Download App
2.8% Detak jantung cinta kita / Chapter 13: Keinginan

Chapter 13: Keinginan

Luis yang baru bangun dari tidurnya, terkejut dengan kedatangannya.

"Hah ...!" Luis terkejut. "Jesika?" kata Luis tidak percaya.

Luis sempat berharap Winda yang berada di sampingnya saat ini, sebab tadi dia sedang memimpikan Winda, kenyataannya itu hanya hayalan. Luis tertunduk dan tersenyum geli, bahkan dia tak percaya pada jalan fikirannya. Begitu membahagiakan hatinya saat-saat bersama Winda hingga terbawa dalam mimpi.

"Aku senang bisa membuatmu tersenyum dengan kehadiranku." ucap Jesika bangga.

Luis tersadar dan kembali memasang wajah dinginnya. "Nampaknya Nona Jesika salah faham" ucap Luis dingin.

"Ah, Bagaimana ..."

"Cukup basa-basinya, kita tidak cukup akrab sebelum ini, silakan keluar! Hanya wanita terpilih yang Aku izinkan masuk ke ruangan ini!" kalimat Luis cukup menohok Jesika, bahkan sebelum Jesika menyelesaikan kalimatnya.

Jesika kesal, wajahnya merah karena malu diperlakukan seperti itu. Dia keluar dengan terus menggerutu.

"Maafkan saya Tuan muda, saya tidak mampu mencegahnya masuk." Niko merasa bersalah.

"Kali ini Aku maafkan, pastikan dia keluar dari rumah ini tanpa membuat masalah." perintah Luis.

Niko tersenyum puas melihat wanita itu dibuat malu oleh Tuannya, Niko keluar dan menutup pintu, mengantar Jesika hinga pintu keluar, memastikan wanita tersebut tidak membuat keributan lagi.

"Tuan Luis, awas ya! Aku tidak akan menyerah walau kamu terus bersikap dingin denganku sejak bertahun-tahun lalu. Lihat saja, Aku akan mendapatkan hatimu dan mengambil alih semua kekayaanmu! Kalau bukan permintaan papa dan karena kamu terlalu tampan, aku tidak sudi merendahkan diriku untuk mengejarmu seperti ini. Arrgghh! aku butuh hiburan." Kemudian Jesika mengirim pesan ke Ari.

"Dasar rubah." ucap Luis mengutuk.

Luis melanjutkan istirahatnya, dia berharap Winda hadir kembali dalam mimpinya.

Jam dinding kamar Luis menunjukkan pukul 17.30wib, keheningan menambah kenikmatan istirahat Luis namun hal ini tidak berlangsung lama. Gubrak..!!!

"Dasar anak malas! bangun!" teriakan keras menghantam telinga Luis.

"Argh ... masih ngantuk" ucap Luis cuek sambil menarik keatas selimutnya.

"Tidak! bangun sekarang, seperti inikah caramu menyambutku? tidak sopan, bangun!"

"Stop! apa kamu tidak capek teriak-teriak terus nenek sihir?" kata Luis sambil menutup telinga.

"Apa kamu bilang?"

Mereka berdua terus berkelahi seperti anak kecil atau lebih tepat seperti kucing dan tikus. Hubungan adik kakak yang harmonis dengan cara mereka, bukan seperti adik kakak pada umumnya, Lisa Putri Adijaya adalah anak pertama keluarga Adijaya, wanita yang tegas, disiplin, cerdas dan berdedikasi tinggi menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi Direktur Utama perusahaan Adijaya Medika semenjak kedua orang tuanya meninggal, dalam sebuah kecelakaan pesawat delapan tahun yang lalu.

Kemudian Lisa mulai mendidik Luis dengan keras untuk meneruskan perusahaan, Luis sudah terjun di dunia bisnis keluarga sejak tiga tahun lalu. Bukan urusan mudah dalam mendidik Luis, Lisa butuh tenaga dan kesabaran ekstra, sejak kedua orang tuanya meninggal Luis menjadi pribadi yang kasar dan sangat tertutup pada lingkungannya, hanya pada Lisa dia bisa menunjukkan dirinya yang asli. Luis sebenarnya pria yang penuh kasih sayang, perhatian dan melindungi.

Lisa memaksa Luis bangun dan menemaninya makan malam, mereka menyantap makanan yang telah disiapkan oleh koki di rumah, mereka berbincang tentang banyak hal. Lisa sudah berkeluarga, suaminya seorang dokter bedah di Rumah Sakit Island penang Malaysia dan mempunyai satu orang anak laki-laki berusia 5 tahun.

"Kapan kamu akan mulai berpacaran dan menikah?" tanya Lisa.

"Entah" jawab Luis asal.

Lisa reflek menendang kaki adiknya itu, Luis berteriak kesakitan.

"Lebay, gitu aja teriak, kakak serius. Kapan kamu mau nikah? atau biar kakak yang carikan kandidat istri buat kamu?" Lisa menahan tawa.

Luis diam tanpa menanggapi pertanyaan-pertanyaan kakaknya, tapi dalam hatinya lain, Luis mulai mengejar apa yang memang menarik dan diinginkan oleh dirinya. Semoga wanita pilihannya tidak salah, dialah wanita yang dirasa Luis tepat untuk mendampinginya dan semoga wanita tersebut juga mempunyai rasa yang sama.

"Hei! Ditanya malah diam. Jawab dong." Paksa kakaknya.

"Aku belum memikirkan hal itu."

"Lalu kapan akan kamu pikirkan?" Kejar Lisa.

"Entah."

Plok!

Lisa melempang kepala adiknya. "Jawab yang benar" kata Lisa sambil melotot.

"Kenapa kakak suka sekali memukulku?"

"Salah sendiri nggak bereaksi."

Ish, dasar nenek sihir! Umpat Luis dalam hati. Kenapa sih suka sekali memaksa.

"Iya nanti aku pikirkan."

***

Di kamar ukuran empat kali empat berwarna pink dan ungu, Winda tengah berbaring di tempat tidurnya, Winda terpikir tentang kisah cintanya yang semakin lama semakin hambar, tidak seperti cinta yang dikatakan oleh banyak orang. Orang kata cinta itu indah, membuat jantung berdebar-debar, selalu menantikan setiap pertemuan, tersenyum- senyum sendiri, dan selalu mengingat satu nama yaitu pria yang dicintai. Namun, semua itu tidak Winda rasakan lagi sekarang.

"Apa nama sebenarnya yang cocok untuk hubungannya dengan Ari sekarang?" Pikir Winda dalam hati.

Tok tok tok!

"Sayang, Bunda masuk ya? kamu belum tidur kan?" ucap Bunda sembari membuka pintu kamar Winda.

"Belum Bunda."

Bunda mendekati anak kesayangannya itu dan duduk di sampingnya. "Sayang, boleh Bunda bicara?" tanya Bunda.

"Iya Bunda, silakan."

Kemudian Bunda bercerita panjang lebar tentang masa muda Bunda, tidak hanya itu Bunda puspitasari juga menceritakan awal pertemuannya dengan Ayah hingga menjadi pasangan suami istri hingga dikaruniai seorang putri seperti Winda. Intinya Bunda menegaskan lagi bahwa beliau tetap tidak menyetujui hubungan Winda dengan Ari, Bunda menyarankan Winda untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Ari. Sebab pada akhirnya tidak akan bisa bersatu dan tidak akan membahagiakan keduanya. Hubungan seperti itu hanya akan menyakitkan hati kedua belah pihak.

"Mumpung belum terlanjur lebih dalam lagi, segera saja diakhiri sayang. Kamu anak Bunda satu-satunya, Bunda hanya ingin melihat kamu bahagia." Nasehat Bunda sambil mengusap kepala Winda penuh sayang.

Tidak ada satupun orang tua di dunia ini yang rela melihat anaknya terluka.

"Iya Bunda, maaf sudah membuat Bunda khawatir" ucap Winda sambil memeluk Bundanya.

Bunda segera menyambut pelukan anaknya dengan begitu hangat. Kasih ibu tidak terhingga sepanjang masa.

Sementara itu di tempat lain di ruangan Luis, Luis tengah memeriksa beberapa dokumen penting yang tadi siang belum selesai di tanda tangani, Luis terpaksa kerja lembur ditemani Niko. Setelah beberapa jam membolak balik kertas dan menandatanganinya, akhirnya selesai juga.

"Nik, apa jadwalku besok?"

"Besok siang ada satu meeting penting di Hotel Grand Aston Yogyakarta" jawab Niko.

"Ok, cukup untuk malam ini, kamu boleh istirahat."

"Terima kasih Tuan." ucap Niko dan segera meninggalkan ruangan Luis.

"Uhm, meeting di siang hari ya? Sebaiknya sekalian makan siang di luar" Luis tersenyum licik, seperti telah merencanakan sesuatu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login