Download App
81.55% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 84: Chapter 11 Sang Ratu

Chapter 84: Chapter 11 Sang Ratu

Dua hari berlalu.

"Ugh... Aku capek sekali."

"Zzzzzz... Zzzzzzz....."

"Munya... Master!"

"Aku... bis... Fi....lo?"

Saat aku akhirnya bangun, aku menyadari bahwa aku berada di sebuah ranjang besar bersama Raphtalia, Filo dan Melty.

"Apa-apaan ini?! Menjauh dariku!"

Aku menjatuhkan mereka dari ranjang dan memaki mereka. Mereka bertiga berdiri diam dan tersenyum aneh.

Aku dibawa menggunakan kereta medis dan dirawat di kota dekat istana.

Kutukan Blood Sacrifice sangatlah kuat, dan mereka membawaku ke fasilitas pengobatan khusus—namun mereka bahkan gak bisa sepenuhnya menyingkirkan kutukan itu.

Aku bertanya apa yang bisa kulakukan untuk menyembuhkannya, tapi sepertinya itu adalah sejenis kutukan yang gak bisa dihilangkan dengan obat atau sihir. Aku harus menyembuhkannya seperti sebuah luka, dan kutukan itu perlahan akan sembuh seiring waktu... atau begitulah yang mereka katakan.

Luka bakar dan luka biasa sudah sembuh. Sebagian besar kekuatanku sudah kembali, tapi mereka bilang bahwa aku mungkin akan terus merasa loyo selama beberapa saat.

Aku memeriksa status magic ku, dan semua statistikku selain defense telah menurun sekitar 30%.

Sepertinya kutukan Blood Sacrifice akan menurunkan statistikku sampai sepenuhnya kutukan itu hilang.

Penggunaannya memang cukup efektif, tapi aku harus mengakui bahwa itu disertai dengan harga yang mahal.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sembuh?"

"Tebakan terbaik kami adalah butuh waktu sekitar sebulan."

Sebulan... Itu cukup lama. Yang mana artinya aku bisa beraksi lagi tepat sebelum gelombang berikutnya.

"Dan bagaimana perasaanmu?"

Seluruh dunia berada di tengah krisis yang besar, tapi ratu datang untuk berbicara padaku sebelum pengobatanku.

Dia tampaknya mengkhawatirkan kesehatanku.

"..."

Aku masih gak tau apakah aku bisa mempercayai dia. Selain itu, dia memberi perintah pada tim medis sepanjang waktu aku gak sadarkan diri.

Ratu berpaling pada seorang dokter, dan mereka membicarakan kondisiku.

"Benarkah? Maka dia bisa mendampingi kami?"

"Kemana anda akan pergi?"

"Tentu saja kembali ke istana."

Dia menutupi mulutnya dengan kipas, tapi pembuluh darah mencuat di keningnya. Dia memiliki suasana penuh otoritas yang aneh dan menekan disekitar dia.

"Bunda sangat marah...."

Melty gemetaran dan bersembunyi dibelakangku.

Dia tampak berada diambang batasnya, tapi kurasa memang seperti itulah kemarahannya.

"Kuharap anda tidak berencana mengeksekusi aku atau sesuatu seperti itu."

"Aku tidak akan melakukan sesuatu sebodoh itu. Tapi aku sangat ingin kamu ada disana saat... rencanakuditerapkan, Tuan Iwatani."

"Apa yang anda bicarakan?"

"Nantikan saja sampai kita tiba di istana. Dan aku punya begitu banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu. Kita akan punya kesempatan untuk berbicara sebentar lagi."

Ratu sialan ini membuatnya mustahil bagiku untuk menolak. Apakah dia akan mengatakan apapun untuk membawaku ke istana?

Tentu, kurasa aku bia menolak tapi itu tidak akan membantuku. Prioritas utamaku adalah untuk membuktikan ketidakbersalahanku, dan aku butuh dia untuk membuat itu terjadi.

Melty telah bilang begitu sebelumnya.

Sang ratu sepertinya marah pada Sampah dan wanita jalang itu. Dia bilang bahwa ratu telah merobek lukisan mereka, membakarnya.

Itu membuatku bertanya-tanya apa yang dia pikirkan... Mungkinkah? Terlepas dari itu, aku gak punya alasan yang bagus untuk menolak dia.

Meski, terkadang, aku bisa membayangkan fakta bahwa dia adalah istrinya Sampah dan ibunya wanita jalang, mungkin bertindak sebagai semacam ganjalan diantara kami.

"Hm....."

Melty masih berdiri di belakangku.

"Oh ayolah... Kurasa aku harus membawamu bersama kami?"

"Tuan Naofumi?"

Raphtalia terdengar sangat kuatir.

"Kurasa aku gak bisa menolak, jadi apa pilihan yang kupunya selain ikut? Mereka sudah mengurusku sepanjang waktu ini, jadi aku ragu kita punya sesuatu yang harus dikuatirkan."

"Ya memang, aku ingin kau ikut juga."

Aku bisa paham apa yang dia inginkan. Dia menunggu untuk melihat seberapa dekatnya hubungan kami.

Aku gak tau apa rencana miliknya, tapi apapun it, kalau dia akan menyerahkan aku pada musuh, maka aku akan menggunakan Shield of Wrath lagi.

"Kami sudah mengurus kereta dewa burung juga. Ayo kembalikan kereta itu beserta barang-barang bawaannya."

"Sungguh?"

Filo melompat kedepan saat sang ratu menyebutkan kereta.

"Ya. Kereta itu diparkir di depan rumah sakit. Kau bisa melihatnya sendiri."

"Oke! Yay! Mel, ayo pergi!"

"Baik!"

Filo dan Melty berlari keluar ruangan.

Cewek itu betul-betul menyukai kereta. Setelah mereka pergi, aku berpaling kembali pada ratu.

"Ada sesuatu yang mengganjal."

Aku gak tau apa yang dia inginkan, tapi aku menndapatkan kesan bahwa ada sesuatu yang lain yang gak dia katakan padaku, sesuatu dibalik niat baiknya.

Kalau ada alasan bagus bagi dia selain menentang Gereja tapi memperlakukan iblis perisai dengan baik, maka aku tau apa itu.

Dan aku gak akan menerima penjelasan megah seperti, "demi kebaikan dunia". Dalam upaya untuk mengetahui niat sejatinya, aku mulai menatap wajahnya dengan cermat. Saat aku melakukannya, tanganya mulai gemetar. Kipasnya bergoyang-goyang ditangannya. Apa yang terjadi?

"Aultcray... Malty... Ini bukanlah akhirnya...."

Gak diragukan lagi... Dia marah besar.

Tiba-tiba, seorang Shadow muncul. Dia memegang lukisan bergambar si Sampah dan wanita jalang itu, dan dia segera mengarahkannya pada dinding.

Dalam sekejap, sang ratu mengeluarkan es sihir. Dia menembakkannya pada lukisan itu menempelkannya ke dinding sebelum memanggil api untuk membakarnya menjadi abu.

"Ini tidak cukup... tidak cukup. Aku ingin melihat wajah mereka dipenuhi rasa takut."

Kuharap dia mencari tempat lain untuk melampiaskan amarah pribadinya. Dia terlihat agak tak stabil. Dia pasti betul-betul murka pada mereka, suami dan putrinya sendiri.

Aku tau gimana yang dia rasakan. Yup, aku akan mempercayai dia untuk sekarang ini.

"Aku akan melakukan apa yang anda katakan."

"Terimakasih, Tuan Iwatani."

Sang ratu tersenyum. Saat sudut bibirnya naik, aku bisa merasakan kehendaknya.

* * * * *

"Yah, yah! Bukankah itu Malty dan Melty! Aku senang sekali kalian bisa mengalahkan si Persiai dan kembali padaku dengan selamat. Tapi kenapa Malty diikat? Dan apa itu penyumpal dimulutnya?"

Dalam perjalan ke istana, sang ratu memerintahkan Lonte dan Melty yang duluan, dan kami akan mengikuti dibelakang.

Para Pahlawan lain bersama kami di belakang. Aku gak suka bahwa aku diperintahkan berada di depan para pahlawan. Tapi ratu bersikeras, mengatakan bahwa aku telah mengerjakan semua pekerjaan dan yang paling menderita. Jadi aku menyerah.

Ngomong-ngomong, setelah semua ini berakhir, para penganut dari gereja yang lainnya berbondong-bondong mendatangi aku menanyai apa yang terjadi.

Kabar kematian high priest belum sampai ke masyarakat, sehingga Gereja masih bertindak seolah gak ada yang terjadi. Atau setidaknya seperti itulah kelihatannya. Kebenarannya adalah bahwa para anggota Gereja yang ikut serta dalam konspirasi telah ditangkap.

"Karena dia gak bisa diam, itu sebabnya dia diikat dan dibungkam."

Langkah kaki sang ratu menggema di dinding batu saat dia berjalan ke depan dan mendekati singgasana. Sampah itu melihat aku mengikuti sang ratu, dan wajahnya dipenuhi amarah.

"Apa yang dia lakukan disini? Tangkap dia! Dia harus dihukum mati!"

"Aku tidak akan mengijinkannya!"

Para knight mengabaikan perintah raja, mungkin karena sang ratu secara teknis memiliki kekuasaan yang lebih daripada Sampah itu. Meski mereka masih tampak sedikit bingung. Para knight di sekitar ratu menatapku.

"Dia... Itu bukan ratu yang sebenarnya! Tangkap dia!"

"Kau... kau tidak mengenali AKU? Aku tidak bisa mentolerir perilaku ini lebih lama lagi! Aku adalah sang ratu dan sumber dari segala kekuatan....."

"Mantra itu... Mungkinkah?!"

"Dengarkan kebenarannya dan pahamilah. Tahan dia dengan kurungan es! Drifa Icicle Prison!"

Sebuah kerangkeng es muncul di sekitar Sampah.

Nampaknya Sampah berteriak dari dalam, tapi suaranya gak terdengar dari luar kerangkeng.

"Aku tidak bisa mempercayai seberapa rendahnya kau telah tenggelam."

Sang ratu melipat kipasnya, dan kerangkeng itu lenyap disaat yang bersamaan.

"Kekuatan sihir itu! Memang, kau benar-benar istriku! Apa yang terjadi padamu?!"

Si Sampah menatap dia naik turun seolah dia gak bisa mempercayai matanya sendiri.

"...Dan bersama si Perisai!"

Beneran deh, setiap kali sesuatu terjadi dan dia gak menyukainya, dia menyalahkannya padaku.

Dia harus tenang. Dia membuatnya sangat jelas kenapa aku gak pernah ingin mengunjungi istana lagi.

"Kau salah. Sumpah. Apa kau benar-benar percaya bahwa Pahlawan Perisai memiliki kekuatan yang kau tuduhkan pada dia?"

Sang ratu berjalan ke singgasana dan menampar dia keras-keras di wajahnya.

Sampah itu terdiam gak bisa berkata apa-apa. Dia gemetaran saat dia menatap aku.

"Tidak satupun dari semua ini merupakan kesalahan Tuan Iwatani! Apa kau dengar aku?!"

"Ugh!"

Dia menamparnya lagi.

Sampah itu membuka mulutnya untuk berbicara, tapi sebelum dia bisa mengucapkan sepatah kata, sang ratu menampar dia lagi.

"Sudah kubilang padamu bahwa kau punya wewenang atas Melromarc saat aku berada di negeri lain. Aku bilang padamu, lagi dan lagi, untuk tidak memperlakukan para Pahlawan dengan buruk. Tapi kau mengabaikan aku! Apa kau mau memulai perang?"

"Tapi aku..."

"Aku tidak mau mendengar alasanmu! Seluruh dunia terancam oleh gelombang. Dan sekarang... disaat kita semua harus bekerja sama.... kau.... kau!"

Sang ratu terus memaki si Sampah, dan dia gak bisa membalas.

Melihat pemandangan yang terjadi ini, aku gak bisa mengabaikan perasaan tersendiri yang kudapatkan bahwa ratu melakukan semua ini agar para pahlawan lain paham bahwa ratu lah yang bertanggung jawab.

"Nah sekarang, abaikan ini dulu, ijinkan aku memperkenalkan diriku lagi. Aku adalah ratu penguasa negeri ini, Mirellia Q. Melromarc. Aultcray mungkin terlihat berkuasa, tapi dia tidak.... tidak lagi. Jangan percayai apa yang dia katakan."

"Um... Uh..."

"Senang... bertemu anda."

"Whoa...."

Para pahlawan lain mengungkapkan emosi mereka. Mereka semua kebingunan mencari kata-kata yang tepat.

"Para Pahlawan, aku ingin meminta sedikit waktu kalian hari ini."

"Apa yang terjadi?"

"Mari kita membicarakannya saat perjamuan."

"Um... Myne?"

Motoyasu tampak agak kuatir pada wanita jalang itu, karena dia masih dibungkam dan tidak bisa bicara.

"Dia tidak punya hak untuk bicara, jadi aku membungkam dia untuk saat ini. Paham?"

"Ya, tetapi... Bukankah ini sedikit berlebihan?"

"Tidak. Tapi jika kau ingin mendengarkan keluhan-keluhan dia, maka kurasa aku tidak punya pilihan...."

Sang ratu menjentikkan jarinya dan tali yang mengikat Wanita jalang itu menjadi longgar. Wanita jalang itu segera melepas pembungkam mulutnya.

Fiuh…"

Dia pasti malu terlihat begitu tak berdaya. Sampah tampak bersimpati. Dia menatap dengan mata sedih.

"Apa maksudnya 'fiuh' itu? Kita belum selesai bicara!"

"Itu bukan salahku! Semua ini salahnya si Perisai!"

"Ya! Dia benar!"

Wanita jalang itu menimpali.

"Mama! Iblis licik ini mencoba untuk memperkosa aku!"

"Lalu...?"

"Apa maksudmu? Mama... Aku tidak pernah... Apa yang kau katakan?!"

"Kau sudah tidak perawan kan? Apa kau pikir aku tidak tau? Aku tau..."

"Apa?!"

Motoyasu berteriak seolah dia gak bisa mempercayai telinganya sendiri.

"Tidak... Mama... Tuan Motoyasu adalah yang pertama buatku!"

"Lancang sekali kau. Kau benar-benar berpikir aku tidak tau? Sekarang, kalau kau memang benar-benar memiliki hubungan dengan Pahlawan Perisai, maka mungkin ada cara untuk menyelamatkanmu..."

Sang ratu menatapku.

Aku? Dengan Wanita jalang itu?

"Tidak mungkin!"

"Yah, itu adalah akhir bagimu. Kurasa aku harus menaruh harapan pada Melty. Itu akan sulit, tetapi aku yakin ada banyak alasan pada harapan yang tersisa."

Sang ratu sekarang menyatakan pernyataan penting seolah itu bukanlah apa-apa.

"Apa yang kau katakan? Melty hanya seorang gadis kecil!"

"Diam!"

Aku tentunya gak pernah berpikir bahwa aku akan berada di pihak yang sama dengan Sampah dalam sebuah argumen, tapi kenapa aku harus berhubungan dengan Melty?

Huh? Apa itu? Ren dan Itsuki menatap aku dengan ekspresi aneh di wajah mereka.

Aku gak butuh ini. Aku bukan Lolicon. Aku gak segitu bejatnya sampai-sampai melakukan yang aneh-aneh pada seorang gadis kecil!

"Ya! Apa yang kau katakan?!"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Filo, gak ada yang perlu di dikuatirkan!"

Aku harus melewatkan yang satu ini.

"Aku minta maaf! Tetapi wajar jika Melty harus menikahi Tuan Iwatani."

"Apa?!"

"Bukankah kau paham? Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengalahkan musuh lama kita."

"Apa maksudnya itu?"

"Apa yang anda maksudkan?"

"Ya... Kami juga ingin tau."

Sampah itu jelas-jelas marah, dan Ren serta Itsuki melanjutkan pertanyaannya dengan pertanyaan mereka sendiri.

"Yah...."

Aku paham. Ratu mulai menjelaskan, dan mengkonfirmasi kecurigaanku.

Siltvelt memuja Pahlawan Perisai. Dan Siltvelt juga merupakan musuh Melromarc. Kalau keluarga kerajaan Melromarc memgadopsi aku kedalam garis keturunan mereka, itu akan membuat Melromarc menjadi sebuah negeri suci dari sudut pandang Siltvelt. Aku gak bisa membaca lebih banyak rencana ratu, tapi setidaknya warga Siltvelt akan berpikir lebih positif tentang Melromarc. Itu adalah sebuah rencana yang akan menjunjung Pahlawan Perisai, dan jika mereka bisa menghasilkan keturunan, itu akan melunakkan segalanya.

Maka mereka cuma perlu mempertahankan hubungan persahabatan. Kalau mereka bisa melakukannya, mereka akan menjadi sekutu selamanya.

"Apa anda tidak punya malu? Anda akan menggunakan putri anda sendiri dengan cara itu?"

Itsuki melangkah maju dan berteriak marah.

"Menggunakan dia? Baiklah... Apa kau bilang bahwa di dunia asalmu tidak ada pernikahan politik yang diatur?"

"Aku mendengar bahwa itu biasanya terjadi, tapi bukan berarti bahwa itu tidak disertai masalah."

"Tidak masalah. Kulihat Melty dan Tuan Iwatani sudah dalam hubungan yang bagus. Melty, lakukan apa yang kau bisa untuk bisa akur dengan Tuan Iwatani."

"T...Tidak mau!"

Wajah Melty memerah padam. Dia tampak betul-betul membenci ide itu.

Itu wajar sih. Siapa juga yang mau dimanfaatkan untuk tujuan politik, terutama di usia itu?

Dan, tentu saja, aku gak merasa ingin melakukan sesuatu yang akan menguntungkan Melromarc.

"Begitukah? Para Shadow meyakinkan aku bahwa masih ada harapan untukmu."

"Bocah kurang ajar."

"Apaan itu? Apa kau bilang kalau aku gak menarik?! Wa....."

"Apa ada masalah? Apa kau mau bilang aku gak boleh menganggapmu sebagai seorang anak kecil?!"

Dia diusia yang memberontak.

"Baiklah. Jika sudah seperti itu, maka kurasa aku gak bisa menganggu."

Karena suatu alasan, Itsuki puas dan melangkah mundur kembali ke barisan.

"Pahlawan Busur! Kenapa kau menyerah?!"

"Aku melihat ratu ada benarnya, dan ada harapan untukmu. Apa yang harus kau lakukan? Kau akan menjadi ratu."

"Aku gak berencana mati di dunia yang busuk ini."

"Itu tidak diperlukan. Asalkan Melty mengandung anakmu."

Aku gak suka kemana arahnya ini.

Pada dasarnya, yang dia maksudkan adalah kalau aku menikahi keluarga kerajaan Melromarc dan memberi Melty anak, maka aku akan bebas untuk kembali ke dunia asalku.

Kurasa itu memang sedikit masuk akal. Kudengar ratu adalah seorang diplomat berpengalaman dan dia memang blak-blakan.

Darimana ide-ide ini berasal? Apa dia terlalu banyak membaca manga?

"Semua ini karena suami dan putriku yang tolol telah menghancurkan peluang kita. Segalanya baik-baik saja saat kau berada di partynya Iwatani. Kau harusnya membawa lebih banyak orang kedalam party dan menjinakkan dia, menyimpan dia untuk dirimu sendiri. Kalau kau melakukannya, singgasana bisa dipastikan akan menjadi milikmu."

"Siapa yang mau melakukan itu dengan seseorang sejelek dia? Dia mencoba memperkosa aku!"

Ugh... Wanita jalang itu mulai lagi.

Aku gak bisa membiarkan itu... Aku harus membantu dia memahami posisinya...

" " "Dia nggak jelek!" " "

Raphtalia, Filo, dan karena suatu alasan, Melty juga ikutan berteriak secara serempak.

Apa-apaan itu? Terutama Melty.

"Apa masalahnya? Aku hanya mengatakan kebenarannya. Jika kalian marah karenanya, itu membuktikan bahwa kalian setuju!"

"Itu memang membuktikan sesuatu. Itu membuktikan bahwa kau tak lagi memiliki kesucian meski hanya setitik dalam dirimu."

"Bukti apa yang Mama bicarakan? Tanya saja Tuan Motoyasu. Aku ini perawan!"

"Malty, kalau kau ingin berbohong, lebih baik kau bersiap berbohong sampai akhir. Kau mungkin bisa membodohi Pahlawan Tombak, tapi kau tidak bisa membodohi aku. Aku sudah kenal kau sejak kecil, dan kau selalu punya kebiasaan menjijikkan bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Selain itu...."

Sang ratu berteriak keras-keras pada wanita jalang itu sekarang. Meski sudah jelas bagi siapapun bahwa wanita jalang itu tidak mendengarkan lagi. Dia berpaling dan cuma menunggu ceramah ibunya selesai.

Aku bertanya-tanya berapa kali dia diomeli oleh ibunya sampai sekarang.

"Kau mendengar bahwa adikmu terlibat dalam konspirasi, tapi bukannya mencoba melindungi dia, kau malah mengambil keuntungan dari situasi tersebut, bahkan melakukan sampai sejauh menyerahkan dia pada Gereja!"

Huh? Jadi wanita jalang itu cuma memanfaatkan situasi yang menimpa Gereja? Kupikir dia bekerja sama dengan mereka.

Mungkinkah mereka berdua memang betul-betul dungu?

"Kau mungkin berpikir bahwa kau akan menjadi orang selanjutnya yang duduk di singgasana."

"T...Tidak!"

Aku mempertimbangkan lagi semua yang telah kami lalui. Berapa kali dia menganggap dirinya sendiri sebagai "ratu masa depan?" Kami semua mendengarnya dari bibirnya sendiri, lagi dan lagi. Kalau dia gak betul-betul berpikir dia akan menjadi ratu dimasa mendatang, dia gak akan mengatakan hal semacam itu kan? Selain itu, dia tergagap saat sang ratu mengatakannya.

"Ya! Myne tidaklah seperti itu!"

Motoyasu berteriak mendukung dia, tapi ratu mengabaikannya.

"Kau bohong!"

"Tidak, itu benar!"

"Jika memang benar, maka kau harus menunjukkan bukti pada kami."

Sang ratu menjentikkan jarinya, dan para knight memegang bahu wanita jalang itu. Beberapa wizard muncul, membawa sebuah item yang gak asing buatku. Itu adalah wadah tinta yang digunakan dalam sihir pendaftaran budak.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Motoyasu menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi, dan dia mulai berteriak.

