Pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya, bahkan dedaunan di luar sana berembun menandakan betapa berairnya cuaca pagi ini.
"Ibu,,,, untuk hari ini bisa tidak kalau Kinan tidak pergi ke sekolah, biarkan Kinan beristirahat satu hari lagi, setelah kejadian kemarin di sekolah sepertinya tubuhku masih sedikit lemas, tapi ibu tidak perlu khawatir, Kinan baik-baik saja, hanya ingin istirahat lebih banyak".
Ibu langsung mengecek demam Kinan dan memberikan senyum hangat untuk putrinya itu.
"Iya sayang, kalau kamu masih merasa lemas, kamu boleh istirahat untuk hari ini, tapi ada yang ingin ibu sampaikan, apa Kinan tidak apa-apa?"
Ibu berbicara dengan sangat hati-hati kepada Kinan karena akan memberitahukan rencana menjual rumah dan pindah ke kota lain.
Kinan hanya menganggukan kepala tanda bahwa ia siap mendengar apa yang akan ibunya katakan.
Dan sebenarnya jauh di lubuk hatinya ia tahu apa yang akan di ucapkan ibunya, dia mulai merasa takut.
"Apa ini benar-benar akan terjadi? apa kita harus benar-benar pergi dari rumah ini?" suara hati Kinan bergemuruh tanpa ada yang mendengar itu. "
Ibu segera menjelaskan maksud kepindahan mereka semua ke kota lain.
"semua ini demi kebaikan kita semua, termasuk ayah, Kinan akan mendapat tempat baru dan teman-teman baru, apa kamu setuju dengan rencana ibu dan kakak-kakakmu?"
Kinan diam tanpa segera memberikan respon berarti atas semua yang telah ibunya jelaskan panjang lebar.
Dia paham betul bahwa maksud ibu bukan meminta persetujuannya, tapi lebih kepada memberitahunya bahwa kita semua akan segera pindah dari rumah ini.
Rumah yang teramat banyak menyimpang kenangan.
Dari kenangan yang sangat manis, hambar, bahkan terpahit sekalipun, semuanya ada di dalam rumah ini, menyatu dengan semua orang yang ada di dalamnya.
"Apakah ayah tidak akan mencari kita bu? apa betul ayah akan benar-benar bahagia jika kita meninggalkan rumah ini? meninggalkan kota ini juga?"
Kinan tidak bermaksud melawan semua rencana ibu dan semua saudaranya.
Tapi ia hanya ingin mendapatkan kekuatan untuk bisa yakin bahwa jika ia pergi dari rumah ini, semua akan baik-baik saja, entah itu untuk Kinan dan ibu ataupun untuk ayahnya.
Ia tetap berpikir bahwa ayahnya akan mencari Kinan ke rumah ini suatu hari nanti.
"Apa Kinan ingin tetap dengan ayah? sayang, ayah sekarang bukan hanya milik Kinan, tapi juga milik orang lain, ayah juga selalu sibuk dengan pekerjaannya, dia akan sangat jarang menyempatkan waktu untuk bertemu Kinan dan semua kakakmu di rumah ini, kita mulai kehidupan baru di rumah baru, di sekolah baru, di kota baru, ibu janji akan membuat Kinan nyaman di rumah baru kita".
Ibu berusaha dengan sekuat hati meyakinkan Kinan.
"Ibu aku ingin kembali tidur, aku sudah sarapan dan minum obat, ibu bisa melanjutkan pekerjaan ibu di dapur".
Tanpa merespon penjelasan Sang Ibu, Kinan meminta waktu untuk sendiri dengan alasan ingin tidur setelah minum obat.
Ibu paham maksud Kinan dan dengan sedikit cemas ibu meninggalkan Kinan sendiri di kamar.
"Hallo, selamat siang, benar ini dengan Ibu Ranti?".
Suara dari ujung telepon sana memastikan kediaman ibu Ranti (ibu kinan),
"Benar dengan saya sendiri, dengan siapa saya bicara? ada yang bisa saya bantu?".
Ibu sudah merasa bahwa yang sedang berbicara di telepon adalah orang dari jasa pemasang iklan penjualan rumah.
Mungkin sudah ada peminat untuk rumah mereka, karena rumah mereka berada di kawasan yang cukup bisa di bilang strategis dan memiliki lingkungan yang sangat bersih dan asri untuk ukuran wilyaha perkotaan.
Jadi untuk mencari pembeli bukan hal yang sulit untuk penjualan properti di perumahan itu.
Secara diam-diam setelah berbincang dengan Keysa ibu langsung menghubungi jasa penjualan rumah di kota itu,dan sepertinya semua berjalan lancar.
"Baik bu untuk rumah yang ibu tawarkan kemarin sudah ada peminatnya dan jika ibu ada waktu dalam waktu singkat ini mereka ingin datang ke rumah dan melihat kondisi rumah yang akan di jual".
Tanpa berbicara panjang lebar ibu menyetujui pertemuan itu. Ibu yakin semua akan berjalan lancar.
"Bu, Kinan dimana? bukankah dia tidak masuk sekolah hari ini?" Keysa keluar dari kamarnya dan mencari Kinan.
"Adik kamu sedang beristirahat di kamarnya, coba kamu ajak bicara pelan-pelan soal rencana kita, ibu sudah berusaha meyakunkan dia, tapi dia hanya diam saja, malah memikirkan perasaan ayahnya, Kinan terlalu tulus mencintai ayahnya, bahkan disaat ayahnya tidak lagi ingin bersamanya".
Kadang ibu terlalu sensitif jika itu bersangkutan dengan persoalan ayah, rasa sakit hatinya kadang membuat ibu tidak begitu bijak melihat permasalahan, untungnya Keysa sudah cukup dewasa untuk memahami emosi ibu yang seperti itu.
Keysa hanya memeluk ibu agar dia merasa sedikit terhibur dan kemudian berlalu menuju kamar Kinan.
"De, wah enak betul bolos sekolah ya hari ini" Keysa memasuki kamar Kinan sambil menyapa dengan sedikit bercanda agar Kinan tidak terganggu.
Tanpa tahu bahwa Kinan sedang menangis di bawah selimutnya.
Kinan menutup semua tubuhnya menggunakan selimut tebal, jadi Keysa tidak tau apa yang sedang terjadi di bakik selimut itu.
Sampai akhirnya ia mendengar isak tangis Kinan dari dalam sana, sambil duduk mendekati Kinan dia bertanya .
" De, kamu kenapa menangis? kakak disini ayo bicara dengan kakak, kamu tidak boleh seperti ini sendirian, ada kakak disini, ada ibu, ada semua orang yang mencintaimu disini, kenapa kamu menangis sendiri???? ya ampun Kinan, apa yang terjadi sampai membuat kamu menangis seperti ini???."
Keysa mengira-ngira kenapa Kinan menangis, dan ia berusaha membuat Kinan terhibur dengan kata-katanya.
Kinan langsung duduk dan memeluk kakaknya sambil tetap menangis dan bertambah kencang suara tangisannya,
"Kak, kinan sayang ibu, Kinan sayang kakak semua, tapi Kinan juga sayang ayah, Kinan bisa tinggal dengan ibu dan kakak dimana saja kalian mau, tapi Kinan juga tidak bisa meninggalkan ayah disini sendiri, meskipun ayah sekarang sudah memilih orang lain di luar sana, tapi ayah pasti tetap ingin bertemu Kinan, seperti yang sekarang Kinan rasain, Kinan rindu ayah, Kinan yakin ayah juga rindu pada Kinan, apa yang harus Kinan katakan pada ibu kak? Kinan tidak mau ibu marah".
Tangisan Kinan terdengar oleh ibu di luar, dia langsung ke kamar Kinan, dan setelah melihat kedua putrinya sedang saling merangkul dan menangis, ia berhenti dan diam di depan pintu mendengarkan dari sana.
"Kinan tahu kan kalo kakak juga sayang ayah, ibu juga sayang ayah, Kinan tahu?.
"dan pastinya ayah juga sayang kita, cuma sekarang situasinya tidak sama seperti dulu, seperti kakak yang sudah besar, kakak harus pergi ke luar kota dan tinggal sendiri disana untuk sekolah, Kinan bisa juga menganggap apa yang akan kita lakukan seperti kakak pergi sekolah ke luar kota, kita masih bisa pulang ke kota ini untuk menemui ayah meskipun bukan rumah ini lagi tempat kita untuk pulang, tapi kita masih bisa menemui ayah walaupun tidak akan sesering dulu, yang bisa setiap hari ketemu ayah, sekarang berbeda, Kinan sudah tahu kalau ayah dan ibu berpisah karena permasalahan orang dewasa yang kamu tidak perlu pusing memikirkannya, kita sekarang hanya perlu saling mencintai satu sama lain dan saling menghibur, kita harus menghibur ibu, agar ibu tetap kuat, dan kakak akan menghibur kamu agar kamu tetap tersenyum, kita pasti akan bahagia di rumah baru, mungkin akan sulit untuk awalnya, tapi Kinan tahu tidak? di rumah baru nanti, Kinan akan bertemu dengan teman baru dan juga tempat main baru, itu pasti seru",
Keysa berusaha meyakinkan Kinan meskipun ia tahu sebenarnya tidak mudah membuat anak ini yakin akan suatu hal.
Karena pada dasarnya Kinan adalah anak yang sudah memiliki pemikiran sendiri dan dewasa untuk anak seusianya, jadi dia tidak mudah terpengaruh.
Kinan melepaskan pelukan dari kakaknya dan mengusap air matanya.
Tangisannya mereda dan ia mengangguk tanda respon dari semua penjelasan kakaknya.
"Iya kak, Kinan juga setuju untuk pindah".
Itu saja yang Kinan ucapkan tanpa ada penjelasan apa-apa lagi dan tanpa ekspresi yang meyakinkan, ia mempersingkat pembicaraan dengan kakaknya dan kembali meminta kakaknya untuk keluar karena dia akan melanjutkan istirahatnya.
Hari Minggu, hari itu libur sekolah dan semua orang lengkap ada di rumah, menikmati sarapan pagi bersama termasuk Kinan yang sudah sehat kembali setelah beberapa hari kemarin sakit karena demam dan kelelahan.
Semua rencana keluarga ini berjalan lancar, rumah yang mereka tinggali sudah Deal dengan pembeli, dalam waktu singkat mereka akan segera meninggalkan rumah itu, semua orang di dalamnya memiliki tekad untuk memulai hidup baru di rumah baru mereka nanti, semua kesedihan dan beban berat akan di tinggalkan di rumah ini, mereka berharap penghuni rumah ini berikutnya tidak akan mengalami kesedihan seperti yang mereka alami.
Sarapan selesai dan semua orang kembali disibukan dengan packing barang masing-masing untuk dibawa oleh jasa angkut ke rumah baru mereka, rumah baru yang ibu pilihkan untuk anak-anaknya, semua anak mempercayakan pilihan rumah kepada ibu, karena apapun yang akan membuat ibu nyaman itu pasti akan terasa lebih nyaman untuk Kinan dan kakak-kakaknya, itu yang Keysa ucapkan saat ibunya mengajak semua anggota keluarga ke Bandung untuk memeriksa keadaan rumah baru mereka, informasi rumah baru itu di peroleh dari teman ibu di Bandung, dan semua adiknya menyetujui perkataan kakaknya, bahwa hanya perlu ibu untuk mengecek rumah itu dan kita semua pasti setuju.
Hari itu pun tiba, semua barang sudah sampai di rumah baru mereka dan sekarang giliran pemilik rumah berangkat bersama dengan mengucapkan salam perpisahan kepada rumah yang telah lama mereka tinggali bersama.
Dan ada permintaan terakhir Kinan sebelum berangkat yang membuat ibu dan semua kakaknya kaget dan diam sejenak, "ibu, apa aku bisa telepon ayah sebelum kita pergi? aku janji ini terakhir jika ibu benar-benar tidak suka", Kayla langsung menutup mulut Kinan dengan segera sesaat setelah Kinan selesai bicara, karena takut ibu marah atau malah membuat ibu sedih, "apa yang kamu ucapkan kinan, sudah hentikan sikap aneh kamu ini, dari kemarin semuanya baik-baik saja tanpa ayah, kenapa sekarang disaat kita akan memulai hidup baru kamu perlu melibatkan ayah lagi disini, apa kamu belum paham juga kalau ayah itu sudah pergi ninggalin kamu, ninggalin kita semua demi wanita lain,demi wanita jalang itu".
KAYLA,,," ibu menarik tangan Kayla dari mulut kinan dan nyaris akan menampar Kayla jika bukan karena Keysa yang menahan ibu, "apa yang kamu katakan itu pantas di dengar oleh adikmu? hentikan semua ini atau ibu akan marah dengan kalian semua".
"apa ibu yakin yang aku katakan tadi tidak pantas di dengar oleh adikku Kinan? apa ibu tidak pernah sadar selama ini apa yang membuat Kinan mengerti semua permasalahan ibu dan ayah, dia bahkan bisa tahu apa itu perselingkuhan, apa itu perceraian di usianya, ibu sadar? itu karena ibu dan ayah tidak pernah bisa saling menahan emosi kalian di depan Kinan, di depan kita semua, dan bu, aku, Kak Genta, Kak Keysa dan juga Kiran bahkan juga Kinan anak kecil ini, kita semua anak muda yang tak lagi bisa di bilang muda dengan semua beban dan rasa sakit yang kita rasakan karena ibu dan ayah, Jadi hentikan jika ibu mengatakan kalau aku salah karena bilang bahwa ayah kita yang bajingan itu telah pergi demi wanita jalang di luar sana".
Kayla mengungkapkan semua isi hatinya tepat di depan pintu gerbang rumah yang akan mereka tinggalkan dan berlari masuk ke dalam mobil sambil menangis.
Ibu jatuh berlutut ke tanah tak berdaya dengan semua ucapan anaknya yang masih remaja, yang ia pikir bahwa Kayla hanya anak remaja biasa yang memikirkan dirinya sendiri dan segala keseruan yang terjadi di usianya, itu membuat ibu menjadi lebih berpikir bahwa semua anaknya telah benar-benar terluka selama ini dan membuat masa muda mereka menjadi tidak seperti anak muda seharusnya, itu membuat ibu semakin merasa bersalah.
Sambil menangis ibu meminta semua anaknya untuk masuk ke mobil, Keysa, Genta dan Kinan ikut menangis melihat semua yang terjadi disana, Keysa bahkan merasa bahwa yang Kayla ucapkan semuanya adalah benar dan ia juga merasakan itu, sambil merangkul Kinan, Keysa dan Kiran masuk ke mobil di ikuti Genta yang menggandeng ibu menuju mobil. Pak Didi dengan setia menunggu di kursi kemudi sedari tadi dan dia juga pasti menyaksikan apa yang barusan terjadi, segera Pak Didi menyeka air matanya dengan cepat setelah tahu Nyonya besar masuk ke mobil.
Akhirnya mereka satu keluarga benar-benar pergi dari rumah itu dan permintaan Kinan yang terakhir sebelum pindah rumah menggantung tanpa ada persetujuan dan malahan berujung drama yang sama sekali tidak Kinan inginkan.
Di dalam mobil Kinan meminta maaf "maafkan Kinan bu, Kak Kayla, bukan maksud Kinan membuat kita semua menangis, Kinan hanya ingin mencoba untuk memberi tahu ayah soal kepindahan kita, Kinan hanya ingin pamit secara baik-baik kepada ayah, ayah boleh jahat pada Kinan seperti yang Kak Kayla katakan, tapi Kinan tidak mau jadi anak jahat dengan pergi begitu saja". Kinan menjelaskan maksudnya meminta telepon ke ayah agar ibunya juga mengerti dan tidak marah lagi.
Semua orang hanya diam, kecuali ibu, "Kinan sayang, ibu sudah coba telepon ayah tapi hp ayah tidak aktif nak, ibu juga ingin memberitahu ayah soal kepergian kita, nanti setelah sampai di rumah baru, kamu coba telepon ayah lagi ya!!!, Kinan tahu ibu berbohong agar tidak terjadi keributan lagi disana, Kinan hanya mengangguk dan segera memakai hadset untuk mendengarkan musik dan menggunakan penutup mata agar bisa tidur selama perjalanan.
You may also Like
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT