Winda merasakan kehangatan saat masuk ke rumah tersebut. Ruang tamu yang luas dengan perabotan mewah yang tertata rapi dan bersih, seolah debu pun enggan untuk singgah.
Jendela yang lebar dan panjang dari atas ke bawah memastikan cahaya cukup di ruangan ini, gorden yang indah tersibak rapi dalam ikatannya, warnanya senada dengan cat dinding yang dipenuhi warna warna kontras menampilkan kehangatan suasana pantai di musim panas.
Lampu gantung mewah yang bertingkat membentuk lingkaran besar tergantuk kokoh di langgit-langit ruang tamu tempat dia duduk sekarang. Dalam hati Winda mengagumi rumah tersebut, belum pernah dia masuk ke rumah sebesar dan semewah ini.
Winda menjadi bertambah penasaran, siapakah pemilik rumah ini. Siapa tuan rumahnya? Apakah dia yang akan dirawat, atau anggota keluarga lain yang akan menjadi pasiennya? Winda menjadi tidak sabar untuk segera bertemu dengan pasiennya.
Winda menunggu dengan cemas. Pegawai yang menjemputnya tadi juga tidak muncul-muncul.
***
Di tempat lain di dalam kamar Ari, dia masuk kamar dengan wajah merah karena merasa kesal, tidak henti henti dia mengutuk.
"Sial! beraninya Winda main api dibelakangku" ucap Ari dengan menahan marah.
Satu jam yang lalu Ari pagi-pagi sekali sudah ke rumah Winda dengan niat untuk mengantarkan kekasihnya itu berangkat kerja shift pagi sekaligus minta maaf, tapi dia malah melihat Winda dijemput seorang laki-laki berkacamata hitam, jaz setelan hitam dan mengendarai mobil BMW keluaran terbaru.
Hatinya panas, marah, tidak terima dia diperlakukan seperti ini, "Hah, alasan beda kepercayaan! dia hanya coba mencari alasan untuk pergi dariku" gerutu Ari.
Dddrrrrt ...
Ddrrrrrtttt ..
Ponsel Ari berdering, ada panggilan masuk dari Jessika.
"Halo" Ari mengangkat paggilan dengan suara datar.
"Halo sayang, kamu nggak lupa kan? hari ini kamu jadi main ke apartemenku?" Ucap wanita tersebut dengan suara manja.
"Iya, satu jam lagi aku sampai sana."
"Ok, jangan lama-lama ya? Aku sudah rindu berat, cepat datang sayang."
"Baiklah."
"Bye sayang ... muaah ...."
***
Di rumah pasien ...
Tidak lama kemudian laki-laki tadi menghampirinya lagi setelah bertemu dengan majikannya.
"Tuan saya meminta anda untuk langsung menemuinya di ruangannya, mari saya antar."
Membimbing perawat Winda hingga di depan pintu sebuah ruangan, laki-laki tersebut mempersilakan masuk dan mohon izin untuk pergi melaksanakan tugas yang lain.
Perlahan Winda membuka pintu sambil menata jantungnya yang terus berdebar debar. Firasatnya mengatan kali ini bukan pasien biasa yang harus dia rawat, nampaknya orang ini sangat berpengaruh hingga dr.Vian sang direktur Rumah Sakit tempat dia bekerja memintanya secara khusus untuk merawat pasien ini. Perempuan ataukah pria yang akan menjadi pasiennya kali ini.
Karena terlalu gugup Winda memberi salam kepada pasien dengan menundukkan kepala, dia mencoba memberi kepercayaan untuk telinganya menganalisa pasien di depannya.
"Selamat pagi, saya perawat Winda dari Rumah Sakit Kencana Medika yang ditugaskan untuk merawat anda." Winda memberi salam dengan ramah.
"Aku sudah tahu."
Spontan Winda terus menegakkan kepalanya menggunakan matanya untuk memastikan karena ragu dengan kepekaan telinganya yang seakan mengenali suara itu. Winda terkejut, yang benar saja! dia akan menghadapi pria ini lagi? Katanya dalam hati.
"Kenapa? terkejut? senang bertemu denganmu lagi" senyum licik namun menawan pria itu. "Wanita menarikku" tambah Luis lirih.
Luis Putra Adijaya adalah pasien yang harus Winda rawat sekarang, pasien yang pernah dia jaga di kamar nomor satu VIP Rumah Sakit Kencana Medika. Untuk memenuhi permintaan dari Lisa Putri Adijaya kakak kandung Luis, dia terpaksa pulang kerumah, tapi dengan kekuasaan Luis, dia meminta dr.Vian yang tidak lain adalah paman kesayanganya untuk mempersiapkan Winda sebagai perawatnya di rumah.
"Anda lagi ...?!" ucap Winda jengkel namun ditahan.
"Sudah jangan terlalu terbawa suasana, mari bahas kesepakatan kerja kita. Tugas pertama, bantu Aku bangun dari tempat tidur untuk duduk di sofa" perintah Luis.
Winda masih diam ditempatnya dengan rasa kesal pada dirinya sendiri karena menerima tugas ini dan harus menghadapi pria jahil ini lagi.
"Kenapa masih diam? atau kita bahas di tempat tidur saja?" Luis mengoda.
Winda dengan berat hati memapah pria itu ke sofa, saat tubuh mereka berdekatan Winda mencium aroma parfum mewah serasa coklat yang menggoda. Winda cukup menikmati aroma tersebut sebab bukan aroma parfum pria pada umumnya yang sangat menyengat. Luis tersenyum-senyum dalam hati, dia senang bisa merangkul wanita ini lagi, walau dalam arti yang berbeda.
Winda duduk di sofa depan pasiennya itu, dia sedikit mengamati ruangan kamar yang besar itu, kira-kira empat kali besar kamarnya di rumah, tempat tidurnya bersepraikan putih polos cukup bersih pria ini fikirnya, dinding kamarnya berwarna hitam putih memberikan suasana elegan.
Ada lukisan kepala harimau di atas tempat tidurnya dan karpet lantai bercorak kulit harimau berwarna hitam putih, lampu tidur di meja kecil samping kanan kiri tempat tidur dan lampu besar cantik tergantung di langit-langit bagian tengah ruangan.
Ada dua pintu lagi di sisi lain ruangan tersebut, mungkin itu toilet dan fitingroom. Winda tersadar ketika Luis mulai berbicara.
Bukannya Winda norak atau ia dari kalangan biasa, rumah Winda juga besar dan bagus. Winda juga dari kalangan keluarga berada hanya saja cara hidup mereka berbeda, karena keluarga Winda terbiasa hidup sederhana meski sebenarnya mereka mampu untuk bermewah-mewah.
"Ini Rekam Medisnya nanti bisa kamu baca, Kamu akan kerja sebagai perawat pribadiku selama satu minggu penuh dan jika Aku ada urusan penting yang mengharuskanku keluar rumah maka kamu pun akan ikut serta. Tugas utama kamu mengganti verban luka di kaki kananku setiap pagi setelah Aku selesai mandi dan semua keperluanku kamu yang menyiapkan. Paham? Ada yang mau ditanyakan?" jelas Luis.
"Saya ada satu permintaan" Winda coba bernegosiasi.
"Apa itu?"
"Saya tidak bisa 24jam menjaga Anda selama satu minggu, saya ingin setiap harinya saya kerja hanya satu shift yaitu dari jam 07.00 wib hingga jam 15.00wib."
"Ok, tapi Aku juga punya syarat" senyum licik Luis terukir.
"Apa syarat Anda?"
Wah apa nih syarat dari Luis?
Hemm Ari menuduh Winda main belakang, Padahal dia sendiri yang berselingkuh.