Para prajurit datang untuk menahan Motoyasu dan wanita jalang itu. Para wizard menghadap wanuta jalang itu dan memulai upacara.

Sang ratu mengeluarkan sebuah jarum, menusuk jarinya sendiri, dan meneteskan sedikit darahnya pada wadah tinta itu.

A...Aku tau apa yang sedang dia lakukan.

"T...Tidak! Lepaskan aku!"

"Aku akan melepaskanmu setelah aku memastikan ketidakbersalahanmu. Kuharap para Pahlawan mengerti."

Tidak, mereka gak akan mengerti. Atau begitulah yang kupikirkan. Itsuki dan Ren menonton dengan tenang.

Bahkan Lonte yang dungu itu mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia meronta untuk membebaskan diri dari para prajurit, tapi mereka gak membiarkan dia lepas. Aku lebih kuatir pada gimana Motoyasu akan bereaksi. Mungkin menyadari bahwa gak ada jalan keluar, dia menyiapkan tombaknya.

"Hentikan itu!"

Gak akan kubiarkan dia mengganggu.

"Shield Prison!"

Aku mengubah perisaiku menjadi Shield of Wrath dan menekan amarahku atau harus kukatakan aku mengendalikannya, aku mengurung dia didalam Shield Prison.

Ren dan Itsuki hampir bertindak untuk menghentikan aku, tapi menyadari kerumunan prajurit didalam ruangan, mereka menahan diri.

"T...Tidak! Menjauh! Kalian pikir siapa aku?!"

"Putri tertua. Itupun jika kau bisa membuktikan ketidakbersalahanmu."

Sang ratu menurunkan tanganya dan memberi sebuah perintah.

Mereka menuangkan tinta dari wadahnya pada dada Lonte. Segel budak muncul, membakar dia.

"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAK!"

Wanita jalang itu berteriak seperti itu selama satu menit lebih, tapi setelah dia tenang, segel itu menghilang seolah gak ada yang terjadi.

Itu berbeda dengan apa yang dilalui Raphtalia. Segel milik Raphtalia tetap ada seperti sebuah tato, tapi segel milik Lonte menghilang sepenuhnya.

"Ini adalah sebuah segel budak yang kuat. Normalnya tidak akan terlihat, tapi saat kondisi tertentu dipenuhi, segel itu akan muncul kembali, menghukum yang bersangkutan."

Kalau begitu, itu lebih seperti sihir pengendali milik Filo.

"Kondisinya adalah kau tidak boleh menyerang Tuan Iwatani. Jangan membahayakan dia!"

Wanita jalang itu menatap sang ratu. Ada air mata di matanya.

"Nah sekarang, Malty. Waktunya pertanyaan: apa kau diperkosa oleh Tuan Iwatani?"

Itu adalah rencana yang bagus untuk menarik pengakuan dari dia. Aku pernah melakukan hal yang sama pada Raphtalia.

Karena dia gak bisa berbohong kalau ada segel budak pada dirinya.

Kalau dia mencoba berbohong, segel itu akan aktif dan menghukum dia.

Tentu saja itu cuma akan bekerja jika sang ratu dan segel itu memang asli.

"Ya!"

Wanuta jalang itu mengernyitkan alisnya dan mengangguk.

Di saat yang hampir bersamaan, segel budak itu kembali terlihat dan mengeluarkan tekanan yang kuat pada dadanya.

"OUCH! Sakit sekali!"

Lonte itu gak bisa menahan rasa sakitnya, dan dia jatuh ke lantai.

"M...Myne!"

Motoyasu berlari pada dia dan membantu dia duduk, tapi efek segel budak itu gak menghilang.

"Efeknya tidak akan menghilang sampai kau mengatakan kebenarannya."

"Baik... Baik! Pahlawan Perisai tidak memperkosa aku. Itu semua bohong!"

Saat wanita jalang itu mengakui kebohongannya, segelnya menghilang.

"Lihat? Semuanya lihatlah. Itu adalah sebuah kebohongan."

"Bagaimana bisa anda mengatakan itu saat anda memaksa dia untuk mengatakannya!?"

Motoyasu sangat marah pada ratu. Aku bisa paham yang ada diotaknya. Dari sudut pandangnya, ratu sudah pasti merupakan musuh.

"Aku tidak tau sihir macam apa itu, tapi anda memaksa dia untuk berbohong!"

"Jika kau berpikir demikian, Pahlawan Perisai, maka kenapa kau tidak mendaftarkan Malty sebagai budakmu secara sementara? Jika kau melakukannya, maka kau akan segera paham bagaimana segel budak itu bekerja."

"Ya! Baik! Aku akan membuktikan ketidakbersalahannya!"

Sama seperti yang ratu lakukan, Motoyasu meneteskan darahnya pada wadah tinta itu. Mereka menuangkan tinta itu pada Lonte lagi, dan dia telah didaftarkan sebagai budak Motoyasu.

"Sekarang kau bisa melihat sendiri bagaimana sihir budak itu bekerja. Lihatlah pada layar status milikmu."

Mata Motoyasu bergerak-gerak seolah dia sedang membaca sesuatu. Lalu dia mengangguk dan menghadap wanita jalang itu.

"Myne... Kau hampir diperkosa oleh Naofumi, kan?"

"Iy.... Ouch! OW!"

Dia mau bohong lagi lalu segel budak aktif. Dia jatuh ke lantai lagi.

"T....Tapi....."

Wajah Motoyasu jadi pucat pasi.

"Masih ada lagi, kan? Kau mencuri semua barang milik Tuan Iwatani, kan?"

"Aku tidak mencurinya! OW! OWWWWWWWWWWWW!"

Wanita itu betul-betul gak bisa berbohong....

Gak bisa berkata apa-apa. Aku berdiri diam dan menyaksikan Lonte itu berguling-guling di lantai karena kesakitan.

"Dan kau adalah yang membakar hutan saat kau mengejar Tuan Iwatani, kan?"

Dia tau. Tentu saja dia tau. Kalau dia tau seperti apa Lonte itu orangnya, itu adalah asumsi yang mudah untuk dibuat.

"Tidak, aku.... AAAAAHHHHHHHHH!"

Jaritannya semakin menjadi-jadi. Kalau dia gak mulai mengatakan kebenarannya, dia akan mati.

Dia pasti tau itu, namun dia terus berbohong.... Sungguh wanita yang menyedihkan.

"Kau yang melakukan pembakaran itu?!"

Motoyasu gemetaran.

"Itu gak mungkin benar! Myne gak akan pernah melakukan sesuatu seperti itu!"

"Tuan Kitamura, kau harus mengerti ini. Gadis kni selalu berbohong. Dia selalu bersembunyi di dalam bayangan dan berusaha untuk membuat orang lain dalam masalah. Dia memang seperti ini sejak kecil."

"Tidak, Myne tidak seperti itu! Dialah. Itu adalah kesalahan dia."

Motoyasu mengarahkan jarinya padaku.

Dia gak paham perbedaan antara kepercayaan dan keyakinan buta. Pada akhirnya itu akan membuat dia jatuh.

"Semua ini karena putriku Malty. Dia adalah dalangnya dan menipu suamiku, Aultcray, untuk menuduh Tuan Iwatani."

Motoyasu masih mengarahkan jarinya padaku dipenuhi kemarahan, tapi Ren dan Itsuki mengangguk. Tampaknya mereka mengerti.

"Kau tau..."

"Apa tidak ada bukti lain?"

"Ada sangat banyak bukti. Jika kau ingin mengetahui sesuatu, silahkan tanya."

"Anda sungguh percaya diri? Memang benar bahwa beberapa perilaku Myne selama insiden belakangan membuatku bertanya-tanya. Kamu sehatusnya melindungi Melty, tapi Myne menyerang dia. Apa yang jadi niatnya?"

"Melty adalah pewaris utama singgasana Melromarc. Oleh karena itu, jika Melty tidak ada, Malty akan menjadi pewaris utama."

"Sekarang aku paham."

Ren juga mengangguk. Dia hanya memperhatikan saja sampai saat ini.

Bahkan Itsuki, yang suka berpura-pura dia adalah ksatria keadilan, juga mengangguk.

"Haruskah kita mendukung Naofumi?"

"Ya. Bahkan ketika Motoyasu duel dengan dia, Naofumi diserang dari belakang menggunakan sihir. Apa itu? Itu sangat aneh kalau dipikir-pikir lagi."

"Ya, dan di lain hari ketika kita seharusnya menerima dana untuk bulan berikutnya, dia membuat dana Naofumi di ambil. Sangat sulit untuk nggak menaruh keraguan dalam situasi seperti itu."

Butuh waktu lama sekali, tapi sifat sejatinya Lonte akhirnya terkuak pada semua orang.

Itu terasa seperti hembusan nasib akhirnya berhembus kearahku. Aku bisa mengasumsikan bahwa aku akan membuktikan ketidakbersalahanku sekarang.

"Berikutnya, Aultcray."

Sang ratu mengarahkan tatapannya pada Sampah, dan dia tampak tersentak di singgasana.

"Apa yang kau lakukan? Kau sama sekali tidak berusaha mencari kebenarannya. Kita seharusnya memberi perhatian khusus pada Pahlawan Perisai, tapi kau malah melempar dia ke dunia tanpa ada bekal. Aku bahkan tidak tau apa yang harus kukatakan. Dimasa lalu, tidak peduli perasaan pribadi apa yang ku miliki padamu hinhha dan aku bisa membuatmu tetap patuh, tapi....."

"Ini semua kesalahan si Perisai!"

"Malty tidak diperkosa. Kebohongan dia sudah terbongkar. Apa yang akan kau katakan tentang itu?"

"Ugh... Perisailah! Dia yang harus disalahkan!"

Apa cuma itu yang bisa dia katakan? Dia pikir berapa banyak yang bisa dia bebankan padaku?! Sampah.....

Dia cuma menyiramkan bakan bakar pada api pada poin ini.

"Sumpah... Kau lebih cerdas tentang ini. Dulu kau tidak sebodoh ini!"

Ratu menepukkan telapak tangannya pada keningnya, jelas-jelas dia gak bisa menahannya lagi.

"Sepertinya kau tidak akan bisa membela dirimu sendiri."

Seperti angin telah berhembus, Wanuta jalang dan Sampah itu cuma bisa menatap lantai.

Tetap saja, aku gak merasa mereka akan meminta maaf padaku. Nampaknya itu gak mungkin.

Mereka begitu menjengkelkan. Kenapa ratu memaksaku untuk berdiri didepan mereka? Secara teori, aku ingin menghabiskan sesedikit mungkin waktuku bersama mereka.

Itu gak seperti aku bisa mengharapkan mereka untuk memperbaiki kelakukan mereka dengan cara yang berguna.

Aku bertanya-tanya kenapa ratu gak membuat Sampah itu menjadi budak. Apa ada suatu alasan di baliknya?

Yah... Kurasa Sampah itu tudak berbohong seperti Wanuta jalang itu.

"Untuk waktu yang lama, aku memikirkan apa yang harus kukatakan, tapi sekarang aku percaya kalau sudah tidak ada cara lain."

Sang ratu sambil melamun membuka dan menutup kipasnya seraya dia berbicara, tapi sekarang dia penuh dengan wibawa menutup kipasnya dan mengarahkannya pada mereka.

"Aku secara resmi menyangkal kalian berdua. Mulai dari sekarang sampai selamanya, kalian berdua tidak dianggap bagian dari keluarga kerajaan."

"Apa?!"

"Mama?!"

Lonte dan Sampah sama-sama berteriak terkejut dan memprotes. Mereka gak bisa menerima konsekuensi dari kesalahan mereka.

Itu gak buruk juga. Aku mulai menikmatinya! Kuharap ratu akan menunjukkan lebih banyak hal menarik padaku.

"Tuan Naofumi, kenapa kamu tersenyum?"

"Ayolah... Kamu juga tau."

"Aku tau apa yang kamu rasakan, tapi...."

"Bunda... Beliau serius."

"Huh?"

Filo memiringkan kepalanya. Dia sepertinya gak mengerti apa yang sedang terjadi.

Dia memang sangat bodoh. Yang dia tau cuma makanan, kereta, dan Melty.

Tunggu. Kenapa aku memikirkan Filo? Ada banyak sekali hal lain yang menyenangkan yang sedang terjadi!

"Kenapa?!"

"Kalian berdua telah bertindak dengan cara yang tak bisa dimaafkan. Jika kalian benar-benar menyesali perbuatan kalian, aku bisa mencari cara untuk mengajukan permohonan maaf pada Tuan Iwatani. Namun...."

"Kau pikir aku akan memaafkan mereka?"

"Aku memikirkan berbagai cara untuk mendapatkan kepercayaanmu setelah dua orang ini mengakui kejahatan mereka dan meminta maaf..."

Kepercayaan.... maaf, ha! Aku lebih senang hanya menonton gimana semua ini berlangsung.

"Apa yang terjadi pada Melromarc jika Mama mencoret aku dari keluarga kerajaan?!"

"Tidak ada. Sejujurnya, kau itu sampah—sampah negeri ini."

"Wah...."

"Bagaimana bisa anda mengatakan hal seperti itu pada anak anda sendiri?!" Motoyasu berteriak marah.

"Apa kau tidak mengerti? Kau menuai apa yang kau tanam. Dan sekarang sangat jelas bahwa Melty adalah satu-satunya yang mampu memimpin negeri ini. Malty, riwayatmu sudah tamat."

Dia benar, negeri ini akan jauh lebih baik di tangan Melty.

Dia memang agak histeris, tapi dia sudah melalui banyak hal.

Selain itu, dia cuma bicara kasar padaku saja.

"Jika kau membuangku dari singgasana, akan ada banyak orang dan organisasi yang akan marah."

"Aku sudah membungkam mereka. Apa menurutmu aku hanya duduk dan menonton sambil diam saja selama tiga bulan terakhir ini? Jika demikian, kau salah besar."

"Tap....."

Sampah itu begitu terkejut sampai dia gak bisa berbicara. Dia terus komat-kamit tanpa mengatakan apa-apa.

"Selain itu, kenapa kau memanggil para Pahlawan seenakmu sendiri! Kita harus membicarakan ini."

"Apa maksudmu?"

"Para Pahlawan pasti merasa aneh bahwa mereka di panggil ke dunia ini tanpa persetujuannya atau sambutan pemegang wewenang tertinggi negeri ini?"

"Memang benar."

Seperti yang dia bilang, dia betul-betul gak tampak seperti seseorang yang akan menyerahkan masalah sepenting itu pada para bawahannya.

Selain itu, jika mereka memanggil kami dan sedikit lebih diplomatis, jika mereka betul-betul ingin membuat kami berada di pihak mereka, maka mereka pastinya telah menempatkan kami pada situasi yang lebih baik.

Aku gak mau mengakuinya, tapi itu juga berlaku untuk diriku sendiri, mengingat seberapa sedikit yang ku ketahui tentang dunia ini saat mereka memanggilku.

Mereka pastinya bisa membuatku jatuh cinta dan menyusun pernikahan politik yang nyaman.

"Sebelum kita melanjutkannya lebih jauh lagi, kita harus memperjelas satu hal. Negeri kami seharusnya merupakan negeri urutan keempat untuk memanggil para Pahlawan. Ini sudah ditentukan dalam pertemuan diplomatik internasional."

"Tunggu sebentar!"

Sekarang dia mengatakan hal yang sangat serius. Negeri-negeri lain bisa memanggil para pahlawan? Ada suatu urutan yang di sepakati?

Apa yang diinginkan Melromarc?

"Jelaskan."

"Baik."

Ratu mulai menjelaskan semuanya.

Gelombang datang, dan banyak negeri menderita kehancuran yang besar. Untuk membicarakan pilihan mereka, para raja dan ratu dari berbagai negeri semunya setuju untuk melakukan pertemuan.

Tentunya, ada banyak niat yang berbeda-beda, dan beberapa negeri merupakan musuh alami (seperti Melromarc dan Siltvelt), tapi gak seorangpun bisa menghindari kebenaran: dunia sedang mendekati kehancuran total. Jika ada negeri-negeri berseteru, mereka setuju untuk mengesampingkan hal itu sampai keamanan dunia bisa dipastikan.

Pada pertemuan itu, telah disetujui bahwa Melromarc akan menjadi negeri keempat untuk memanggil para pahlawan.

Itu juga terdengar seperti prosedur tipikal untuk mengambil satu pahlawan dalam sekali waktu. Seringkali saat mereka berupaya memanggil para pahlawan, gak seorangpun yang muncul.

Dan juga, ini seharusnya gak perlu dikatakan lagi, para pahlawan diharapkan bepergian mengunjungi semua negeri.

"Jadi kenapa negeri ini memanggil mereka?"

"Para Pahlawan biasanya dipanggil menggunakan kepingan relik suci kuno. Upacaranya cuma bisa di lakukan pada waktu tertentu, tapi...."

Itu artinya mereka memanggil semua pahlawan dikala sang ratu sedang keluar.

"The Church of the Three Heroes telah ada sejak lama, dan akarnya sudah mengakar dalam-dalam di negeri ini. Sejauh yang aku tau, mereka merupakan sebuah organisasi yang sangat konservatif. Tetap saja, sepertinya mereka memiliki rencana-rencana penuh ambisi yang tak terduga."

"Itu kedengaran seperti masalah besar bagiku."

Para pahlawan seharusnya menyelamatkan seluruh dunia, namun kami malah dipanggil di tempat yang sama.

"Ya, itu sebabnya kami menerima kritikan yang sangat pedas."

"Kenapa anda menyerahkan negeri ke tangan maniak perang seperti ini?"

Itu adalah suatu masalah yang besar. Ratu memberi Sampah itu terlalu banyak wewenang.

Ren dan Itsuki tampak setuju. Mereka mengangguk. Para anggota party mereka tampak seperti mereka memiliki sesuatu yang ingin dikatakan juga.

Aku mendengarnya sedikit dari Melty. Dia pernah bilang bahwa para anggota bangsawan yang betul-betul baik, orang-orang yang bertanggung jawab atas desanya Raphtalia, telah terbunuh dalam gelombang.

"Apa yang kau katakan?!"

"Diam!"

Ratu berteriak untuk membungkam dia.

"Ayahnya Myne tidak seburuk itu!"

Sepertinya Motoyasu masih memiliki kebijakan untuk angkat bicara.

"Motoyasu, lu ngerasa kek gitu karena perlakukan khusus yang lu terima. Semia ini masuk akal bagi kami."

"Ya. Aku ngerasa seperti selama ini semuanya tidak ada yang adil."

"Itulah tepatnya masalahnya. Gelombang pertama datang saat aku masih dalam kegiatan diplomasi di negeri lain. Aku menunjuk seseorang yang kupercayai, tangan kananku, untuk mengurus kerajaan saat aku keluar.... tapi..."

"....tapi?"

"Mereka tewas dalam gelombang... Dan mereka telah mencurahkan begitu banyak waktu untuk memperoleh kepercayaan dari para demi-human..."

"Boleh saya bertanya?"

"Apa itu, Tuan Amaki?"

"Kenapa negeri supremasi manusia ini menugaskan bangsawan yang ingin bekerja bersama para demi-human?"

Ratu membuka kipas miliknya dan menyembunyikan mulutnya saat dia menjawab pertanyaan Ren.

"Kami ingin menghindari perang dengan Siltvelt, dan juga itu merupakan bagian dari strategi kami untuk memperbaiki hubungan kami dengan para demi-human. Siltvelt sadar akan hal ini, dan mereka melakukan hal yang sama pada para manusia di negeri mereka."

Aku mulai paham. Bangsawan itu bersikap baik pada para demi-human sebagai sebuah tanda dari keyakinan yang bagus untuk menghindari perang dengan Siltvelt.

"Itu aneh mengenai seberapa terbukanya anda tentang hal ini."

Itsuki mengatakan ini pada ratu, menunjukkan kecurigaannya.

"Setelah kami secara paksa memanggil kalian kesini, anggap saja itu sebagai sebuah tanda dari ketulusanku bahwa aku, wewenang tertinggi di negeri ini, akan berbicara secara terbuka pada kalian seperti ini. Jika aku tidak berupaya mendapatkan kepercayaan kalian, bagaimana bisa aku meminta kerjasama kalian?"

Ren dan Itsuki saling melihat lalu mengangguk.

"Akan tetapi.... Aultcray telah menunjukan perlakuan pengistimewaan yang sangat jelas terhadap Pahlawan Tombak. Pahlawan Busur dan Pedang juga memperlihatkan kesetiaan mereka. tetapi, mulai dari sini, jika terlihat seperti aku menunjukan perlakukan pengistimewaan terhadap Pahlawan Perisai, harap pahami bahwa aku hanya berusaha menyeimbangkan dan memperbaiki kemalangan dimasa lalu disini."

"Baik."

"Anda benar. Jika Naofumi benar-benar tak bersalah dalam segalanya, maka semuanya akan seimbang. Saya paham."

"Kembali ke topik... Sepertinya kebodohan Aultcray telah menyebabkan kehancuran dari distrik perlindungan demi-human kami."

Sang ratu bergerak mundur dan menginjak kaki Sampah itu dengan segala kekuatannya.

"Owwwwwwww."

"Dan aku menemukan bahwa ini terjadi diwaktu yang sama persis saat aku menemukan upacara pemanggilan rahasiamu!"

Sang ratu menampar Sampah itu lagi dan lagi.

"Ugh....."

"Inilah yang kudapatkan karena membiarkan orang sebodoh ini memerintah menggantikan aku! Serangkaian kejadian tidak masuk akal yang tiada hentinya disaat aku tidak ada! Meskipun musuh yang sebenarnya adalah Gereja...."

"Ugh!"

"Dan keesokan harinya setelah para Pahlawan memulai misi mereka, kau memanggil Pahlawan Perisai dan mengganggap dia sebagai seorang kriminal!"

"UGH!"

"Lalu kau terus mendeskriminasi dia! Apa kau tau seberapa dekat kau membawa kami pada perang?!"

"UGH!"

"Dan kemudian, segera setelah gelombang kedua, kau mencoba mencuri budaknya dari dia? Apa yang ada didalam kepalamu?!"

Ratu benar-benar bekerja keras....

"Karena perilaku bodohmu, Siltvelt dan Shieldfreeden sangat murka. Mereka bisa menyerang kapan saja!"

Aku mulai bersimpati pada posisi ratu.

Semua orang yang bisa dia percayakan kerajaan ini telah tewas atau menghilang, dan dia harus menjaga sinis dari perang seorang diri.

Aku terkesan. Dia pasti merupakan seorang diplomat sangat terampil.

Meski dia terlihat seperti seorang wanita berusia 20'an yang marah-marah pada suaminya secara histeris.

Dan dia adalah ibunya Melty dan Wanita jalang itu? Sudah pasti dia tampak muda mengingat usia aslinya.

"Lalu, diatas semuanya, kau mengatakan bahwa kau ingin berjumpa dengan Melty? Seberapa egoisnya kau ini?!"

"Ugh!"

"Dan orang-orang yang akan menggunakan kau demi mencapai tujuan mereka sendiri... Mereka berada tepat didepanmu, dan kau tidak menyadarinya? Semua ini adalah salahmu!"

Dia sangat marah, marah besar. Dia melanjutkan.

"Dengan ini aku menyatakan Church of the Three Heroes adalah aliran sesat! Melromarc akan mengikuti Church of the Four Holy Warriors mulai dari sekarang!"

"A...Apa?! Kau akan meninggalkan tradisi yang membangun kerajaan kita?!"

"Tidak ada gunanya mempertahankan tradisi yang hanya menyebabkan masalah saja!"

Church of the Four Holy Warriors?

"Apa itu?"

"Sebuah kepercayaan yang memuja keempat Pahlawan Suci secara setara."

Melty menjelaskan.

Kurasa itu wajar sih. Kalau ada empat orang yang menyelamatkan dunia, cepat atau lambat akan ada kepercayaan yang memuja mereka.

"Church of the Three Heroes awalnya merupakan percabangan dari Church of the Four Holy Warriors. Tetapi untuk menjelaskan alasannya, kita harus kembali pada pendirian Melromarc."

"Huh...."

Jika Siltvelt memuja Pahlawan Perisai, maka logis saja untuk mengasumsikan bahwa negeri-negeri lain memuja para pahlawan dengan cara yang berbeda. Cukup mudah untuk membayangkan alasannya. Kalau Melromarc dan Siltvelt memiliki hubungan yang buruk, dan Siltvelt memuja Pahlawan Perisai....

Sangat wajar kalau mereka akan mengatakan bahwa kepercayaan negeri lain itu palsu, bahwa dewa mereka adalah iblis, dan sebagainya. Itu akan menjelaskan awal mula Church of the Three Heroes.

"Haaaah...."

Ratu selesai memaki Sampah itu. Merasa segar setelah menampar dia berulang-ulang kali, dia membuka kipas miliknya, menyembunyikan bibirnya, dan menoleh ke arahku. Sayang sekali aku tidak punya kesempatan untuk menampar Sampah itu.

"Masih banyak lagi yang harus dibicarakan, Tuan Iwatani. Tapi itu nanti saja."

"Aku lebih senang gak mendengarkannya."

"Myne dan raja bukanlah orang yang jahat! Semua ini adalah sebuah kesalahpahaman!"

Motoyasu berdiri diam saja sejak tadi, tapi dia akhirnya melangkah maju dan berteriak lagi.

Apa yang dia mau?

"Tapi segalanya masuk akal, kan? Kami hampir terbunuh, dan fakta dibalik semua kejadian ini telah terungkap dan terbukti."

"Ya. Kami menyelidiki segala macam hal. Aku curiga. Itu memang benar-benar Naofumi telah di diskriminasi. Sebenarnya itu sangat mengesankan bahwa dia bisa mendapatkan kepercayaan orang lain. Itu bukan karena sesuatu seperti Perisai Pencuci Otak. Itu semua karena Naofumi dan teman-temannya. Mereka memperoleh kepercayaan orang."

Itsuki dan Ren berbicara membelaku.

"Saat aku secara tak sengaja menyebabkan wabah penyakit di desa pegunungan itu, Naofumi lah yang menyelesaikannya. Itu adalah alasan yang kuat untuk mempercayai dia."

"Ya, dan jika kau melihat senjata yang digunakan high priest pada kita, itu sudah cukup jelas siapa yang ada dibalik semua ini."

"Ugh...."

Tangan Motoyasu mengepal gemetaran. Dia tetap melotot padaku.

"Tuan Kitamura, jika kau ingin memprotes lebih jauh lagi, kau harus melakukannya setelah kau bisa menyediakan bukti atas bantahanmu."

"Baik. Aku akan kembali sambil membawa bukti. Myne! Ayo pergi."

"Sayang sekali, aku belum selesai bicara dengan Malty. Kau harus menunggu sampai kami selesai."

Saat sang ratu selesai berbicara, sejumlah besar knight istana muncul dari belakang singgasana dan mulai berjalan ke arah Motoyasu.

"Ta...Tapi! Tapi Myne!"

"Pahlawan Tombak, silahkan keluar."

Mereka sangat sopan saat mereka meminta dia untuk meninggalkan ruang singgasana.

Kuharap dia gak segitu bodohnya hingga menyebabkan kekacauan di ruang singgasana.

"Berhentilah mengalihkan topik."

"Aku minta maaf."

"Itu betul-betul kesalahan Motoyasu, jadi aku gak peduli tentang itu."

Itsuki tampaknya memiliki beberapa kecurigaan bahwa Motoyasu menerima perlakuan khusus. Aku gak melihat adanya alasan untuk memperbaiki dia.

"Ngomong-ngomong... Masih ada banyak hukuman yang harus kuberikan pada suami dan putriku."

Lonte dan Sampah itu menjadi pucat. Waktunya penjatuhan hukuman.

"Apa kau kecewa?"

"Tentu saja!"

"Ya! Mama! Aku tidak jahat!"

"Aku yakin aku sudah mencoretmu, jadi berhentilah memanggilku ibu. Adapun apa yang harus dilakukan padamu... Ah, ya, mungkin aku akan menyuruhmu membayat beberapa hutang negara. Ini dia."

Sang ratu berhenti sesaat.

Dia menyerahkan selembar kertas dengan barisan angka tertulis diatasnya pada waniya jalang itu. Wajah wanuta jalang itu semakin pucat.

Wanuta jalang itu kembali ke sifat asalnya. Sepertinya dia telah kehilangan pundi-pundi benang negeri juga. Aku gak bisa mengatakan bahwa aku terkejut.

"Bagaimana caranya aku membayar ini?!"

"Itu adalah jumlah uang yang kau minta pada guild. Kau tidak bisa seenaknya mengambil apa yang kau mau dari ruang harta dan tidak mau mengembalikannya. Aku juga memberi kebebasan menambahkan dana yang diperlukan untuk perbaikan hutan yang kau bakar. Sama seperti yang tertulis pada kertas itu, mulai sekarang kau akan bekerja seperti seorang budak untuk membayar hutangmu pada Kerajaan."

"Tapi itu mustahil!"

"Jika kau tidak menyukainya, maka bekerjalah dengan para Pahlawan untuk menyelamatkan dunia. Jika kau benar-benar berkontribusi, maka aku akan mempertimbangkannya."

Wanita jalang itu akhirnya diam, lalu ratu berpaling pada Sampah.

"Lihat dirimu, merasa aman bahwa hanya putrimu saja yang dalam masalah! Semua ini berlaku untuk kalian berdua, Aultcray."

Si Sampah itu begitu terkejut. Dia tertunduk seketika. Si tolol itu bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya pada ratu.

Tidak bisakah dia bersikap lebih bermartabat?

"Entah kau akan bertarung di barisan depan melawan gelombang demi masa depan negeri kita, atau membuang tanggung jawabmu dan menjadi seorang petualang biasa. Pilihlah."

"Ugh... Istriku... RATUKU. Aku tertipu. Ampunilah aku."

Dan siapa yang menipu dia? Gereja? Atau aku? Apa dia akan mengorbankan wanita jalang itu?

"Ya, Mama, ampuni aku...."

"Maaf dan kesabaranku sudah habis... Ah, aku punya ide."

Ratu memberi isyarat padaku. Aku segera melangkah maju.

"Tuan Iwatani. Harus bagaimana kita menghukum mereka berdua? Aku memberimu hak untuk memutuskan."

"Mati! Hukum mati mereka!"

***


Chapter 85: Chapter 12 Ganjaran

Aku mengatakannya bahkan tanpa berhenti untuk memikirkannya. Hatiku pasti sangat membenci mereka, hingga yang kulakukan tampak cukup alami.

Sejujurnya, memang gak ada pilihan lain selain kematian. Apa lagi yang bisa menyingkirkan kebencianku pada mereka?

"Mati, hmm? Yah, mengingat semua masalah yang mereka sebabkan, itu memang sangat tepat."

"Ya, dan mereka benar-benar merusak Melromarc dalam pandangan internasional."

Ren dan Itsuki memperhitungkan dengan dingin.

Sangat mudah untuk memperhitungkan masalah orang lain. Selama mereka gak harus bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan, mereka bisa mengatakan apapun yang mereka inginkan.

"Tapi kau! Kau...."

"Kau pasti bercanda!"

Ratu mengangkat tangannya, dan mereka diam.

"Jika kita mengeksekusi mereka, akankah kau benar-benar puas?"

Aku merasakan perasaan yang aneh bahwa sihir milik ratu mengalir padaku.

Inilah yang orang-orang maksudkan saat mereka bilang merinding. "Gak mengenakkan..." itulah kata yang bisa mendeskripsikan perasaan itu secara sempurna.

"Tentu saja mereka mungkin akan mati. Akan tetapi, ada pilihan lain juga. Kita bisa menyiksa mereka, membiarkan mereka berpikir mereka akan bebas, dan setelah kebebasan mereka tampak sudah bisa dipastikan, dan senyum melintas di wajah mereka, LALU kita akan membunuh mereka."

"Anda... benar-benar-silahkan."

"Aku mengatakan bahwa mengeksekusi mereka begitu saja akan membosankan. Kita juga bisa memberi mereka pekerjaan-pekerjaan sederhana, dan saat mereka belajar untuk membuat diri mereka berguna, kita bisa menyuruh-nyuruh mereka seperti binatang peliharaan... mempermainkan mereka sampai mati. Aku akan sangat menikmati itu."

Gak disangka dia akan membuang anggota keluarganya sendiri tanpa emosi... Ratu mungkin merupakan orang paling gelap di seluruh kerajaan.

"Apa menurut lu bahwa dia benar-benar yang ada dibelakang semua ini? Dia tampak sanggup melakukannya."

"Lu betul. Itu teramat sangat dingin."

Para pahlawan geblek itu terus mengalihkan topik!

"Lagipula, ini hanya sekedar saran saja. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi tentang masalah. Ini adalah emosi akhirku."

"Oh, kurasa aku akan mengikuti anda."

Dia mengatakan bahwa aku bisa melakukan apapun yang ku mau, tapi dia gak mau mereka mati. Dia akan menghukum mereka dengan cara lain.

"Setelah semua tindakan jahat dari gereja, itu akan menyebabkan cukup kegemparan jika ratu menggunakan wewenangnya untuk membunuh anggota keluarga kerajaannya sendiri. Aku yakin itu akan menyebabkan suatu efek pada posisi kita dalam komunitas internasional."

"Disisi lain, setelah semua masalah yang disebabkan oleh dua orang dungu yang tidak berguna ini, mungkin dengan menyiksa mereka akan memberi pesan pada komunitas bahwa kita serius."

"Perisai... Bangsat kau!"

Sampah itu berteriak, tapi ratu mengabaikan dia dan berbicara.

"Normalnya aku akan setuju denganmu. Tapi kurasa hal itu tidak berlaku untuk Aultcray."

"Kenapa tidak?"

"Si dungu ini dulunya cukup mengesankan. Di masa lalu perbuatan-perbuatannya dipuji-puji di seluruh dunia. Dulu dia dihormati oleh orang lain, bisa jadi masih dihormati sampai saat ini. Jika kita membunuh dia...."

Aku gak tau apa yang telah dilakukan Sampah itu untuk membuat dirinya terkenal-tapi terserahlah. Aku paham apa yang ratu katakan.

Sampah itu sangat terkenal.

Selain itu, dia memegang wewenang kerajaan sepanjang waktu ini. Dia sangat dikenal luas.

Sepertinya dia adalah seorang prajurit terhormat dimasa lalu dan telah membuktikan dirinya sendiri dalam banyak pertempuran. Orang-orang yang bekerja bersama dia dan bertarung bersama dia gak akan tinggal diam kalau mereka mengetahui bahwa dia akan dieksekusi.

Itu mungkin menarik untuk melihat bagaimana kelanjutannya. Kalau Sampah itu dulunya seorang pahlawan, lalu dia mengotori tangannya dan masih terus menjalani kehidupan tanpa rasa hormat yang biasa dia terima, itu mungkin menarik untuk menyaksikan semua itu terjadi.

"Aku mengerti. Kami akan ikut dengan ide anda."

"Terimakasih."

"-Dengan satu syarat. Mereka boleh hidup, tapi mereka harus menderita."

"Tentunya... Nah sekarang, apa yang jadi hukuman mereka yang pertama?"

Ya... Aku bisa melakukan apapun selain membunuh mereka...

"Kita bisa memulai dengan memotong tangan dan kaki mereka..."

"Tuan Naofumi...."

Raphtalia menatapku seolah dia ingin mengatakan sesuatu.

Dia mungkin berpikir bahwa, ketika aku memiliki wewenang untuk memerintahkan hal semacam itu, dan meski mereka layak menerimanya, aku mungkin harus sedikit menahan diri.

Mau gimana lagi...

Selain itu, kalau aku membiarkan mereka lolos sekarang, aku gak yakin aku akan mendapatkan kesempatan lain.

"....Tuan NaoFUMI."

Wanita jalang itu mengusap air matanya dan memohon padaku. Cara dia mengucapkan namaku berbeda dengan intonasi Raphtalia atau Melty. Apa yang coba dia katakan?

Matanya berlinang air mata. Matanya berkilauan. Pipinya merona merah. Itu betul-betul tampak seperti dosa-dosanya mulai meresap.

Dia adalah seorang aktris sejati kapanpun dia mau. Kalau aku belum tau siapa dia, aku pasti telah terbodohi.

Dia mungkin selalu seperti ini pada Motoyasu.

Aku tiba-tiba menyadari bahwa ini adalah pertama kalinya dia memanggil aku dengan namaku.

"Harap jangan melakukan sesuatu yang sebodoh melakukan balas dendam. Balas dendam hanya akan menghasilkan balas dendam lagi. Jika kau, TuanNaoFUMI, bisa menunjukkan belas kasihan, maka aku yakin ratu akan sangat senang...."

"Whoa....."

Ren menatap wanita jalang itu seolah dia tidak bisa mempercayai telinganya. Itsuki juga terkejut. Dia menggaruk kepalanya kebingungan. Melty memegang kepalanya dan menatap lantai. Raphtalia membelalakkan matanya tak percaya. Filo... Gilor memiringkan kepalanya kebingungan.

Adapun untuk diriku sendiri....

...hm.

"Yah...."

Nanti, para prajurit akan menunggangi kuda, Filolial, dan naga mereka. Mereka menunggangi apapun yang mereka miliki dan pergi ke seluruh desa dan kota untuk menyampaikan pesan.

"Untuk bertanggung jawab atas semua hal mengerikan yang telah terjadi di Melromarc, mulai dari sekarang sampai selamanya, Raja Aultcray dan Putri Malty akan dikenal dengan nama 'Sampah' dan 'Wanita jalang'. Siapa yang memanggil mereka dengan nama mereka yang sebelumnya, apapun alasannya, akan langsung dijatuhi hukuman!"

Mereka menulisnya pada selebaran dan papan pengumuman dan menyebarkannya serta memasangnya di semua kota dan desa di Melromarc.

Semua penduduk, terlepas dari posisi mereka dalam masyarakat, semua berdiri didepan pengumuman itu dan mengatakan hal yang sama:

"Apa?"

"Hal bodoh apa yang akan menyertai hal semacam itu? Dasar idiot!"

"Apa yang kau lakukan? Dasar iblis!"

Wajah wanuta jalang itu dipenuhi dengan kemarahan.

Mulai dari sekarang, saat orang-orang membicarakan mereka berdua, mereka akan berkata seperti, "Jadi Wanita jalang itu..." atau "Gimana dengan Sampah....?"

Itu terasa sangat bagus sekali. Aku tidak pernah menyangka aku akan mendapatkan kesempatan ini.

"Mengerikan...."

"Aku juga berpikir begitu. Memang benar hukuman itu memang mengerikan, tapi itu juga sepadan."

Ren dan Itsuki tidak bisa menahan diri untuk gak berkomentar.

"Bangsat kau!"

Wajah Sampah itu menjadi semakin merah, dan dia berteriak marah.

"Ahahaha! Wajah itulah yang selalu ingin kulihat selama ini!"

Akhirnya, seluruh dunia akan memanggil dia dengan sentuhan pribadiku untuk dia: Sampah.

"Balas dendam hanya akan menghasilkan balas dendam lagi... redamlah? Sungguh kata-kata yang indah-kusarankan kau untuk menerima saranmu sendiri, Putri Ma... maksudku, Lonte."

"Diam! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Dia tampak seperti dia siap mengayunkan pukulan padaku, tapi para penjaga ratu gak akan membiarkan itu terjadi.

"Jangan lupa bahwa Lonte juga menggunakan nama palsu untuk berpetualang. Apa yang harus kita lakukan mengenai nama itu?"

"Pelacur."

"Pelacur...?"

Ren dan Itsuki gak mengatakan apa-apa. Mereka tampak agak tersinggung. Kurasa aku gak bisa menyalahkan mereka.

"Baiklah, aku akan mendaftarkan nama barunya sebagai gelar petualang miliknya. Jadi dia tidak akan lagi bisa menggunakan nama 'Myne' untuk mendaftar pengambilan quest atau menginap di penginapan."

"Aku akan membunuhmu! Jika kau berbalik, aku akan membunuhmu!"

Dia sangat marah-murka. Tapi aku merasa sangat lega. Ledakan kemarahannya gak bisa menggangguku.

"Silahkan saja kalau mau mencoba. Kalau kau menyerangku, kematian menantimu."

"Ya, dia telah kehilangan semua hak-haknya. Jika dia melakukan tindakan pelanggaran, segel budak akan membunuh dia."

Aku paham apa yang dia katakan. Itu akan menyebabkan masalah jika sang ratu mengeksekusi seorang anggota keluarga kerajaan. Itu sebabnya ratu mencoret Lonte dari KK dan mengubah namanya. Lalu ratu akan bebas membunuh dia tanpa perlu mengkhawatirkan akibat yang menyertainya. Itu adalah cara yang cerdas dan efesien. Aku menyukainya.

Bukan cuma itu saja, namun hal itu disertai dengan sebuah peraturan bahwa Lonte gak diperbolehkan menyerangku. Ratu pasti ingin Lonte tau gimana rasanya menjadi diriku-yang gak bisa menyerang.

"...Tidakkah lu pikir lu udah keterlaluan?"

Itsuki angkat bicara. Aku gak peduli.

"Enggak! Rasanya sangat menyenangkan!"

"Nah sekarang, untuk membayar kerjasama tuan Iwatani, kami harus memenuhi permintaan lamanya, kan?"

"Apa maksud anda?"

"Sebelum semua ini terjadi, kamu meminta Sampah untuk bersujud didepanmu, kan?"

Sang ratu menepukkan tangannya, dan para shadow serta para knight muncul di belakang Sampah. Mereka memegang pundaknya dan memaksa dia serta Lonte untuk bersujud.

"Hei, tunggu sebentar! Kalian pikir siapa aku?!"

"Ya, aku adalah ra...."

"Seorang petualang dan seorang prajurit, kan?"

Sang ratu menyuruh mereka berlutut di lantai. Dia membuat mereka memahami posisi baru mereka.

"Sekarang sujud pada kami. Tentu saja kau juga, Lonte. Jika kau tidak patuh, segel budak akan menyiksamu."

"Tapi... Ratuku! Aku... Tidak... Aku tidak akan bersujud! Aku tidak mau!"

"Kau pasti bercanda. Kenapa aku harus bersujud pada dia? Aku....AAHHHHHHHHHH OUCH!"

Para knight memegang bagian belakang kepala mereka dan memaksa mereka tunduk sampai kening mereka menyentuh lantai.

Lonte sangat marah. Meskipun segel budak menyiksa dia, dia masih melawan.

Mereka berlutut sambil kepala mereka menyentuh lantai, dikelilingi bilah para shadow, dan terus berteriak.

"Kumohon..."

"AAARRRRHRHHH!"

"AAAAAHHHHH!"

Sampah dan Lonte berteriak gak membiarkan orang lain berbicara.

"Diam!"

Sang ratu menjentikkan jarinya, dan Sampah serta Lonte segera dibungkam.

"MMMMGHHMMMM!"

"MMMMUUUUUHHHH!"

Mereka menggunakan segala kekuatan mereka yang tersisa untuk melawan, tapi mereka gak bisa berbuat banyak.

"'Kumohon! Pahlawan Perisai! Bantu kami!' begitu saja."

"Pahlawan Perisai! Ku mohon bertarunglah demi negeri kami!"

Ada suatu kesan yang luar biasa dari keduanya.

"Bagaimana?"

"Apa maksud anda adalah....?"

Rasanya menyenangkan sekali melihat mereka berdua dipaksa sujud didepanku. Rasanya amat sangat menyenangkan sekali, tapi... maksudku rasanya memang betul-betul menyenangkan, tapi bukan itu tepatnya yang kuinginkan.

"Mereka gak tampak menyesalinya, kan? Kurasa wajar sih..."

"Apa lu yakin ini gak keterlaluan?"

Ren dan Itsuki saling berbisik.

Aku gak punya alasan untuk menghentikannya. Semua orang hatus tau siapa penjahat yang sebenarnya disini. Mereka harus mengerti.

Lonte dan Sampah menjerit dan memprotes keras. Itu nyaris tampak seperti mereka akan mengalami serangan jantung dan tewas disini.

Pada akhirnya mereka tenang dan diam. Pembungkam mereka dilepas.

Lonte tampak seperti.... dia tampak seperti dia habis diperkosa. Matanya hanya menatap kosong, dan air mata mengalir di pipinya.

Apa dia segitunya membenciku? Apa dia segitu bencinya berlutut?

Ren berjalan mendekati Sampah dan melambaikan tangannya didepan wajahnya. Sampah gak beraksi karena dia gak bisa melihatnya. Setelah memastikan ini, Ren kembali ke tempatnya. Lonte terus meratap.

"Mungkin ini sudah cukup untuk menyiksa mereka berdua."

Ratu mengangkat tangannya dan mengeluarkan perintah.

"Bawa mereka keluar dari ruang singgasana!"

"Baik!"

Mereka berdua dibawa keluar dari ruangan.

Setelah mereka sudah gak ada, aku menoleh dan melihat Raphtalia menatap kecewa padaku. Melty juga tampak marah. Filo tersenyum dan bersenang-senang. Tapi tampaknya mereka telah merubah pendapat mereka tentang aku.

Mereka nggak mengatakan apa-apa, tapi mereka terlihat seperti mereka berpikir bahwa aku sudah keterlaluan.

"Dan itu akan jadi akhir dari hukuman mereka untuk saat ini. Tuan Amaki, tuan Kawasumi, dan anggota party mereka silahkan menuju kamar yang sudah dipersiapkan di istana dan beristirahatlah. Aku masih punya beberapa urusan yang ingin aku bicarakan dengan tuan Iwatani, Jadi aku minta tuan Iwatani tetap berada di sini."

"Ah.... Ah."

"Aku lebih senang tidak menaruh kepercayaanku pada orang yang bersikap seperti itu, tapi...."

"Tunggu. Dibandingkan dengan situasi yang mereka sebabkan pada negeri ini, hukuman ini sangatlah lembut. Itu mungkin terlihat keterlaluan, tapi itu hanya karena kau berada disini untuk menyaksikannya."

"Itu mungkin benar."

Ren dan Itsuki membicarakan kejadian hari ini saat mereka meninggalkan ruangan bersama party mereka.

"Sekarang kita telah menghukum mereka dengan cara ini, aku ingin meminta kerjasamamu, tuan Iwatani."

"Yah...."

Aku gak bisa mencari alasan yang bagus untuk menolak dia.

Tetap saja, apa itu bijaksana untuk mempercayai seseorang yang memperlakukan keluarganya sendiri seperti ini? Yah mereka memang layak menerimanya sih. Itu semua kesalahan mereka. Kau menuai apa yang kau tanam.

"Apa yang harus kita bicarakan terlebih dahulu? Aku punya ide. Mari kita bicara tentang para Pahlawan dalam legenda."

Sang ratu mulai berbicara.

"Sebenarnya aku cukup suka tentang legenda dari empat Pahlawan Suci. Meski itu sedikit berbeda dari legenda di negeriku sendiri...."

"Kok bisa?"

"Tuan Iwatani, aku yakin kamu sudah membicarakan ini dengan Melty. Boleh aku mengasumsikan kamu sudah memiliki pemahaman dasarnya?"

Aku mengangguk.

"Baiklah kalau begitu, seperti yang sudah kamu ketahui, Pahlawan Perisai tidak ada didalam legenda negeri ini. Dia secara permanen dihapus dari kisahnya, dan orang-orang membicarakan dia seolah dia adalah seorang iblis."

"...uh huh."

Buku yang kubaca sebelum aku dipanggil ke dunia ini, The Records of the Four Holy Weapons, nggak memiliki informasi tentang Pahlawan Perisai. Bagian itu sepenuhnya kosong.

Aku menyadari bahwa halaman-halamam itu kosong karena aku dipanggil untuk mengisi halaman itu... tapi mungkinkah buku itu merupakan sebuah catatan legenda versi Melromarc?

Ada sesuatu yang salah. Aku gak berpikir kalau tebakanku akurat, tapi kurasa aku cuma perlu mengikutinya untuk saat ini.

"Pahlawan Perisai bekerja bersama manusia dan demi-human. Karena itulah, sering kali para Pahlawan lain menganggap dia sebagai musuh. Akan tetapi pada akhirnya mereka bisa berdamai."

Sekarang semuanya masuk akal. Kalau itu adalah bagian dari legenda, maka itu akan menjelaskan kenapa para demi-human bersedia mempercayai aku.

"Seperti yang kamu tau, Melromarc adalah sebuah negara supremasi manusia. Kami memang mempersiapkan sebuah distrik khusus dimana para demi-human bisa hidup damai, tapi mereka mengalami kehidupan yang sangat sulit."

"Uh huh..."

Aku berada di dunia ini selama lebih dari tiga bulan sekarang. Aku tau bahwa para demi-human pada dasarnya merupakan para budak di Melromarc.

"Karena semua inilah, hubungan kami dengan Siltvelt sangat buruk. Kami berperang selama bertahun-tahun."

Situasinya berkebalikan dengan Siltvelt, dimana para manusia dianggap kelas budak. Melromarc dan Siltvelt layaknya air dan minyak.

Sangat masuk akal bagi mereka untuk saling bermusuhan.

"Sekarang, karena kamu mungkin sudah tau, kepercayaan Siltvelt juga merupakan cabang dari Church of the Four Heroes, tapi bukannya memuja tiga Pahlawan, mereka memuja Pahlawan Perisai secara eksklusif."

"Aku sudah menebak sampai sejauh itu, dan nampaknya aku benar."

"Ya.... Dan sekarang adapun seperti apa itu Church of the Three Heroes... Kurasa kamu sudah mengetahuinya kan, tuan Iwatani?"

Church of the Four Heroes yang original telah terbagi menjadi dua arah yang berbeda pada Melromarc dan Siltvelt. Di Melromarc menjadi Church of the Three Heroes, sedangkan di Siltvelt menjadi Church of the Shield.

Ratu mengatakan bahwa negeri-negeri berperang dalam waktu yang lama, yang mana itu artinya....

"Aku di panggil tepat ke tengah negeri musuh?"

Aku adalah jujungan dari musuh mereka. Siapa yang mengharapkan memperlakukan junjungan musuh mereka dengan hormat? Manusia gak sepolos itu.

Gak diragukan lagi bahwa buku-buku tua dari Church of the Three Heroes dipenuhi dengan daftar-daftar tindakan jahat yang dilakukan oleh Pahlawan Perisai. Hal yang serupa terjadi di dunia asalku. Dewa dari agama musuh dipandang sebagai iblis.

Semua itu sesuai.

Mungkinkah Sampah berprasangka buruk terhadapku karena perang-perang yang dia alami melawan Siltvelt?

"Penyelidikan-penyelidikan telah menyimpulkan bahwa semua masalah ini merupakan hasil dari tindakan-tindakan yang diambil oleh Gereja, tetapi tindakan-tindakan itu juga banyak yang sudah kubatalkan."

"Aku bersimpati padamu."

"Terimakasih."

"Ya... Melty, kamu paham semua ini, kan?"

"Y...Ya!"

"Masalah besarnya masih ada. Saat keempat Pahlawan dipanggil, ada suatu upacara penting yang dilakukan yang mana setara dengan memperburuk situasinya."

"Tapi keempat pahlawan telah terpanggil."

"Ya... itu sebabnya masalahnya begitu gawat."

"Jika itu merupakan sebuah masalah yang sebesar itu, kenapa negeri-negeri lain tidak menyerang Melromarc?"

"Berkat negosiasiku... meskipun aku tidak bisa mengambil semua kreditnya. Sebagian besar karena tindakanmu, dan berkat para Pahlawan lain."

"Bunda bekerja begitu keras. Beliau sampai demam. Sekeras itulah beliau bekerja!"

"Melty."

"A...Apa?"

"Jangan terlalu kaku. Santailah sedikit. Kau membuatku kaget."

"Apaan itu?!"

"Ah... Sepertinya Melty akhinya mulai bersikap sesuai dengan usianya. Sebagai ibunya, aku sangat senang. Aku sudah pasti tidak akan membandingkan dia dengan kakaknya, tapi Melty peduli terdapat mata publik sejak dia masih kecil. Hal itu membuatnya sulit untuk menjadi dirinya sendiri."

"Bunda, bukan begitu!"

"Sampai kau tumbuh dan menjadi dirimu sendiri, mungkin kamu harus terus bersama tuan Iwatani."

"Bunda!"

Melty sangat marah. Dia betul-betul menghentikan alur pembicaraannya.

"Kenapa Gereja tidak membunuhku lebih awal?"

"Aku yakin mereka ingin ketiga Pahlawan lain yang melakukannya untuk mereka."

"Jadi mereka menunggu ketiga Pahlawan lain sampai cukup kuat?"

"Aku tau bisa memikirkan cara yang lebih baik untuk mengatakannya, tapi... para Pahlawan lain terkadang tidak terlihat memikirkan masa depan. Gereja tak diragukan lagi berpikir bahwa mereka akan mudah untuk dikendalikan."

"Ah... ya. Aku bisa memahami itu."

Mereka masih belum bisa sepenuhnya keluar dari pola pikir bermain game. Itu sangat jelas bahwa mereka terpedaya, tapi mereka gak memahami situasinya. Mereka gak pernah meragukan apa yang ada tepat didepan mata mereka.

"Tentu saja, ada banyak yang harus kita lakukan, terutama mengenai kamu, tuan Iwatani. Sangat banyak orang dari komunitas internasional yang ingin bertemu denganmu."

"Itu....."

Aku ingat bahwa Melty pernah mengatakan sesuatu seperti itu. Saat aku sedang apes, dihajar dan sendirian, orang-orang mendekati aku, dan aku menyuruh mereka untuk menjauh. Ratu menyadari bahwa aku tau apa yang beliau maksudkan dan mengangguk.

"Karena itulah, aku bisa melihat cukup banyak penipuan."

"Apa maksud anda?"

"Aku mengatakan pada dewan bahwa para Pahlawan sedang sibuk menghilangkan wabah di negeri kami."

Untuk menjaga dunia dari perang disaat-saat seperti ini... beliau pasti bekerja sangat keras.

Di dunia asalku, saat aku mengelola sebuah guild di game online yang kumainkan, ada saat-saat ketika para anggota guild lain akan mencari masalah.

Butuh banyak upaya yang harus kukerahkan untuk memadamkan api yang mereka sulut. Biasanya aku hanya perlu mengeluarkan mereka, tapi aku gak bisa melakukannya menurut peraturan. Ratu pasti merasakan hal yang sama.

"Saat tuan Iwatani berkeliling negeri membersihkan kekacauan yang ditinggalkan oleh para Pahlawan lain, itulah pukulan terakhirnya[1]"

"Para pahlawan lain tidak tau kenapa hanya aku yang didiskriminasi?"

"Kitamura bekerja bersama Lonte, dan tuan Amaki serta tuan Kawasumi menerima semua informasi dari guild. Orang-orang cenderung percaya pada wewenang dari orang di sekitar mereka. Mereka menerima apa yang dikatakan oleh mereka."

Jadi mereka cuma mempercayai apa yang dikatakan tokoh-tokoh berwewenang... Kurasa jika kau gak punya akses pada informasi lain, maka itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan.

Kalau mereka tau bahwa mereka dibohongi, mereka pasti akan mendukung aku.

Mereka cuma gak tau. Itu sebabnya mereka tampak gak punya otak. Ya, pada akhirnya Ren dan Itsuki sepertinya mengetahuinya.

"Saat aku akhirnya bisa menenangkan semua orang dan siap kembali ke Melromarc, semua ini terjadi. Aku tidak pernah menyangka bahwa Gereja memiliki sebuah replika dari empat Senjata Suci."

Bagaimana bisa beliau tau? Siapa yang menyangka Gereja memiliki sesuatu seperti itu?

"High priest adalah seorang pria yang bodoh... Saat kamu menyerang, dia harusnya mengubah senjatanya menjadi Perisai dan selamat..."

"Jadi benda itu bisa berubah menjadi sebuah perisai juga?"

"Itu benar, meskipun kamu tak bisa mengharapkan lebih dari seperempat dari kekuatan senjata aslinya."

"Jadi itu hanya seperempat dari kekuatan aslinya?"

Kalau kami naik level, kami akan empat kali lebih kuat daripada high priest? Sangat sulit untuk mempercayainya.

Gimanapun juga itu hanyalah sebuah legenda. Aku yakin bahwa seiring berjalannya waktu, sedikit pelebih-lebihan telah dilakukan... Tunggu, kalau memperhitungkan kekuatan yang dimiliki Fitoria, tampaknya itu memang memungkinkan.

Sejujurnya-kami semua mungkin memang agak terlalu lemah.

Kalai kami gak menemukan cara untuk naik level secepatnya, kami gak akan bisa selamat dari gelombang yang akan datang.

"Tindakan Sampah telah mengancam berakhirnya perdamaian jangka panjang. Dia adalah pria yang terampil, tapi yang dia tau hanyalah bagaimana caranya menyulut konflik."

Sampah pasti betul-betul ingin menjauhkan aku dari Siltvelt. Itu sebabnya dia telah meningkatkan keamanan perbatasan sampai setinggi itu.

"Akhirnya... Ya, aku ingin melakukan apapun yang aku bisa untuk mendukungmu kedepannya. Mengetahui itu, akankah kamu masih ingin pergi ke Siltvelt, memberitahu mereka kebenarannya, dan memulai perang?"

"Hmmm...."

Itu artinya, kalau beliau mau menghindari perang, ratu akan melakukan apapun yang beliau bisa untuk melindungi aku.

Tapi sejujurnya, aku betul-betul ingin mengucap "selamat tinggal" dan pergi. Tapi aku sudah berjanji pada Fitoria....

Dan Curse Series sangatlah kuat hingga aku gak bisa mengabaikan apa yang dikatakan Fitoria.

"Dan juga, entah itu Siltvelt atau Shieldfreeden, haruskah aku memberitahumu apa yang akan terjadi jika kamu pergi kesana?"

"Hm?"

"Yang pertama, sang Putri dan para putri bangsawan akan meminta bertemu denganmu. Para wanita demi-human akan membentuk harem di sekitarmu."

"Ew!"

Mereka akan mendatangi aku, menginginkan memiliki anak Pahlawan Perisai? Setelah apa yang dilakukan Lonte, pemikiran tentang wanita membuatku jijik.

Hal terakhir yang kubutuhkan dalam hidupku bukanlah wanita yang menjijikkan.

"Tentunya, mereka akan memberimu apapun yang kamu inginkan. Jika kami menyuruh mereka untuk menyerang Melromarc, mereka akan mengikutimu dan siap mempertaruhkan nyawa mereka."

Itu gak kedengaran begitu buruk, tapi masalah harem ini....

Haruskah aku melanjutkannya? Tapi... kalau aku ingin selamat sampai akhir, aku harus bekerjasama dengan para pahlawan lain. Haruskah aku meminta mereka ikut bersamaku? Apa mereka mau?

"Secara teori, semua itu tidak masalah. Tapi ingatlah bahwa tak peduli negeri mana yang kamu datangi, orang-orang yang berkuasa dan orang-orang yang memanipulasi kepercayaan orang memiliki hati yang hitam."

"Apa?"

"Tuan Iwatani yang malang, secara tiba-tiba tertimpa penyakit yang sekuat itu...."

"Aku paham maksud anda."

"Hal itu terjadi pada salah satu Pahlawan Perisai dimasa lalu."

Aku gak mau tau tentang itu.

Beliau mengatakan bahwa orang-orang mungkin memang memuja Pahlawan Perisai, tapi orang-orang yang berkuasa-orang-orang dengan sesuatu yang akan hilang-gak akan senang jika aku begitu saja mendapatkan apapun yang kuinginkan.

Kurasa itu juga masuk akal. Siapa yang mau seseorang gak jelas dari dunia lain muncul di wilayah mereka dan mulai mengubah semuanya?

Aku paham itu, tapi aku juga gak mau mati. Pilihan apa yang kupunya?

"Ngomong-ngomong, sepertinya kamu didekati oleh beberapa petualang dengan permintaan-permintaan palsu..."

"Ya."

Itu terjadi beberapa hari setelah aku dipanggil. Orang-orang bilang mereka akan bergabung dengan partyku, tapi aku harus membayar mereka. Aku membuat para Balloon menyelesaikan masalah itu.

"Bebarapa hari setelah pertemuan kalian, mayat mereka ditemukan-dipenuhi luka yang mengerikan."

"Apa?!"

Semakin banyak hal yang lebih suka gak kudengar....

"Selain itu, dalam beberapa hari, knight penjaga diserang oleh sejumlah orang dan terbunuh. Kami tidak menemukan siapa yang bertanggung jawab. Itu mungkin....."

Siltvelt adalah sebuah negeri yang ekstrim.

Itu kedengaran seperti baik surga maupun neraka tengah menantiku kalau aku pergi kesana.

Tentu saja itu cuma berlaku kalau apa yang dikatakan rayu memang benar.

"Oleh karena itu, aku percaya bahwa lebih aman bagimu untuk tetap disini, karena akhirnya kamu telah mendapatkan kepercayaan dari orang-orang."

"....."

Aku nggak betul-betul ingin bekerjasama.

Semua penderitaan dan rasa sakit yang telah kulalui gak akan menghilang begitu saja hanya karena ratu yang memerintahkannya.

Bahkan jika ratu secara langsung terlibat dalam penghukuman Sampah dan Lonte, dia hanya melakukan apa yang sewajarnya dan sesuai dengan posisinya sebagai pemimpin negeri.

Sekarang beliau bertindak seperti membantuku dan meminta kerjasamaku? Segalanya begitu mudah bagi beliau.

Selain itu, aku menghormati kemampuannya-tapi bukan berarti aku mempercayai beliau.

Sangat mudah untuk mengatakan apa yang beliau mau.

Kenyataannya adalah bahwa beliau gak mau aku mengunjungi negeri lain.

Tetap saja, kalau apa yang ratu katakan memang benar, maka aku bisa mengharapkan sambutan yang hangat dari negeri lain, bukan cuma Siltvelt atau Shieldfreeden.

Gak ada sesuatu yang istimewa pada Melromarc.

"..."

Aku sedang memikirkan semua yang beliau katakan, lalu sang ratu berlutut didepanku.

"Segala yang terjadi padamu sampai sekarang merupakan kesalahanku-tanggung jawabku. Aku mengerti bahwa itu terdengar aku meminta terlalu banyak padamu."

Beliau menundukkan kepalanya dalam-dalam padaku.

Melty sepenuhnya nggak bisa berkata apa-apa. Raphtalia melihat dengan mata terbelalak kaget. Bahkan Filo tampaknya mengerti kalau sesuatu yang penting sedang terjadi.

"Tapi mohon mengertilah. Aku tidak... bukan, negeri ini tidak punya pilihan lain selain bergantung padamu. Jika memenggal kepalaku akan meredakan amarahmu, maka lakukanlah. Jika mengubah namaku akan meredakan amarahmu, maka lakukanlah."

"Bunda...."

"Jadi kumohon, berbelaskasihanlah. Mulai dari sekarang aku akan mencegahmu diperlakukan secara tidak adil. Aku bersumpah atas namaku: Mirellia Q. Melromarc. Aku akan menandatangi sebuah kontrak sihir."

Wanita ini.....

Dia menggunakan wewenangnya untuk mencegah Sampah dan Lonte terbunuh, lalu berbalik dan menawarkan nyawanya sendiri?

Kalau dia menawarkan kepala Lonte atau Sampah padaku, aku mungkin gak akan pikir panjang-tapi aku betul-betul gak mau melihat ratu mati.

Melromarc pasti berada dalam situasi yang betul-betul buruk.

Dia mengatakan bahwa masa depan negeri bergantung... padaku?

Kalau aku mau, aku bisa menggunakan dunia untuk melawan mereka dan membakar negeri ini sampai rata dengan tanah.

Tapi...

"Sekali saja."

"Apa maksudmu?"

"Salah satu shadow milik anda datang menyelamatkan kami. Dan karena anda membantu kami mengalahkan high priest."

"Itu artinya...."

"Aku akan mempercayai anda-tapi sekali saja. Namun apapun yang terjadi, aku tidak akan mempercayai anda setelah itu."

"Terimakasih."

Dia membungkuk dalam-dalam padaku sekali lagi, dan menyatakan rasa terimakasihnya.

Apa aku jadi lemah?

Tapi kalau aku terus meragukan segalanya, aku gak akan pernah bisa melangkah maju.

Aku ingat apa yang dikatakan Fitoria.

Nggak ada waktu buat para pahlawan untuk saling bertengkar sendiri. Si Filolial Legendaris yang besar itu bakal datang membunuh kami kalau kami terus bertikai.

Musuh para pahlawan bukanlah sebuah negeri, tapi gelombang.

Jika negara-negara berperang, lalu dimusnahkan oleh gelombang, maka gak ada artinya sama sekali.

Dan aku tentunya gak bisa melupakan bahwa, demi semua niat dan tujuan, para pahlawan telah kalah dalam pertempuran saat gelombang terakhir.

Nggak ada gunanya menghasilkan lebih banyak musuh.

Aku selalu dikelilingi musuh sepanjang waktu ini, tapi sekarang hal itu akan berubah.

Aku gak peduli tentang apa yang terjadi pada dunia ini, tapi satu-satunya cara aku bisa kembali ke dunia asalku adalah jika aku bisa mengalahkan gelombang.

Aku harus berfokus pada gelombang... Pada Glass.

Cuma menyadari hal itu saja merupakan langkah maju yang besar.

Ratu kembali berdiri dan menutupi bibirnya dengan kipas yang terlipat.

"Bisakah kamu merahasiakan pembicaraan kita dari para Pahlawan lain? Seorang Pahlawan juga merupakan anak seseorang. Jika mereka mendengar bahwa salah satu dari mereka menerima perlakukan khusus...."

Beliau benar. Ada banyak poin dalam pembicaraan ini yang lebih baik para pahlawan lain gak tau.

Aku gak tau tentang Ren atau Motoyasu, tapi nampaknya Itsuki mungkin akan ngambek kalau sampai dengar.

Selain itu, mencegah perkembangan yang dramatis lebih lanjut lagi, itu tampak seperti aku telah meningkat pesat.

"Baik. Aku tidak akan mengatakannya...."

"Ya. Terimakasih. Aku akan menerima tanggungjawab atas pengelolaan masalah ini kedepannya."

"Begitukah? Kalau begitu aku akhirnya bisa mencoret satu musuh dari daftarku..."

"Aku sungguh minta maaf. Kamu di panggil ke sini padahal sama sekali tidak ada hubungannya dengan konflik-konflik kamu... Lalu kamu dipaksa untuk bertarung. Kuharap aku bisa berbuat lebih banyak untukmu, tapi saat ini tanganku masih terikat. Aku minta maaf."

"Tidak usah pikirkan itu. Mari kita fokus pada langkah selanjutnya. Anda bilang kita harus membicarakan sesuatu dengan tiga pahlawan yang lain."

"Ya, tapi aku ingin kamu menjadi bagian dari pembicaraan itu. Jadi mari kita bicarakan saat makan malam."

"Baik."

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C84
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank 200+ Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT