Akhirnya, fajar datang.
Kami menyelesaikan sarapan dan sedang menunggu panggilan dari raja. Sudah sewajarnya untuk memberi kami sedikit waktu luang dipagi hari. Nggak seorangpun mau merasa tergesa-gesa turun dari ranjang. Akhirnya, saat matahari sudah cukup tinggi di langit, mungkin sekitar jam 10, sang raja memanggil kami. Kami nggak bisa menenangkan diri dan bergegas ke ruang pertemuan, jantung kami berdetak kencang di dada kami.
"Silahkan masuk para Pahlawan."
Pintu aula tamu terbuka dan menunjukkan sekelompok orang asing yang terdiri dari 12 orang, semuanya berpakaian seolah mereka hendak pergi melakukan petualangan.
Ada para knight diantara mereka.
Sang raja tentunya tau gimana caranya menunjukkan dukungannya.
Kami semua menunduk pada sang raja, dan mendengarkan usulannya.
"Seperti yang telah kita diskusikan kemarin, aku telah memanggil orang lain untuk membantu kalian dalam perjalanan kalian. Sepertinya panggilanku tidak diabaikan."
Kalau masing-masing dari kami diberi tiga orang pendukung, kami mungkin bisa bertahan.
"Nah sekarang, para petualang yang berkumpul, silahkan pilih Pahlawan Legendaris mana yang ingin kalian dampingi."
Tunggu, jadi mereka yang memilih?
Hal itu membuat kami terkejut. Kalau aku berpikir tentang hal itu, itu masuk akal. Kami semua datang dari dunia lain, jadi apa yang kamk tau mengenai perjalanan kami? Lebih baik membiarkan penduduk yang berpengalaman yang membuat keputusan.
Kami berempat berbaris.
Para petualang yang berkumpul berjalan kearah kami, dan membentuk kelompok kecil didepan patner yang mereka inginkan.
Lima orang berdiri didepan Ren.
Empat orang berdiri didepan Motoyasu.
Tiga orang berdiri didepan Itsuki.
Dan didepanku? Tentunya— nggak ada.
"Tapi Yang Mulia!" Aku berkata pada sang raja. Gimana bisa jadi begini? Itu sungguh nggak adil! Sang raja terkesima oleh protesku. Dia mengatakan, "Aku tidak menduga hal seperti ini."
"Dia tidak populer, kan?" Sang menteri mendesah, seolah nggak ada lagi yang bisa dia lakukan. Sang raja nampak nggak tertarik.
Pria berjubah membisikkan sesuatu pada sang raja, dan mereka tampak tertawa. Tapi kenapa?
"Jadi ada rumor seperti itu?"
"Rumor apa itu?" tanya Motoyasu. Dia memasang ekspresi aneh.
Situasinya sungguh nggak adil. Aku sama sekali nggak bisa memahaminya. Itu seperti berada di SD saat kami dibagi kedalam tim. Kurasa aku adalah pilihan terakhir? Gimana bisa mereka melakukan ini padaku, disini di dunia yang betul-betul baru?
"Sepertinya orang-orang bergosip ria disekitar istana. Mereka mengatakan bahwa diantara keempat Pahlawan, sang Pahlawan Perisai nggak tau banyak tentang dunia kami."
"Apa?!"
"Legenda mengatakan bahwa keempat Pahlawan yang dipanggil akan memiliki pemahaman tentang negeri kami. Orang-orang bertanya-tanya apakah kau akan benar-benar bisa memenuhi syarat yang ditetapkan dalam legenda."
Motoyasu menyikutku dari samping.
"Kurasa seseorang menguping kita tadi malam."
Yang dia maksudkan percakapan kami mengenai game. Mereka mengabaikan aku karena aku belum mendengar sebuah game?! Selain itu, legenda seperti apa ini? Aku mungkin nggak tau banyak tentang kerajaan mereka, tapi gimanapun juga aku tetaplah sang Pahlawan Perisai!
Menurut orang lain, aku terjebak pada kelas yang paling nggak berguna.... tapi ini bukanlah game!
