalam keadaan mabuk bagaimana bisa dia tahu apa yang dilakukan lisa.
" Ti ... tidak adam, tadi aku hanya tidak sengaja melihatnya karena pinsel itu lampunya menyala saat aku menyimpannya di atas meja, apa foto itu sangat penting bagimu?, karena sudah terlanjur bertanya, akhirnya lisa melanjutkan pertanyaannya, dia tidak memperdulikan jika nanti adam akan berbalik marah padanya.
Adam diam saja, dia menunduk memandangi layar ponselnya yang mati, tidak ada yang bisa dia lihat disana.
Tapi lisa seperti melihat adam sedang menangis saat itu, air mata adam menetes membasahi layar ponselnya. Ponsel itu lisa nonaktifkan tadi sesaat setelah dia melihat-lihat isi galeri ponselnya.
"Adam,,,,, apa yang terjadi?". Lisa langsung menghampiri adam karena khawatir, kenapa tiba-tiba emosi adam berubah. "dia benar-benar menangis?".
"apa kau tahu rasanya ingin melihat sesuatu tapi kau tidak berdaya untuk melakukannya, bahkan hanya sekedar melihat saja".
"aku hanya ingin melihat wajah kinan di layar ponsel ini, tapi kenapa layar ini seperti benar-benar mencegahku untuk melihatnya. Apa kau tidak lihat, layar ini gelap". Adam mabuk, dia mulai melantir saat berbicara.
"adam jelas layar ponselmu gelap karena itu mati, berikan padaku, biar aku nyalakan". lisa meminta adam untuk memberikan ponselnya yang mati.
"Tidak, aku tidak ingin kehilangan dia, bahkan meskipun itu hanya fotonya saja. Biarkan layar ini gelap, biar tidak ada yang bisa melihatnya termasuk aku".
adam terus meracau tidak karuan. Lisa yang semakin penasaran bertanya kembali.
"Apa dia bernama Kinan? dia gadis yang ingin kau lihat saat ini?" Lisa perlahan menanyakan dengan sangat hati-hati soal kinan kepada adam.
Adam berada di pelukan lisa saat ini, karena dia terus meneteskan air matanya, lisa terkejut melihat adam bisa selemah itu. Taoi rasa simpati lisa mulai tumbuh terhadap perasaan adam saat ini.
"lelaki ini sangat malang, dia benar-benar mencintai gadis ini".
Adam segera menghapus air matanya dan melepaskan pelukan lisa.
"Dia adalah gadisku, gadisku selama 2tahun terakhir ini. Dia adalah gadis yang hanya menyadari keberadaanku selama 2 hari terakhir sebelum keberangkatanku kesini, ke apartemen ini. Disaat aku menganggapnya sebagai gadisku selama 2 tahun, dia hanya merasakan keberadaanku selama 2 hari saja, entah aku yang kejam karena hanya memberi 2 hari itu, atau dia yang kejam karena tidak melihatku selama 2 tahun aku mengikutinya".
Lisa semakin tidak mengerti dengan alur cerita yang adam ucapkan.
" 2 tahun?? 2 hari???? apa itu adam, apa maksudmu, aku tidak mengerti, jelaskan dengan benar!!!!".