Download App
39.47% SANG DEWI AZURA / Chapter 15: Jebakan 4

Chapter 15: Jebakan 4

ketiga pangeran kini berada didalam lift menuju lantai sepuluh. Saat mereka berada di perjalanan Ryan kembali mengirimkan sebuah pesan, bahwa dia sedang berada di lantai sepuluh. Afnan, Marchel dan Jhon telah mengganti seragam sekolah mereka sebelum masuk kedalam gedung. Mereka melakukan penyamaran agar tidak dikenali ketika masuk ke dalam perusahaan Linggar Jaya. Entah mengapa perasaan Afnan mulai tidak karuan, dia seperti merasakan ada sesuatu yang besar menantikannya di atas sana.

Ketika lift terbuka hal pertama yang mereka lihat adalah, Rhyan terkapar didepan lift dengan berlumuran darah. Terlihat tangan kanannya patah.

Sontak ketiga sahabatnya itu melangkah maju untuk melindungi Rhyan.

"Apa yang terjadi? mengapa kamu bisa seperti ini yan?" Jhon mulai panik melihat Rhyan yang terluka parah.

"huk...huk...huk..."

Rhyan terbatuk dan darah segar mengalir keluar dari mulutnya.

"Bertahanlah!" Jhon mulai merangkul Rhyan dan membantunya berdiri.

Dari arah depan mereka dua orang bertudung berdiri memperhatikan kedatangan mereka, Afnan dan Marchel memasang posisi siaga berada di depan Rhyan dan Jhon.

Mereka dapat melihat seorang pria tengah menggendong Azra dalam pelukannya, Azra terlihat begitu lemah.

"Mereka berusaha menculik Angel!" Ucap Rhyan.

"Berhati-hatilah menghadapi mereka! mereka bukan manusia biasa!" Tambah Rhyan.

salah seorang bertudung berjalan ke arah mereka dengan membuka tudung di atas kepalanya. Warna matanya yang semulah hitam berubah menjadi semerah darah.

Marchel melangkah maju mencoba untuk menyerang pertama kali, ia melepaskan serangan bertubi-tubi ke arah lawannya. Namun dengan mudah serangannya di hindari.

Kini giliran pria bertudung menyerang, dengan sekali gerakan Tangan Marchel terkunci dan dia tertindih kelantai. Afnan yang melihat hal tersebut ikut menyerang pria itu, Afnan mengarahkan tinjunya ke arah wajah musuh. Namun sekali lagi pria itu memutar kepalanya dan menghindar dengan mudah. Matanya kini bersinar dan dengan sekali hentakan dari tangan kirinya, Afnan terlempar sejauh beberapa meter. Marchel yang terjepit di angkat dan dilempar ke arah Afnan berada.

Afnan dan Marchel bisa merasakan ngiluh yang luar biasa di seluruh tubuh mereka. Dengan susah payah Marchel berusaha bangkit. Mereka benar-benar bukan manusia biasa pikir Marchel.

Afnan dan Marchel saling berpandangan, memberikan sebuah tanda untuk menyerang secara bersamaan.

"Aaaa." "Aaaa."

mereka berteriak dan mulai kembali menyerang secara bersamaan. Pria itu mulai kewalahan dengan serangan yang di terimanya dan akhirnya menggunakan kekuatannya.

Afnan dan Marchel secara tiba-tiba berhenti menyerang, mereka bisa merasakan sesuatu menahan diri mereka. kini leher mereka seakan tercekik, kaki mereka sudah tidak menapak di lantai. Mereka melayang di udara dengan kondisi masih tercekik. Dan mereka di lemparkan ke arah dinding dengan keras.

Mereka berdua mulai memuntahkan darah segar dari mulutnya. Jhon yang melihat hal itu menyandarkan Rhyan di tembok dan melangkah maju untuk menghadapi pria bertudung. Namun lagi-lagi Jhon terlempar dengan keras, dia mulai merasakan tubuhnya kembali melayang dan terlempar sekali lagi ke arah dinding. Darah segar mengalir dari dahinya, namun dia masih berusaha untuk bangkit.

Jhon mulai merasakan tangannya dicengkram oleh sesuatu, semakin lama semakin tangannya terasa mau patah.

"Aaaaa." Jhon berteriak kesakitan.

sebelum tangan Jhon patah si pria bertudung melayang ke langit-langit atap dan terjatuh ke lantai dengan sangat keras.

Azra yang kini berada di pelukan pria tak dikenalnya memfokuskan kekuatannya untuk melindungi para pangeran, rasa sakit dikepalanya sedikit berkurang membuatnya mampu mengeluarkan sisa tenaganya.

Pria yang menggendong Azra melihat pergerakan tangan Azra membuat sudut bibirnya sedikit melengkung ke atas.

Azra mulai menolehkan kepalanya dengan lemas ke arah pria yang menggendongnya, mata mereka saling beradu pandang Pria itu memberikan tatapan yang sangat mendalam kepada Azra.

"Lepaskan mereka! aku tau akulah yang kalian inginkan!" Azra berusaha mengeluarkan suaranya.

Pria itu hanya memandang Azra sampai akhirnya dia memerintahkan bawahan nya untuk mundur, dan mengusir ke empat orang itu keluar dari gedung.

Rhyan yang dalam kondisi sebelah tangannya patah tidak mau menyerah, dia tetap melawan meskipun dia tau bahwa semua itu sia-sia. Rhyan tidak bisa membiarkan Azra di bawah pergi oleh orang asing yang tak dikenal itu.

Ketiga sahabatnya juga tidak berdiam diri mereka secara bersama-sama melangkah maju, dan mencoba menerobos penjagaan dua laki-laki bertudung untuk menyelamat kan Azra.

Lima menit kemudian ke empat pangeran kini berada dalam kondisi yang cukup mengenaskan, dengan sisa kesadaran yang mereka miliki, mereka masih berusaha bertahan.

Azra yang melihat keadaan keempat orang itu mulai mengeluarkan air, dia tidak menyangkah orang yang baru dikenalnya itu akan berusaha menyelamatkan dirinya, bahkan mereka mempertaruhkan nyawa mereka untuk dirinya.

Pria itu pun mulai merasakan aurah kekuatan yang sangat besar memancar keluar dari tubuh Azra. Tekanan disekitar mereka mulai terasa berat, pria itu tak bisa menahan beban di tangannya sekarang. Perlahan kakinya mulai berlutut dan meletakkan Azra di lantai, keringatnya mulai keluar akibat dari tekanan luar biasa yang dia rasakan.

Tiga detik kemudian sang pria terlempar kebelakang, dengan posisi siaga ia mempertahankan keseimbangannya.

Azra mulai bangkit secara perlahan matanya yang semula berwarna cokelat terang, samar-samar berubah menjadi sebiru langit. Begitupun dengan rambutnya.

Azra memfokuskan kekuatannya di kedua telapak tangannya, dia bergerak secepat kilat menuju ke arah pria bertudung yang telah menyiksa para pangeran. Dia mengeluarkan kekuatannya dan menghantam tubuh pria bertudung hingga tulang-tulangnya mengeluarkan suara "Kreek." Beberapa tulang terdengar patah, membuat pria bertudung itu menjerit kesakitan.

Azra berbalik arah dan mencoba menyerang pria yang tadi menggendongnya, namun pria bertudung yang lain menghalanginya. Azra semakin geram dan menghempaskan pria bertudung yang lain itu ke arah jendela, membuat kaca jendelah pecah. Jika tuannya tidak menahan tubuhnya dengan kekuatannya maka dia akan terjun bebas dari lantai sepuluh.

Azra mengeluarkan tekanan yang lebih besar dari sebelumnya, sekarang dia berhadapan dengan pria dingin itu. Semua orang mulai merasakan hawa yang cukup panas, mereka dapat melihat kobaran api keluar dari masing-masing telapak tangan Azra.

Azra mulai kembali menyerang ke arah pria itu, saat ia berada cukup dekat dengannya kabut yang cukup tebal tiba-tiba muncul. Azra tak bisa melihat apa-apa, dia mulai terbatuk. ketika kumpulan asap itu menghilang, pria dan dua bawahannya itu juga ikut menghilang.

Kobaran api dari tangannya mulai menghilang, penglihatannya mulai kabur dia merasakan tubuhnya akan tumbang. Posisi Azra yang berada tepat di depan jendelah yang telah pecah, membuatnya terjatuh dari ketinggian lantai sepuluh.

Azra merasakan dirinya terjun bebas kebawah, dia menyadari mungkin sekarang adalah akhir dari hidupnya.

Tapi dari arah jendelah dia terjatuh, Azra melihat seorang laki-laki melompat dan menuju ke arahnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C15
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login