"Ren! Kau nggak akan bisa menggunakan lima orang! Ayo berbagi!"
Para petualang yang berdiri disekitar Ren tiba-tiba bersembunyi di belakang dia, kaki mereka gemetaran. Mereka berperilaku seperhi domba yang ketakutan.
Ren kelihatan jengkel, dan menggaruk kepalanya, kebingunan. Lalu dia bilang, "Aku seorang penyendiri, jadi kalau kalian nggak bisa menguranginya, akan aku tinggalkan kalian."
Dia mengatakannya agak memaksa, tapi nggak ada satupun orang yang ada dibelakang dia menunjukkan tanda-tanda bergerak.
"Motoyasu! Gimana menurutmu? Bukankah ini mengerikan?!"
"Yah...."
Ngomong-ngomong, aku ingin menunjukkan bahwa nggak ada laki-laki diantara para petualang yang bersama Motoyasu. Itu kayak seperti dia membuka sebuah rumah bordil (pelacuran) atau semacamnya.
"Yah, aku nggak mau berat sebelah disini.... tapi uh..."
Itsuki kelihatan agak bingung tapi nampak mengatakan bahwa dia nggak bisa menolak dengan tepat bantuan yang telah dia tawarkan.
Semua petualang yang berkumpul disekitar Motoyasu adalah para wanita. Kurasa dia benar-benar memiliki daya tarik terhadap mereka. Itu seperti semacam daya tarik tersendiri.
"Kurasa akan adil kalau membagi mereka secara merata, masing-masing mendapatkan tiga rekan. Namun tidaklah jantan menolak mereka setelah mereka membuat keputusan." Apa yang dikatakan Itsuki terdengar cukup wajar, dan Semua orang di ruangan mengangguk.
"Maksudmu aku harus sendirian?"
Aku udah terjebak dengan sebuah perisai! MEREKA adalah orang-orang yang mengatakan bahwa itu adalah kelas terburuk! Kalau aku nggak punya party, gimana caranya aku bisa jadi lebih kuat?
"Yang Mulia, jika tidak apa-apa, aku bisa mendampingi Pahlawan Perisai." Salah satu dari wanita yang bersama Motoyasu mengangkat tangannya.
"Hm? Apa kau yakin?"
"Ya."
Dia manis dan memiliki rambut merah sebahu. Wajahnya juga cantik. Dia cukup tinggi, sedikit lebih pendek dari aku.
"Apa ada yang lain diantara kalian yang mau ikut Tuan Naofumi?"
...Ngggak satupun yang bergerak. Sang raja mendesah dalam-dalam.
"Kurasa tidak ada. Tuan Naofumi, kau harus merekrut rekan lain saat kau melakukan perjalanan. Setiap bulan, aku akan menyuplai kalian semua dana yang diperlukan untuk perjalanan kalian, kompensasi untuk hari ini, upah pertama Naofumi akan lebih tinggi daripada yang lainnya."
"B...Baik, Yang Mulia!"
Kayaknya itu adalah solusi yang adil.
Kalau nggak seorangpun mau bersamaku secara sukarela, aku harus mencari orang untuk membantuku.
"Dan sekarang, para Pahlawan, aku telah menyiapkan dana ini untuk kalian. Silahkan terima."
Para membantu menaruh amplop didepan kami.
Aku bisa mendengar sesuatu yang berat dan gemerisik logam didalam bungkusan tersebut, yang terlihat didalamnya adalah kantong uang yang cukup besar.
"Aku telah menyiapkan 800 keping silver untuk Tuan Naofumi, dan 600 keping untuk yang lainnya. Silahkan ambil dana ini dan mulailah perjalanan kalian."
"Baik Yang Mulia!" Kami menjawab serempak.
Masing-masing dari kami membungkuk memberi hormat sebelum kami keluar dari ruang pertemuan. Setelah kami keluar dsru ruangan, kami berkenalan.
"Um, senang bertemu denganmu, Tuan Pahlawan Perisai. Namaku Myne Suphia."
"Sama-sama."
Dia nggak tampak terlalu pemalu, dan dia berbicara tanpa keraguan. Dengan semua yang terjadi, kurasa aku lupa menyebutkan bahwa dia adalah cewek yang bersedia untuk bersamaku.
Aku percaya dalam mengurus teman-temanmu. Terutama mempertimbangkan hal itu, menurut semua orang yang telah kutemui sampai saat ini, aku berada dalam situasi yang nggak menguntungkan. Diatas semua itu, Myne adalah seorang cewek, dan aku adalah sang Pahlawan Perisai. Semuanya tergantung padaku untuk melindungi dia.
"Baiklah kalau begitu, haruskah kita pergi sekarang, Nona Myne?"
Dia tersenyum dan mengangguk sebelum mengikuti aku keluar dari ruangan.
Ada jembatan angkat diantara istana dan kota. Melintasinya, aku pertama kalinya menatap kota itu.
Tadi malam aku cuma melihat sekilas dari jendela, tapi sekarang berdiri disini, ditengah semua ini, aku benar-benar mulai merasa seperti aku telah datang ke dunia yang berbeda.
Jajanan batu kerikil serta bangunan batu yang berbaris, banyak rumah yang dihiasi dengan papan nama kayu. Ada aroma lezat yang mengambang diudara dari banyak arah sekaligus.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Kurasa akan bijaksana untuk mencoba mendapatkan beberapa equipment dan armor yang lebih baik."
"Ide bagus. Dengan uang yang diberikan raja pada kita, kita harusnya bisa mendapatkan beberapa barang berkualitas."
Satu-satunya equipment yang kumiliki adalah sebuah perisai, jadi mendapatkan sebuah senjata adalah hal yang penting. Tanpa senjata, aku nggak akan punya peluang menang melawan monster. Aku bahkan nggak akan berguna bagi rekan kelompokku tanpa adanya senjata. Selain itu, para Pahlawan yang lain semuanya memiliki senjata yang akan naik level bersama mereka. Kalau aku nggak melakukan apa-apa, mereka akan membuangku dalam waktu singkat.
Mempertimbangkan semua yang mereka lalui untuk memanggilku kesini, kayaknya nggak benar untuk bermalasan. Dan selain itu, meskipun aku terjebak dengan kelas yang lemah, Myne masih mau mendampingi aku.
Aku harus melakukan apa yang bisa kulakukan, demi dia.
"Yah, aku tau sebuah toko yang bagus kalau kamu siap untuk pergi."
"Baiklah."
"Bagus."
Senjata memang penting, tapi yang betul-betul kau butuhkan adalah teman. Myne berjalan memanduku ke toko senjata yang dia tau. Dia berjalan seolah dia melompat-lompat.
Sudah cukup lama kami berjalan menjauh dari istana saat Myne akhirnya memperlambat jalannya dan berhenti didepan sebuah toko. Ada tanda yang besar dengan bentuk pedang yang menggantung pada pintu kayu.
"Inilah toko yang kubicarakan."
"Wow."
Aku melirik ke bagian dalam melalui pintu yang terbuka. Ada segala macam senjata menggantung di dinding batu. Itu sama persis dengan apa yang kau bayangkan ketika kau berpikir tentang sebuah "toko senjata". Kayaknya mereka juga menyediakan armor dan barang-barang lain yang diperlukan untuk berpetualang.
"Selamat datang." sapa ramah dari pemilik toko pada kami. Bahkan pemilik tokonya juga sama persis seperti seorang yang kau gambarkan saat kau berpikir tentang sebuah "toko senjata". Dia bersandar pada meja, dan seluruh pemandangannya terasa seperti sebuah lukisan. Aku lega, karena aku takut pada pemilik tipe gemuk dan pendek. Aku betul-betul berada di dunia yang betul-betul baru....
"Jadi ini adalah toko senjata...."
"Jadi ini adalah pertama kalinya kau masuk kedalam toko senjata. Yah, tentunya kau tau bagaimana untuk mengambilnya."
"Sebenernya, rekanku ini yang memberitahuku tentang tokomu." Aku menunjuk pada Myne, sebagai tanggapan Myne mengangkat tangannya dan melambai menyapa.
"Terimakasih banyak.... Nona... Hei, apa kita pernah bertemu disuatu tempat?"
"Aku pernah kesini sebelumnya, tuan. Dan juga, tokomu sangat terkenal disekitar sini."
"Yah, terimakasih. Ngomong-ngomong, kalau boleh aku bertanya, siapa temanmu yang berpakaian aneh ini?"
Kurasa itu masuk akal. Di dunia lain ini, mereka akan menganggap pakaianku tampak aneh. Aku mungkin tampak seperti anak pingiran yang jalan-jalan di kerajaan, atau hanya orang gila.
"Kurasa kamu sudah tau jawabannya, tuan."
"Maksudmu... kau adalah salah satu dari... para Pahlawan? Wow!"
Pria itu mulai melihatku dengan cermat.
"Dia nggak tampak kuat."
Aku nggak bisa mempercayai telingaku!
"Mengatakan padaku secara terang-terangan yang kau rasakan! Astaga!"
Tapi pria itu memang benar. Aku betul-betul nggak tampak seperti aku bisa berbuat banyak. Itu sebabnya aku harus menjadi lebih kuat.
"Dengar, Hero-Boy. Kalau kau nggak mendapatkan equipment yang layak, para petualang lain akan mengepel lantai bersamamu."
"Kayaknya sih gitu..."
Kayaknya aku menyukai pria itu. Dia tampak jujur.
"Sepertinya kau yang mengalami situasi yang buruk?"
Aku merasa wajahku berkedut mengakui. Gimana bisa gosipnya menyebar secepat ini? Terserahlah. Aku nggak boleh mengakui kekalahan sebelum berusaha.
"Aku Pahlawan Perisai, Naofumi Iwatani. Segalanya mungkin akan sulit mulai dari sekarang, jadi aku menyambut bantuanmu." Itu adalah pengenalan diri yang agresif, tapi aku juga harus meyakinkan diriku sendiri.
"Tuan Naofumi kan... Baiklah, kuharap kau menjadi reguler disini. Coba kita lihat apa yang bisa kita lakukan!"
Dia memang seorang pria yang ramah.
Myne berjalan maju dan berbicara. "Tuan, bukankah kau punya equipment bagus untuk temanku ini?"
"Tentu aku punya, tapi bagaimana dengan anggaran kalian?"
"Yah...."
Myne menatapku melakukan penafsiran.
"Kami mungkin bisa menghabiskan sampai 250 keping."
Kami hanya punya 800, dan kami akan menghabiskan 250 pada equipment.
"Sebanyak itu, huh? Baiklah, kau harus mulai melihat sebelah sini." kata si pemilik, saat dia berjalan di toko dan mengeluarkan berbagai senjata dari dinding.
"Katakan padaku, bocah. Kau punya suatu jenis senjata favorit?"
"Nggak ada."
"Kalau begitu, maka aku akan merekomendasikan sebuah pedang yang cukup ringan untuk pemula." Dia melanjutkan meletakkan sejumlah pedang di meja. "Semua ini dilapisi dengan Blood Clean, jadi sangat mudah digunakan."
"Blood Clean?"
"Darah yang ada dibilah akan mengikis ketajamannya, membuat perawatannya lebih sulit. Pedang-pedang ini nggak punya masalah itu."
"Wow…"
Aku terkejut, tapi memikirkannya sebentar, aku menyadari bahwa bahkan di duniaku sendiri orang-orang mengatakan bahwa pisau kehilangan ketajamannya setelah memotong daging. Kurasa yang dia maksudkan bahwa pedang-pedang ini akan tetap tajam untuk waktu yang lama. Aku menatap padang-pedang itu sebentar.
Pedang-pedang itu berkualitas jauh lebih tinggi daripada replika pedang manapun yang pernah kulihat sebelumnya. Semuanya tampak seperti senjata-senjata yang gak main-main.
"Pedang-pedang ini, secara berurutan dari yang paling murah adalah: Iron, Magic Iron, Magic Steel, dan Silver Iron. Semakin mahal, peningkatan kualitasnya sangat besar."
Apa tingkat kekerasannya berbeda berdasarkan bijih mentah yang digunakan dalam pembuatannya? Kayaknya semuanya terbuat dari besi.
"Juga ada senjata-senjata berkualitas lebih tinggi, tapi dengan anggaran 250, hanya ini yang bisa kau pilih."
Aku sudah mendengar ini sebelumnya. Ini kayak video game, gimana toko senjata di kota pertama memilki senjata yang sangat bagus yang tersedia. Akan tetapi, toko ini kayaknya memiliki varietas yang betul-betul luas. Itu membuatnya lebih seperti sebuah game online. Namun ini BUKANLAH sebuah game. Di dunia nyata, didunia nyata manapun, toko-toko senjata di ibukota pasti punya material bagus yang tersedia, kan?
"Pedang besi... Hmm..."
Aku mengambil salah satunya, dan itu sangat berat. Perisai yang kubawa begitu ringan hingga aku terkadang lupa kalau ada perisai itu, tapi senjata-senjata ini memiliki bobot yang signifikan. Aku harus menggunakan senjata ini untuk melawan monster yang kami temui...
"Woah!"
Tiba-tiba, seolah terkena sengatan listrik, pedang besi yang kupegang terlepas.
"Huh?"
Si pemilik toko dan Myne menatapku, dan kemudian melihat pada pedang yang terjatuh. Aku mengulurkan tangan ke pedang itu lagi, menganggap aku menjatuhkannya. Pedang itu ada di tanganku seolah sama sekali nggak ada sesuatu yang aneh yang terjadi. Terus apaan yang barusan?
Aku bertanya-tanya apa yang telah terjadi ketika rasa sakit tersebut menyerang tanganku lagi.
"Ouch!"
Apa yang terjadi? Aku menatap pemilik toko. Berpikir dia pasti mengetahui sesuatu, tapi dia menggeleng. Aku nggak berpikir bahwa Myne yang mau menggangguku, tapi hanya untuk amannya aku menatap dia juga.
"Sepertinya pedang itu terlepas begitu saja dari tanganmu."
Tapi itu nggak mungkin... Itu nggak masuk akal. Aku menatap telapak tanganku. Saat aku menatap telapak tanganku, kata-kata mulai muncul dalam pandanganku.
Spesifikasi Senjata Legendaris: sebuah senjata selain equipment yang telah ditentukan, melanggar peraturan.
Apa-apaan itu?
Aku bergegas mengeluarkan layar bantuan dan segera membaca artikel yang ada disana.
Ketemu!
Para Pahlawan tidak boleh memegang sebuah senjata selain Senjata Legendaris yang telah ditentukan untuk mereka dengan niat untuk bertarung menggunakan senjata tersebut.
Apa?! Apa itu artinya aku nggak bisa menggunakan sesuatu yang lain selain sebuah perisai dalam pertempuran? Game mengerikan macam apa yang hanya mengijinkanmu bertarung menggunakan sebuah perisai?
"Yah," kataku sambil meringis dan mengangkat wajahku pada yang lainnya. "Kayaknya aku cuma diijinkan untuk menggunakan sebuah perisai...."
"Tapi kenapa? Bisakah kau menunjukkan perisai itu padaku?"
Aku mengarahkan tanganku yang ada perisainya pada pemilik toko, tapi cuma itu yang bisa kulakukan, karena aku masih belum bisa melepas perisai tersebut.
Pria itu membisikkan sesuatu, dan bola cahaya kecil diarahkan pada perisaiku, namun cuma terpantul begitu saja. "Yah," kata dia. "Perisai ini memang tampak seperti sebuah Small Shield normal... tapi ada sesuatu yang aneh..."
"Oh, kau tau apa itu?" Tanyaku.
Perisai ini juga memang disebut Small Shield du layar statusku, dengan embel-embel "Senjata Legendaris".
"Kau lihat permata yang menempel di bagian tengah perisai ini? Aku merasakan energi yang besar memancar darinya. Aku mencoba mencaritahunya menggunakan sihir penilaian milikku, tapi tak mampu mendapatkan informasi apapun. Kalau itu terkutuk, aku harusnya langsung mengetahuinya." Dia mendesah dan menatapku, membelai jenggotnya. "Yah, kau tentunya menunjukkan sesuatu yang menarik padaku. Kurasa kau akan membutuhkan barang-barang defensif?"
"Ya, tolong."
"Aku akan memberimu apa yang bisa kudapat dengan 250, yang mana mungkin sebuah armor yang sesuai."
Mengingat aku sudah punya sebuah perisai, aku harus setuju dengan dia.
Si pemilik toko menunjuk varietas armor yang dia miliki di toko.
"Armor full plate cenderung mengganggu pergerakanmu, jadi itu nggak betul-betul cocok untuk berpetualang. Meski begitu, chainmail lebih baik untuk seorang pemula."
Aku memegang armor chainmail itu. Armor itu berderik dan berdenting di tanganku. Itu adalah sebuah pakaian utuh yang terbuat dari besi! Kurasa itu kokoh. Apa cuma itu yang dia tawarkan?
Sebuah ikon muncul didepanku, dan aku segera membukanya.
Chainmail
Meningkatkan kekuatan defensif
Mengurangi damage tebasan
Ukuran: kecil
Ah huh. Nggak ada informasi yang muncul saat aku menyentuh pedang tadi karena aku nggak bisa memakainya.
"Berapa harganya armor ini?" Myne bertanya pada pemilik toko.
"Aku akan memberimu diskon. Bayar saja 120."
"Berapa yang kami dapat kalau dijual lagi?"
"Hm... Kurasa kau bisa menjualnya dengan harga sekitar 100."
"Kenapa begitu?"
"Aku bilang begitu karena kalau sang Pahlawan Perisai melampauinya, kita mungkin bisa menjualnya lagi."
Aku mulai paham. Aku masih level 1, jadi saat aku naik level, aku akan bisa memakai sesuatu yang lebih baik, artinya chainmail kmi nggak akan berguna selama itu. Kayaknya toko ini memiliki armor yang lebih baik, tapi itu adalah tentang yang terbaik yang bisa kulakukan pada levelku saat ini.
"Baiklah kalau begitu, kami akan membelinya."
"Terimakasih banyak! Aku akan memberi beberapa lapisan dalam sebagai rasa terimakasih."
Kami berterimakasih, menyerahkan 120 silver pada dia, dan menerima chainmail tersebut.
"Apa kau mau memakainya disini?"
"Ya."
"Baiklah, ke sebelah sini."
Dia memanduku ke ruang ganti dimana aku bisa berganti kaos dalam dan chainmail tersebut. Dia kemudian mengambil pakaian asliku dan mengemasnya kedalam kantong untukku.
"Nah, kau sekarang mulai kelihatan sebagaimana mestinya petualang, bocah!"
"Makasih."
Kurasa dia berusaha mengatakan sesuatu yang bagus.
"Kalau begitu, Pahlawan. Apa kita berangkat sekarang?"
"Tentu!"
Aku mulai merasa seperti seorang petualang yang sebenarnya saat Myne dan aku meninggalkan toko.
Kami berjalan kembali ke istana dan masuk melalui gerbang utama. Dalam perjalanan kami, seorang knight menunduk padaku, jadi aku melambaikan tangan sebagai balasan. Aku merasa senang.
Sungguh menggairahkan! Petualanganku akhirnya dimulai.
***
Setelah keluar dari istana, padang rumput terbentang di segala arah.
Setidaknya ada jalan batu kerikil yang berliku di pemandangan tersebut, tapi setelah kami meninggalkan kota, itu kayak dunia ini isinya cuma hijau, hijau, dan hijau.
Ini mengingatkan aku pada Hokkaido.
Itu mengejutkan aku karena ini merupakan hal baru dan mempesona. Aku bisa melihat bentang langit dan cakrawalanya. Aku menyadari bahwa berlarian dalam kegembiraan gak akan cocok denganku, mengingat aku adalah pahlawan, jadi aku berusaha sebisa mungkin untuk menahan emosiku.
"Nah sekarang, Pahlawan. Dataran ini dipenuhi dengan monster yang cukup lemah, dan melawan mereka harusnya merupakan latihan yang sangat bagus."
"Ide bagus. Aku nggak punya pengalaman bertarung, jadi kayaknya ini adalah kesempatan yang bagus."
"Berjuanglah."
"Huh? Kamu nggak ikut bertarung bersamaku, Myne?"
"Sebelum aku ikut bertarung, aku ingin melihat kemampuanmu."
"Oh? Baiklah kalo gitu."
Kurasa itu masuk akal. Dia memiliki lebih banyak pengalaman daripada aku, dan tentu saja dia ingin melihat seberapa kuatnya aku.
Lagipula, kupikir aku akan melawan monster yang Myne pikir akan cukup mudah bagiku.
Kami mencari-cari di medan selama beberapa saat sebelum menemukan sesuatu diantara rerumputan. Itu tampak seperti sebuah balon oranye.
"Yang itu, kami menyebutnya 'Orange Balloons', dan mereka cukup mudah dikalahkan."
Itu adalah sebuah nama yang bodoh. Kreatifitas disini sangat parah.
"Gah!"
Monster itu mengeluarkan teriakan marah dan matanya menyala agresif padaku, mengkonfirmasi status musuhnya.
Mahluk yang seperti balon itu menakuti burung-burung saat dia berlari untuk menyerangku.
"Kamu bisa melakukannya, Pahlawan!"
"Oke!"
Aku harus kelihatan keren mengingat Myne ada disini. Aku memegang perisai di tangan kananku, dan memukul binatang itu dengan ujungnya yang lancip.
"Haa!"
Aku berhasil melakukan serangan, tapi... BOING! Seranganku terpantul. Mahluk itu sangat elastis! Dan kupikir dia akan meletus....
Si Orange Balloon menggembung dan meluncur kearahku lagi.
"Ah!"
Aku mendengar suara dentingan dari tempat mahluk itu menggigitku.
Aneh, nggak ada rasa sakit ataupun iritasi. Si Orange Balloon terus menggigit lenganku, tapi serangannya kayaknya nggak ada pengaruhnya.
Aku merasa seperti perisainya memancarkan semacam penghalang defensif yang lembut disekitarku. Mungkinkah ini adalah kekuatan sebenarnya dari perisai ini?
Dalam diam aku melihat kearah Myne.
"Berjuanglah, Pahlawan!"
Kayaknya aku nggak bisa menghasilkan maupun menerima damage.
"AAARRRRGGGHHHH!"
Aku memukul Orange Balloon dengan tinjuku, seperti seorang warrior legendaris tertentu.
Lima menit kemudian....
Pow!
Dengan hembusan udara lembut, Orange Balloon meledak.
"Huff… huff… huff…"
Aku mendekat suara keras, dan melihat bahwa bar expku sekarang terbaca: 1
Kurasa itu artinya aku mendapatkan 1 exp poin. Tapi kalau membutuhkan waktu selama itu untuk mendapatkan 1 poin... Aku nggak mau melakukannya selama itu. Selain itu, ini sulit. Cuma segini yang bisa kau lakukan dengan tangan kosong.
"Bagus, Pahlawan."
Myne menyemangati aku, tapi sesuatu tentang itu terasa nggak ada harapan.
"Huh?"
Aku mendengar langkah kaki mendekat. Aku menoleh dan melihat Ren berjalan bersama rekan-rekannya. Aku berpikir untuk memanggil mereka, tapi mereka kelihatan begitu serius dan fokus, jadi kuputuskan untuk gak mengganggu.
Tiga Orange Balloon muncul didepan Ren.
...Tapi.
Ren mengayunkan pedangnya, dan ketiga musuh itu langsung meledak. Satu serangan?! Ayolah, ini sama sekali nggak kelihatan adil!
"..."
Aku prihatin, tapi Myne melambaikan tangannya didepan wajahku.
"Nggak apa-apa! Semua Pahlawan memiliki cara mereka masing-masing dalam bertarung."
".....Makasih."
Apa yang kudapatkan dari pertarungan melawan Orange Balloon adalah bahwa setelah menyerang selama lima menit dan nggak menerima damage, aku pastinya memiliki pertahanan dalam jumlah yang cukup besar.
Orange Balloon yang tewas meninggalkan barang jarahan yang bisa kuambil. Itu adalah kerangka Orange Balloon. Setelah menyentuhnya, perisaiku mulai berkedip.
Saat barang jarahannya dekat dengan perisainya, kerangka itu terselimuti cahaya lembut dan terserap kedalam permata perisai tersebut.
Orange Balloon didapatkan
Kata-kata itu muncul didepanku, dan ikon buku senjata mulai bersinar. Aku melihat kedalamnya dan melihat sebuah ikon perisai oranye kecil. Kayaknya yang kukumpulkan belum cukup, tapi Orange Ballloon adalah sebuah item yang diperlukan untuk meningkatkan perisai.
"Jadi begini cara kerjanya Senjata Legendaris?"
"Ya. Nampaknya itu untuk meningkatkannya, senjata itu akan menyerap item-item tertentu."
"Gitu ya."
"Ngomong-ngomong, berapa harga yang kita dapatkan untuk barang jarahan yang baru saja kita peroleh?"
"Hmm... Mungkin satu keping bronze?"
"Berapa banyak keping bronze agar senilai dengan satu keping silver?"
"100 keping."
Kurasa sudah sewajarnya, mengingat seberapa mudah mereka dikalahkan oleh Ren.
"Baiklah Myne, giliranmu."
"Kurasa kamu benar."
Saat dia berkata begitu, dua Orange Balloon muncul dijarak yang dekat dan mulai bergerak kearah kami.
Myne menghunus sebuah pedang yang menggantung dipinggangnya dan mengayunkannya dua kali dalam gerakan yang cepat. Pow! Pow! Kedua Orange Balloon itu meledak.
Woah.... apa aku betul-betul selemah itu?
Terlepas dari itu, sudah jelas bahwa aku... atau setidaknya perisaiku, nggak akan bisa menang dalam pertempuran.
Pada tingkat ini, itu membuatnya lebih masuk akal kalau Myne yang bertarung, dan aku yang akan menangani pertahanan dari party kami.
"Baiklah kalau begitu, Myne, kau yang akan bertarung, dan aku yang akan mengurus pertahanan. Coba kita lihat seberapa jauh hal itu berguna untuk kita."
"Ok." dia mengangguk.
Kami tetap berada diarea ini sampai matahari mulai terbenam. Kami melawan para Orange Balloon yang kami temui, dan juga menemukan beberapa Yellow Balloon.
"Kalau kita melanjutkan sedikit lebih jauh, kita akan bertemu monster-monster yang lebih kuat, tapi lebih baik kita kembali kalau kita mau sampai di istana sebelum gelap."
"Yah, rasanya aku pengen bertarung sedikit lagi..."
Mengingat aku nggak menerima damage sedikitpun, dan bertahan terhadap para balon sangatlah mudah, aku ingin melanjutkan terus.
"Kita kembali saja lebih awal untuk hari ini, dan menggunakan waktu ekstra untuk mengunjungi lagi toko senjata itu. Kalau aku mendapat equipment baru, kita bisa melanjutkan lebih jauh besok."
"Kurasa kau benar."
Itu akan membutuhkan waktu lebih lama untuk naik level, jadi kurasa nggak ada alasan untuk mengakhiri untuk hari ini. Dan juga, perisaiku telah menyerap semua yang bisa diserap, jadi barang jarahan Orange Balloon tetap berada dimana asalnya.
Kayaknya, saat aku naik level, perisaiku juga akan menjadi lebih kuat.
Pokoknya, kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan untuk hari ini dan berjalan kembali ke Kota Istana.
***
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT