Download App
2.91% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 3: Chapter 3 Diskusi Para Pahlawan

Chapter 3: Chapter 3 Diskusi Para Pahlawan

Ada tempat tidur penuh hiasan yang dipersiapkan untuk kami di kamar yang disediakan. Semua orang duduk disana, dengan cermat mangamati senjata mereka, dan membiarkan pandangan mereka tenggelam dalam memeriksa layar status mereka.

Aku menatap jendela, hanya untuk mendapati bahwa matahari telah terbenam sejak tadi, yang mana menunjukkan seberapa banyak waktu yang telah kami habiskan untuk membaca instruksi tersebut.

Ok, coba lihat. Senjata Legendaris sama sekali nggak butuh perawatan. Senjata itu memang kuat dan cukup kokoh. Material senjata itu terdiri dari reaksi pada level pahlawan yang memegangnya, dan setiap monster yang dibunuh tercatat pada sesuatu yang disebut buku senjata.

Buku senjata adalah sesuatu yang sepertinya menyimpan daftar dari semua bentuk perubahan Senjata Legendaris. Ada sebuah buku senjata untuk perisaiku yang bisa dilihat dari ikon senjata. Aku membukanya.

Fwip!

Batas layarnya dengan cepat meluas memenuhi bidang pandangku, dan layat tersebut dipenuhi dengan barisan ikon senjata. Kayaknya nggak satupun upgrade yang tersedia untuk saat ini. Huh, apa kau mempercayainya? Itu tampak seperti senjata tertentu bisa dipakai dan ditingkatkan, berkembang semakin kuat seiring waktu.

Aku paham. Itu sama seperti skill dan senjata naik level di game online. Dikatakan bahwa untuk mempelajari skill, kekuatan tersembunyi disenjata kami harus dibangkitkan. Itu tampak sama persis dengan sebuah game.

"Hei, ini sama seperti sebuah game, gimana menurut kalian?"

Kayaknya yang lainnya sedang membaca menu bantuan juga. Salah satu dari mereka menanggapi pertanyaanku.

"Seperti sebuah game? Kurasa ini mungkin sebenarnya adalah sebuah game. Aku tau game yang sama persis dengan ini," kata Motoyasu, memancarkan aura kesombongan.

"Huh?"

"Ya, itu adalah sebuah game online yang sangat terkenal. Pernahkah kalian mendengarnya?"

"Uh, tidak. Dan aku hanyalah seorang Otaku."

"Kau nggak pernah mendengarnya, Naofumi? Judulnya Emerald Online."

"Nggak pernah dengar. Apa itu?"

"Naofumi, pernahkah kau memainkan game online sebelumnya? Itu terkenal!"

"Nah, aku hanya memainkan game seperti Odin Online, atau Fantasy Moon Online. Game itu juga cukup terkenal."

"Aku belum pernah dengar game-game itu. Itu pasti nggak terlalu terkenal atau semacamnya."

"Huh?"

"Huh?"

"Aku nggak tau kalian mengacu pada hal apa. Ini nggak seperti sebuah game online. Ini lebih seperti sebuah game konsol."

"Motoyasu, Itsuki, kalian salah. Kalaupun ada, ini adalah sebuah VRMMO."

"Nggak mungkin. Bahkan jika kita berada didalam sebuah game online, pasti itu adalah suatu game yang kalian kendalikan dengan mouse atau dengan controller."

Ren tampak bingung dengan teori Motoyasu, dan dia masuk kedalam percakapan. "Mouse? Controller? Game antik macam apa yang kalian bicarakan? Jaman sekarang, bukankah semua game online adalah VRMMO?"

"VRMMO? Apa maksudmu adalah Virtual Reality MMO? Abaikan masalah sci-fi. Kalian tau teknologi masih belum siap untuk hal seperti itu."

"Huh?!" Ren berteriak keras karena terkejut.

Kalau dipikir-pikir lagi, dua adalah yang pertama diantara kami yang mengetahui gimana caranya menggunakan Status Magic. Seolah-olah dia tau apa yang dia lakukan. Dia mungkin telah mengetahui lebih banyaj daripada yang sudah dia sampaikan.

"Um, maaf. Kalian semua kayaknya berpikir ini seperti sebuah game yang kalian tau. Boleh aku menanyakan judul game-game itu?"

Itsuki mengangkat tangannya dan segera menjawab: Brave Star Online.

Emerald Online.

Aku yang selanjutnya. "Aku nggak tau. Maksudku, apa betul kita memang berada di dunia game?" Aku juga berpikir bahwa ini sedikit kayak game, tapi mungkinkah kami memang masuk kedalam sebuah game yang belum pernah kudengar sebelumnya?

"Aku paham. Adapun untuk pendapatku, ini mengingatkan aku pada sebuah game konsol bernama Dimension Wave."

Dan juga kami semua kayaknya memikirkan dunia ini sebagai game yang berbeda.

"Tunggu sebentar. Mari kita coba menyimpulkan apa yang kita tau secara pasti." Motoyasu menopang kepalanya dengan tangannya dan mencoba menenangkan kami. "Ren, VRMMO yang kau bicarakan tepat seperti yang kami maksudkan, kan?"

"Ya."

"Itsuki, Naofumi, kalian paham apa yang dia maksudkan, kan?"

"Kurasa itu terdengar seperti sebuah game dari science fiction, tapi ya aku paham."

"Kurasa aku pernah membaca sesuatu seperti itu di sebuah novel ringan."

"Baiklah. Itu juga yang bisa kupikirkan. Baiklah kalau begitu, Ren. Game yang kau sebutkan, Brave Star Online. Apa itu juga sebuah VRMMO?"

"Ah, betul. VRMMO yang kumainkan bernama Brave Star Online. Dunianya terasa sangat-sangat mirip dengan dunia ini."

Mempertimbangkan cara Ren mengatakannya, kayaknya VRMMO adalah teknologi yang biasa bagi dia. Itu kedengaran seperti komputer bisa membaca gelombang otak pengguna, dan memungkinkan penggunanya masik kedalan dunia komputer secara langsung.

"Ok baiklah. Yah, kalau itu memang benar, Ren, di dunia kai berasal, apa mereka memiliki game serupa dengan yang telah kami sebutkan? Seperti mungkin di masa lalu?"

Ren menggeleng. "Dan asal kalian tau, aku menganggap diriku sendiri cukup mendalami dalam sejarah game dari tempatku berasal. Aku nggak pernah dengar sesuatu seperti yang kalian bicarakan... Kalian menganggap judul game-game itu cukup terkenal, kan?"

Motoyasu dan aku mengangguk setuju.

Kalau kami tau sesuatu mengenai game-game online, yang mana kami semua pikir mengetahuinya, kayaknya mustahil kalau kami nggak tau apa-apa mengenai game-game yang sudah kami sebutkan.

Meskipun kami nggak betul-betul berpengalaman dalam game online seperti yang kami bilang...

Kami rasa kami telah menyebutkan game-game terkenal. Jadi apa salahnya?

"Kalau gitu, mari kita mulai dengan pertanyaan wajar. Kalian tau perdana menteri saat ini, kan?"

"Tentu."

"Ok, mari kita sebutkan secara bersamaan."

Gulp.

"Masato Yuda."

"Gotaro Yawahara"

"Enichi Kodaka."

"Shigeno Ichifuji."

Kami semua terdiam.

Aku nggak pernah mendengar nama-nama yang lainnya. Bahkan tidak di dalam buku-buku sejarah.

Kami membandingkan pengetahuan kami dalam hal internet, situs-situs internet terkenal, dan game-game terkenal. Nggak satupun contoh-contoh kami yang sesuai. Pada akhirnya kami kayaknya nggak berbagi referensi sama sekali.

"Kayaknya kita semua berasal dari Jepang yang berbeda."

"Kayaknya begitu. Aku tentunya nggak bisa membayangkan kita berasal dari tempat yang sama."

"Kurasa itu artinya ada Jepang di semua dunia paralel kita?"

"Awalnya kupikir kita berasal dari periode waktu yang berbeda. Tapi nggak satupun pengalaman kita yang cocok, jadi nggak mungkin kita berasal dari Jepang yang sama."

Meski begitu, kami semua memiliki satu hal yang sama: Kami adalah Otaku. Pasti ada maknanya.

"Jika demikian, kayaknya kita semua dibawa kesini untuk alasan yang berbeda, dan dengan cara yang berbeda."

"Aku nggak benar-benar tertarik pada percakapan yang nggak ada gunanya. Apa kita betul-betul harus memahami semua ini dengan normal?"

Ren berbicara seolah dia adalah orang yang paling keren di kamar ini, dan dia ingin semua orang mengakuinya.

"Aku sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah ketika aku kena nasib buruk dan terjebak dalam sebuah kasus pembunuhan. Itu adalah topik di kota pada saat itu."

"Uh huh."

"Aku bersama dengan seorang sahabat. Aku ingat menyelamatkan dia, dan aku ingat kriminalnya di ringkus...."

....Ren menggosok bagian samping badannya saat dia berbicara.

Aku ingin menertawainya. Pahlawan seperti apa yang dia pikirkan dengan semua pembicaraan tentang menyelamatkan sahabatnya? Aku berhasil menahan diriku.

Kurasa dia mengatakan bahwa dia menagkap penjahat tapi kemudian dia tertusuk dari samping saat dia berjuang.

Dia tampak seperti orang yang suka membualkan sesuatu yang nggak pernah terjadi. Aku seketika ingin menyimpulkan dia sebagai orang yang nggak bisa dipercaya... namun, dia adalah salah satu pahlawan yang dipanggil kesini. Setidaknya aku bisa mendengarkan dia.

"Setelah itu, sebelum aku menyadarinya, aku terbangun disini."

"Masuk akal. Kau cukup keren kan? Menyelamatkan sahabatmu?"

Dia menanggapi pujianku semakin acuh tak acuh. Bodo amat.

"Ok, aku yang selanjutnya kurasa." kata Motoyasu, menunjuk dirinya sendiri. "Aku punya.... Yah, gampangnya sih... aku punya beberapa cewek."

"Aku yakin begitu."

Sesuatu tentang dia nampak seperti seorang kakak yang bijaksana. Dia juga memberi kesan populer dengan para cewek.

"Dan yah..."

"Kau punya banyak cewek sekaligus, dan mereka menikammu atau semacamnya?" Kata Ren, tertawa pada dirinya sendiri.

Motoyasu membelalakkan matanya terkejut kemudian mengangguk.

"Ya begitulah... Wanita sangat mengerikan."

"Astaga!" Dengan cepat aku menyamarkan kemarahanku dan mendapati diriku sendiri menghibur dia.

Dia bisa saja mati.... tunggu, kurasa dia memang sudah mati. Apa begitu caranya mereka sampai? Tapi tunggu... Itsuki menempatkan tangannya pada jantungnya dan berbicara.

"Sekarang giliranku. Aku sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah persiapan. Aku menyeberang jalan, tapi sebuah tronton melaju dengan kecepatan penuh. Dan kemudian...."

Lagi, kami semua terdiam.

Jadi dia hampir bisa dipastikan ditabrak tronton itu... Sungguh menyedihkan... Tapi tunggu... Bukankah aku seperti orang asing dalam situasi ini?

"Uh... Apa kita betul-betul harus membicarakan tentang gimana kita sampai disini?"

"Yah, kita sudah mengatakannya."

"Kurasa. Yah... Maaf semuanya. Aku berada di perpustakaan, membolak-balik sebuah buku yang belum pernah kulihat sebelumnya. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah terbangun disini."

Lagi, keheningan.

Tatapan mereka padaku sedingin es.

Apa maksudnya itu. Apa aku datang kesini dengan kondisi yang menyedihkan untuk menjadi bagian dari kelompok mereka?

Mereka bertiga mulai berbisik diantara meraka sendiri jadi aku nggak bisa mendengar apa yang mereka katakan.

"Ya... tapi dia... dia punya sebuah Perisai."

"Sudah kuduga... Motoyasu, kau juga?"

"Ya...."

Aku mulai merasa seperti mereka mengolok-olokku. Sudah saatnya untuk mengubah topik.

"Baiklah, jadi apa nggak masalah untuk mengasumsikan bahwa kita semua sudah memahami cara kerja dunia ini?"

"Tentu."

"Pastinya."

"Kurasa aku sudah cukup memahaminya."

Yah, begitu ya.... tunggu bentar! Apa aku satu-satunya amatir disini?!

"Y...Yah... Mungkin kalian bisa mengajariku apa yang perlu diketahui untuk bertarung di dunia ini? Nggak ada game seperti ini di tempatku berasal."

Ren menyipitkan matanya dan menatapku. Lagi, sedingin es. Karena suatu alasan, Motoyasu dan Itsuki menatapku dengan lembut.

"Baiklah kalau begitu, kakakmu Motoyasu ini akan mengajari dasarnya sebisa mungkin."

Dia terdengar main-main, dengan senyum lebar di wajahnya. Segera dia menepuk pundakku, dan dia berbicara.

"Pertama-tama, aku hanya berbicara tentang game yang aku tau, Emerald Online... Tapi kau adalah seorang 'Shielder.' Pada dasarnya, tugasmu adalah menggunakan perisai untuk melindungi orang-orang."

"Uh huh."

"Sejak awal, pertahananmu sangat tinggi, yang mana itu sangat bagus, tapi saat levelmu semakin tinggi, damage yang kau terima akan mulai nggak seimbang."

"Uh huh…"

"Nggak asa Shielder berlevel tinggi. Pada level yang lebih tinggi, itu adalah sebuah kelas yang nggak berguna."

"Tidaaaaaaaaaak!"

Bukan itu yang pengen kudengar. Ada apa dengan laporan kematian tersebut? Apa mereka ingin mengatakan bahwa aku berada dalam nasib yang tragis? Tidak terimakasih!

"Gimana dengan update'an? Apa nggak ada update?"

Seperti.... untuk keseimbangan kelasku?!

"Nggak ada, karena sistem gamenya, dan karena populasi player game tersebut, kelas tersebut dibuang lebih awal. Itu benar-benar nggak banyak berguna. Kurasa mereka bahkan berencana untuk menghapus kelas tersebut..."

"Dan kurasa aku nggak bisa mengganti kelas?!"

"Yah mengenai kelas tersebut... gimana ya mengatakannya? Mati."

"Dan aku nggak bisa ganti?"

"Yah, game nggak akan pernah membiarkanmu berganti ke kelas lain."

APA?! Apa aku betul-betul akan terjebak dengan kelas terburuk dalam game? Aku menatap perisai di tanganku dan berpikir. Apa masa depanku betul-betul begitu suram?

"Gimana menurut kalian?" Aku bertanya, menoleh pada Ren dan Itsuki, tapi mereka berpaling dariku.

"Maaf..."

"Aku juga..."

Tidak! Jadi aku betul-betul terjebak pada kelas selemah itu? Aku terdiam, melamun, saat aku melihat mereka bertiga di sudut mataku. Mereka sedang berbincang-bincang mengenai game tersebut.

"Gimana dengan geografisnya?"

"Namanya berbeda, tapi petanya kayaknya sama. Kalau petanya sama, ada kemungkinan yang tinggi bahwa pembagian efesiensi monsternya juga sama."

"Tempat berburu terbaik akan beebeda untuk masing-masing senjata. Mungkin lebih baik kita memastikan dengan pergi ke tempat-tempat berbeda."

"Betul. Kita harus fokus pada efesiensi."

Apa mereka tau cukup banyak mengenai gamenya sampai mengetahui gimana caranya berbuat curang? Aku mulai melihatnya seperti itu. Hei, ada sebuah pemikiran. Kalau kelasku begitu lemah, aku bisa bergantung pada mereka untuk mendukungku.

Ada banyak cara untuk melakukannya. Meskipun aku lemah, bertarung bersama party akan memberiku exp untuk naik level. Gimana dengan dunia lain, apakah bukan suatu peluang untuk bertarung bersama saudaramu untuk memperdalam ikatanmu? Harusnya gitu kan cara kerjanya?

Sekarang, kalau saja ada satu atau dua cewek didalam party. Maka semuanya akan sempurna. Kalau aku adalah seorang Shielder, aku nggak akan melakukan pertarungab. Aku hanya perlu melindungi teman setimku kan? Aku nggak benar-benar memiliki peluang untuk bertemu cewek manapun saat diduniaku, tapi mungkin akan berbeda disini.

"Hmm... Yah, nggak masalah. Maksudku, kita berada di dunia yang betul-betul baru! Meskipun aku bukanlah karakter terkuat, aku yakin akan ada sesuatu yang bisa dilakukan."

Mereka menatapku seolah mereka menatap sesuatu yang menyedihkan... atau setidaknya, aku berpikir seperti itulah cara mereka memandangku. Kalau aku membiarkan hal itu menggangguku, aku akan mati bahkan sebelum kami memulai. Selain itu, aku memiliki pertahanan, dan ini bukanlah sebuah gamem aku bisa menyingkirkan perisai khusus milikku dan mencari sebuah senjata.

"Baiklah, ayo kita lakukan!" Aku memaksakan diriku sendiri untuk menunjukkan inisiatif.

"Para Pahlawan, kami telah menyiapkan makanan untuk kalian."

Apa itu? Kayaknya kami akan mendapatkan makan malam yang lezat.

"Mantap."

Kami membuka pintunya, dan pelayan memandu kami ke ruang makan ksatria untuk makan malam.

Itu seperti sesuatu dari sebuah film fantasi. Ruang makan dari sebuah istana besar! Ada sebuah meja besar dibagian tengahnya, diatasnya berjajar hidangan yang terdiri dari segala macam makanan.

"Semuanya, silahkan makan apapun yang kalian suka."

"Apa? Kurasa kita makan bersama para ksatria istana?" Ren bergumam sendiri.

Gimana bisa seseorang mengeluh tentang makan malam seperti ini? Sialan, dia sangat kasar.

"Kalian salah paham. Makanan ini telah dipersiapkan untuk kalian. Para ksatria tidak diijinkan untuk masuk sampai kalian kenyang." kata pelayan tersebut.

Aku melihat sekeliling ruangan, yang ada disana adalah kerumunan yang kami asumsikan adalah peserta makan malam yang lain namun sebenarnya terdiri dari para koki. Kurasa ini artinya menyiratkan bahwa kami berempat adalah prioritas yang lebih tinggi daripada para ksatria istana.

"Makasih. Mari kita makan kalau begitu."

"Ya."

"Hajar."

Begitulah, kami mulai makan makan dengan makanan dari dunia baru ini. Kepekaan kulinernya bukankah yang sudah biasa kurasakan, tapi tentunya itu nggak menjijikkan. Nggak ada yang gak bisa kulahap. Meski demikan, sesuatu yang kayak omelet rasanya kayak jeruk, dan banyak hidangan yang menggabungkan rasa yang gak pernah disatukan di dunia tempatku berasal. Kami selesai makan, dan mendapati diri kami menjadi ngantuk saat berjalan kembali ke kamar kami.

"Apa mereka punya kamar mandi?"

"Yah, rasanya disini kayak Abad Pertengahan. Mereka mungkin punya bathtub."

"Kalau kau nggak memintanya, aku ragu mereka akan menyiapkannya."

"Kurasa aku bisa membiarkannya selama sehari."

"Ya, aku capek, dan petualangan dimulai besok. Lebih baik tidur yang nyenyak."

Semua orang mengangguk setuju pada saran Motoyasu, kami ke ranjang kami.

Kami berempat, termasuk aku, jelas-jelas gugup akan hari esok. Tetap saja, kami tertidur pulas dengan cepat.

Petualangan kami dimulai besok!

***


Chapter 4: Chapter 4 Dana yang Diatur Secara Khusus

Akhirnya, fajar datang.

Kami menyelesaikan sarapan dan sedang menunggu panggilan dari raja. Sudah sewajarnya untuk memberi kami sedikit waktu luang dipagi hari. Nggak seorangpun mau merasa tergesa-gesa turun dari ranjang. Akhirnya, saat matahari sudah cukup tinggi di langit, mungkin sekitar jam 10, sang raja memanggil kami. Kami nggak bisa menenangkan diri dan bergegas ke ruang pertemuan, jantung kami berdetak kencang di dada kami.

"Silahkan masuk para Pahlawan."

Pintu aula tamu terbuka dan menunjukkan sekelompok orang asing yang terdiri dari 12 orang, semuanya berpakaian seolah mereka hendak pergi melakukan petualangan.

Ada para knight diantara mereka.

Sang raja tentunya tau gimana caranya menunjukkan dukungannya.

Kami semua menunduk pada sang raja, dan mendengarkan usulannya.

"Seperti yang telah kita diskusikan kemarin, aku telah memanggil orang lain untuk membantu kalian dalam perjalanan kalian. Sepertinya panggilanku tidak diabaikan."

Kalau masing-masing dari kami diberi tiga orang pendukung, kami mungkin bisa bertahan.

"Nah sekarang, para petualang yang berkumpul, silahkan pilih Pahlawan Legendaris mana yang ingin kalian dampingi."

Tunggu, jadi mereka yang memilih?

Hal itu membuat kami terkejut. Kalau aku berpikir tentang hal itu, itu masuk akal. Kami semua datang dari dunia lain, jadi apa yang kamk tau mengenai perjalanan kami? Lebih baik membiarkan penduduk yang berpengalaman yang membuat keputusan.

Kami berempat berbaris.

Para petualang yang berkumpul berjalan kearah kami, dan membentuk kelompok kecil didepan patner yang mereka inginkan.

Lima orang berdiri didepan Ren.

Empat orang berdiri didepan Motoyasu.

Tiga orang berdiri didepan Itsuki.

Dan didepanku? Tentunya— nggak ada.

"Tapi Yang Mulia!" Aku berkata pada sang raja. Gimana bisa jadi begini? Itu sungguh nggak adil! Sang raja terkesima oleh protesku. Dia mengatakan, "Aku tidak menduga hal seperti ini."

"Dia tidak populer, kan?" Sang menteri mendesah, seolah nggak ada lagi yang bisa dia lakukan. Sang raja nampak nggak tertarik.

Pria berjubah membisikkan sesuatu pada sang raja, dan mereka tampak tertawa. Tapi kenapa?

"Jadi ada rumor seperti itu?"

"Rumor apa itu?" tanya Motoyasu. Dia memasang ekspresi aneh.

Situasinya sungguh nggak adil. Aku sama sekali nggak bisa memahaminya. Itu seperti berada di SD saat kami dibagi kedalam tim. Kurasa aku adalah pilihan terakhir? Gimana bisa mereka melakukan ini padaku, disini di dunia yang betul-betul baru?

"Sepertinya orang-orang bergosip ria disekitar istana. Mereka mengatakan bahwa diantara keempat Pahlawan, sang Pahlawan Perisai nggak tau banyak tentang dunia kami."

"Apa?!"

"Legenda mengatakan bahwa keempat Pahlawan yang dipanggil akan memiliki pemahaman tentang negeri kami. Orang-orang bertanya-tanya apakah kau akan benar-benar bisa memenuhi syarat yang ditetapkan dalam legenda."

Motoyasu menyikutku dari samping.

"Kurasa seseorang menguping kita tadi malam."

Yang dia maksudkan percakapan kami mengenai game. Mereka mengabaikan aku karena aku belum mendengar sebuah game?! Selain itu, legenda seperti apa ini? Aku mungkin nggak tau banyak tentang kerajaan mereka, tapi gimanapun juga aku tetaplah sang Pahlawan Perisai!

Menurut orang lain, aku terjebak pada kelas yang paling nggak berguna.... tapi ini bukanlah game!

"Ren! Kau nggak akan bisa menggunakan lima orang! Ayo berbagi!"

Para petualang yang berdiri disekitar Ren tiba-tiba bersembunyi di belakang dia, kaki mereka gemetaran. Mereka berperilaku seperhi domba yang ketakutan.

Ren kelihatan jengkel, dan menggaruk kepalanya, kebingunan. Lalu dia bilang, "Aku seorang penyendiri, jadi kalau kalian nggak bisa menguranginya, akan aku tinggalkan kalian."

Dia mengatakannya agak memaksa, tapi nggak ada satupun orang yang ada dibelakang dia menunjukkan tanda-tanda bergerak.

"Motoyasu! Gimana menurutmu? Bukankah ini mengerikan?!"

"Yah...."

Ngomong-ngomong, aku ingin menunjukkan bahwa nggak ada laki-laki diantara para petualang yang bersama Motoyasu. Itu kayak seperti dia membuka sebuah rumah bordil (pelacuran) atau semacamnya.

"Yah, aku nggak mau berat sebelah disini.... tapi uh..."

Itsuki kelihatan agak bingung tapi nampak mengatakan bahwa dia nggak bisa menolak dengan tepat bantuan yang telah dia tawarkan.

Semua petualang yang berkumpul disekitar Motoyasu adalah para wanita. Kurasa dia benar-benar memiliki daya tarik terhadap mereka. Itu seperti semacam daya tarik tersendiri.

"Kurasa akan adil kalau membagi mereka secara merata, masing-masing mendapatkan tiga rekan. Namun tidaklah jantan menolak mereka setelah mereka membuat keputusan." Apa yang dikatakan Itsuki terdengar cukup wajar, dan Semua orang di ruangan mengangguk.

"Maksudmu aku harus sendirian?"

Aku udah terjebak dengan sebuah perisai! MEREKA adalah orang-orang yang mengatakan bahwa itu adalah kelas terburuk! Kalau aku nggak punya party, gimana caranya aku bisa jadi lebih kuat?

"Yang Mulia, jika tidak apa-apa, aku bisa mendampingi Pahlawan Perisai." Salah satu dari wanita yang bersama Motoyasu mengangkat tangannya.

"Hm? Apa kau yakin?"

"Ya."

Dia manis dan memiliki rambut merah sebahu. Wajahnya juga cantik. Dia cukup tinggi, sedikit lebih pendek dari aku.

"Apa ada yang lain diantara kalian yang mau ikut Tuan Naofumi?"

...Ngggak satupun yang bergerak. Sang raja mendesah dalam-dalam.

"Kurasa tidak ada. Tuan Naofumi, kau harus merekrut rekan lain saat kau melakukan perjalanan. Setiap bulan, aku akan menyuplai kalian semua dana yang diperlukan untuk perjalanan kalian, kompensasi untuk hari ini, upah pertama Naofumi akan lebih tinggi daripada yang lainnya."

"B...Baik, Yang Mulia!"

Kayaknya itu adalah solusi yang adil.

Kalau nggak seorangpun mau bersamaku secara sukarela, aku harus mencari orang untuk membantuku.

"Dan sekarang, para Pahlawan, aku telah menyiapkan dana ini untuk kalian. Silahkan terima."

Para membantu menaruh amplop didepan kami.

Aku bisa mendengar sesuatu yang berat dan gemerisik logam didalam bungkusan tersebut, yang terlihat didalamnya adalah kantong uang yang cukup besar.

"Aku telah menyiapkan 800 keping silver untuk Tuan Naofumi, dan 600 keping untuk yang lainnya. Silahkan ambil dana ini dan mulailah perjalanan kalian."

"Baik Yang Mulia!" Kami menjawab serempak.

Masing-masing dari kami membungkuk memberi hormat sebelum kami keluar dari ruang pertemuan. Setelah kami keluar dsru ruangan, kami berkenalan.

"Um, senang bertemu denganmu, Tuan Pahlawan Perisai. Namaku Myne Suphia."

"Sama-sama."

Dia nggak tampak terlalu pemalu, dan dia berbicara tanpa keraguan. Dengan semua yang terjadi, kurasa aku lupa menyebutkan bahwa dia adalah cewek yang bersedia untuk bersamaku.

Aku percaya dalam mengurus teman-temanmu. Terutama mempertimbangkan hal itu, menurut semua orang yang telah kutemui sampai saat ini, aku berada dalam situasi yang nggak menguntungkan. Diatas semua itu, Myne adalah seorang cewek, dan aku adalah sang Pahlawan Perisai. Semuanya tergantung padaku untuk melindungi dia.

"Baiklah kalau begitu, haruskah kita pergi sekarang, Nona Myne?"

Dia tersenyum dan mengangguk sebelum mengikuti aku keluar dari ruangan.

Ada jembatan angkat diantara istana dan kota. Melintasinya, aku pertama kalinya menatap kota itu.

Tadi malam aku cuma melihat sekilas dari jendela, tapi sekarang berdiri disini, ditengah semua ini, aku benar-benar mulai merasa seperti aku telah datang ke dunia yang berbeda.

Jajanan batu kerikil serta bangunan batu yang berbaris, banyak rumah yang dihiasi dengan papan nama kayu. Ada aroma lezat yang mengambang diudara dari banyak arah sekaligus.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Kurasa akan bijaksana untuk mencoba mendapatkan beberapa equipment dan armor yang lebih baik."

"Ide bagus. Dengan uang yang diberikan raja pada kita, kita harusnya bisa mendapatkan beberapa barang berkualitas."

Satu-satunya equipment yang kumiliki adalah sebuah perisai, jadi mendapatkan sebuah senjata adalah hal yang penting. Tanpa senjata, aku nggak akan punya peluang menang melawan monster. Aku bahkan nggak akan berguna bagi rekan kelompokku tanpa adanya senjata. Selain itu, para Pahlawan yang lain semuanya memiliki senjata yang akan naik level bersama mereka. Kalau aku nggak melakukan apa-apa, mereka akan membuangku dalam waktu singkat.

Mempertimbangkan semua yang mereka lalui untuk memanggilku kesini, kayaknya nggak benar untuk bermalasan. Dan selain itu, meskipun aku terjebak dengan kelas yang lemah, Myne masih mau mendampingi aku.

Aku harus melakukan apa yang bisa kulakukan, demi dia.

"Yah, aku tau sebuah toko yang bagus kalau kamu siap untuk pergi."

"Baiklah."

"Bagus."

Senjata memang penting, tapi yang betul-betul kau butuhkan adalah teman. Myne berjalan memanduku ke toko senjata yang dia tau. Dia berjalan seolah dia melompat-lompat.

Sudah cukup lama kami berjalan menjauh dari istana saat Myne akhirnya memperlambat jalannya dan berhenti didepan sebuah toko. Ada tanda yang besar dengan bentuk pedang yang menggantung pada pintu kayu.

"Inilah toko yang kubicarakan."

"Wow."

Aku melirik ke bagian dalam melalui pintu yang terbuka. Ada segala macam senjata menggantung di dinding batu. Itu sama persis dengan apa yang kau bayangkan ketika kau berpikir tentang sebuah "toko senjata". Kayaknya mereka juga menyediakan armor dan barang-barang lain yang diperlukan untuk berpetualang.

"Selamat datang." sapa ramah dari pemilik toko pada kami. Bahkan pemilik tokonya juga sama persis seperti seorang yang kau gambarkan saat kau berpikir tentang sebuah "toko senjata". Dia bersandar pada meja, dan seluruh pemandangannya terasa seperti sebuah lukisan. Aku lega, karena aku takut pada pemilik tipe gemuk dan pendek. Aku betul-betul berada di dunia yang betul-betul baru....

"Jadi ini adalah toko senjata...."

"Jadi ini adalah pertama kalinya kau masuk kedalam toko senjata. Yah, tentunya kau tau bagaimana untuk mengambilnya."

"Sebenernya, rekanku ini yang memberitahuku tentang tokomu." Aku menunjuk pada Myne, sebagai tanggapan Myne mengangkat tangannya dan melambai menyapa.

"Terimakasih banyak.... Nona... Hei, apa kita pernah bertemu disuatu tempat?"

"Aku pernah kesini sebelumnya, tuan. Dan juga, tokomu sangat terkenal disekitar sini."

"Yah, terimakasih. Ngomong-ngomong, kalau boleh aku bertanya, siapa temanmu yang berpakaian aneh ini?"

Kurasa itu masuk akal. Di dunia lain ini, mereka akan menganggap pakaianku tampak aneh. Aku mungkin tampak seperti anak pingiran yang jalan-jalan di kerajaan, atau hanya orang gila.

"Kurasa kamu sudah tau jawabannya, tuan."

"Maksudmu... kau adalah salah satu dari... para Pahlawan? Wow!"

Pria itu mulai melihatku dengan cermat.

"Dia nggak tampak kuat."

Aku nggak bisa mempercayai telingaku!

"Mengatakan padaku secara terang-terangan yang kau rasakan! Astaga!"

Tapi pria itu memang benar. Aku betul-betul nggak tampak seperti aku bisa berbuat banyak. Itu sebabnya aku harus menjadi lebih kuat.

"Dengar, Hero-Boy. Kalau kau nggak mendapatkan equipment yang layak, para petualang lain akan mengepel lantai bersamamu."

"Kayaknya sih gitu..."

Kayaknya aku menyukai pria itu. Dia tampak jujur.

"Sepertinya kau yang mengalami situasi yang buruk?"

Aku merasa wajahku berkedut mengakui. Gimana bisa gosipnya menyebar secepat ini? Terserahlah. Aku nggak boleh mengakui kekalahan sebelum berusaha.

"Aku Pahlawan Perisai, Naofumi Iwatani. Segalanya mungkin akan sulit mulai dari sekarang, jadi aku menyambut bantuanmu." Itu adalah pengenalan diri yang agresif, tapi aku juga harus meyakinkan diriku sendiri.

"Tuan Naofumi kan... Baiklah, kuharap kau menjadi reguler disini. Coba kita lihat apa yang bisa kita lakukan!"

Dia memang seorang pria yang ramah.

Myne berjalan maju dan berbicara. "Tuan, bukankah kau punya equipment bagus untuk temanku ini?"

"Tentu aku punya, tapi bagaimana dengan anggaran kalian?"

"Yah...."

Myne menatapku melakukan penafsiran.

"Kami mungkin bisa menghabiskan sampai 250 keping."

Kami hanya punya 800, dan kami akan menghabiskan 250 pada equipment.

"Sebanyak itu, huh? Baiklah, kau harus mulai melihat sebelah sini." kata si pemilik, saat dia berjalan di toko dan mengeluarkan berbagai senjata dari dinding.

"Katakan padaku, bocah. Kau punya suatu jenis senjata favorit?"

"Nggak ada."

"Kalau begitu, maka aku akan merekomendasikan sebuah pedang yang cukup ringan untuk pemula." Dia melanjutkan meletakkan sejumlah pedang di meja. "Semua ini dilapisi dengan Blood Clean, jadi sangat mudah digunakan."

"Blood Clean?"

"Darah yang ada dibilah akan mengikis ketajamannya, membuat perawatannya lebih sulit. Pedang-pedang ini nggak punya masalah itu."

"Wow…"

Aku terkejut, tapi memikirkannya sebentar, aku menyadari bahwa bahkan di duniaku sendiri orang-orang mengatakan bahwa pisau kehilangan ketajamannya setelah memotong daging. Kurasa yang dia maksudkan bahwa pedang-pedang ini akan tetap tajam untuk waktu yang lama. Aku menatap padang-pedang itu sebentar.

Pedang-pedang itu berkualitas jauh lebih tinggi daripada replika pedang manapun yang pernah kulihat sebelumnya. Semuanya tampak seperti senjata-senjata yang gak main-main.

"Pedang-pedang ini, secara berurutan dari yang paling murah adalah: Iron, Magic Iron, Magic Steel, dan Silver Iron. Semakin mahal, peningkatan kualitasnya sangat besar."

Apa tingkat kekerasannya berbeda berdasarkan bijih mentah yang digunakan dalam pembuatannya? Kayaknya semuanya terbuat dari besi.

"Juga ada senjata-senjata berkualitas lebih tinggi, tapi dengan anggaran 250, hanya ini yang bisa kau pilih."

Aku sudah mendengar ini sebelumnya. Ini kayak video game, gimana toko senjata di kota pertama memilki senjata yang sangat bagus yang tersedia. Akan tetapi, toko ini kayaknya memiliki varietas yang betul-betul luas. Itu membuatnya lebih seperti sebuah game online. Namun ini BUKANLAH sebuah game. Di dunia nyata, didunia nyata manapun, toko-toko senjata di ibukota pasti punya material bagus yang tersedia, kan?

"Pedang besi... Hmm..."

Aku mengambil salah satunya, dan itu sangat berat. Perisai yang kubawa begitu ringan hingga aku terkadang lupa kalau ada perisai itu, tapi senjata-senjata ini memiliki bobot yang signifikan. Aku harus menggunakan senjata ini untuk melawan monster yang kami temui...

"Woah!"

Tiba-tiba, seolah terkena sengatan listrik, pedang besi yang kupegang terlepas.

"Huh?"

Si pemilik toko dan Myne menatapku, dan kemudian melihat pada pedang yang terjatuh. Aku mengulurkan tangan ke pedang itu lagi, menganggap aku menjatuhkannya. Pedang itu ada di tanganku seolah sama sekali nggak ada sesuatu yang aneh yang terjadi. Terus apaan yang barusan?

Aku bertanya-tanya apa yang telah terjadi ketika rasa sakit tersebut menyerang tanganku lagi.

"Ouch!"

Apa yang terjadi? Aku menatap pemilik toko. Berpikir dia pasti mengetahui sesuatu, tapi dia menggeleng. Aku nggak berpikir bahwa Myne yang mau menggangguku, tapi hanya untuk amannya aku menatap dia juga.

"Sepertinya pedang itu terlepas begitu saja dari tanganmu."

Tapi itu nggak mungkin... Itu nggak masuk akal. Aku menatap telapak tanganku. Saat aku menatap telapak tanganku, kata-kata mulai muncul dalam pandanganku.

Spesifikasi Senjata Legendaris: sebuah senjata selain equipment yang telah ditentukan, melanggar peraturan.

Apa-apaan itu?

Aku bergegas mengeluarkan layar bantuan dan segera membaca artikel yang ada disana.

Ketemu!

Para Pahlawan tidak boleh memegang sebuah senjata selain Senjata Legendaris yang telah ditentukan untuk mereka dengan niat untuk bertarung menggunakan senjata tersebut.

Apa?! Apa itu artinya aku nggak bisa menggunakan sesuatu yang lain selain sebuah perisai dalam pertempuran? Game mengerikan macam apa yang hanya mengijinkanmu bertarung menggunakan sebuah perisai?

"Yah," kataku sambil meringis dan mengangkat wajahku pada yang lainnya. "Kayaknya aku cuma diijinkan untuk menggunakan sebuah perisai...."

"Tapi kenapa? Bisakah kau menunjukkan perisai itu padaku?"

Aku mengarahkan tanganku yang ada perisainya pada pemilik toko, tapi cuma itu yang bisa kulakukan, karena aku masih belum bisa melepas perisai tersebut.

Pria itu membisikkan sesuatu, dan bola cahaya kecil diarahkan pada perisaiku, namun cuma terpantul begitu saja. "Yah," kata dia. "Perisai ini memang tampak seperti sebuah Small Shield normal... tapi ada sesuatu yang aneh..."

"Oh, kau tau apa itu?" Tanyaku.

Perisai ini juga memang disebut Small Shield du layar statusku, dengan embel-embel "Senjata Legendaris".

"Kau lihat permata yang menempel di bagian tengah perisai ini? Aku merasakan energi yang besar memancar darinya. Aku mencoba mencaritahunya menggunakan sihir penilaian milikku, tapi tak mampu mendapatkan informasi apapun. Kalau itu terkutuk, aku harusnya langsung mengetahuinya." Dia mendesah dan menatapku, membelai jenggotnya. "Yah, kau tentunya menunjukkan sesuatu yang menarik padaku. Kurasa kau akan membutuhkan barang-barang defensif?"

"Ya, tolong."

"Aku akan memberimu apa yang bisa kudapat dengan 250, yang mana mungkin sebuah armor yang sesuai."

Mengingat aku sudah punya sebuah perisai, aku harus setuju dengan dia.

Si pemilik toko menunjuk varietas armor yang dia miliki di toko.

"Armor full plate cenderung mengganggu pergerakanmu, jadi itu nggak betul-betul cocok untuk berpetualang. Meski begitu, chainmail lebih baik untuk seorang pemula."

Aku memegang armor chainmail itu. Armor itu berderik dan berdenting di tanganku. Itu adalah sebuah pakaian utuh yang terbuat dari besi! Kurasa itu kokoh. Apa cuma itu yang dia tawarkan?

Sebuah ikon muncul didepanku, dan aku segera membukanya.

Chainmail

Meningkatkan kekuatan defensif

Mengurangi damage tebasan

Ukuran: kecil

Ah huh. Nggak ada informasi yang muncul saat aku menyentuh pedang tadi karena aku nggak bisa memakainya.

"Berapa harganya armor ini?" Myne bertanya pada pemilik toko.

"Aku akan memberimu diskon. Bayar saja 120."

"Berapa yang kami dapat kalau dijual lagi?"

"Hm... Kurasa kau bisa menjualnya dengan harga sekitar 100."

"Kenapa begitu?"

"Aku bilang begitu karena kalau sang Pahlawan Perisai melampauinya, kita mungkin bisa menjualnya lagi."

Aku mulai paham. Aku masih level 1, jadi saat aku naik level, aku akan bisa memakai sesuatu yang lebih baik, artinya chainmail kmi nggak akan berguna selama itu. Kayaknya toko ini memiliki armor yang lebih baik, tapi itu adalah tentang yang terbaik yang bisa kulakukan pada levelku saat ini.

"Baiklah kalau begitu, kami akan membelinya."

"Terimakasih banyak! Aku akan memberi beberapa lapisan dalam sebagai rasa terimakasih."

Kami berterimakasih, menyerahkan 120 silver pada dia, dan menerima chainmail tersebut.

"Apa kau mau memakainya disini?"

"Ya."

"Baiklah, ke sebelah sini."

Dia memanduku ke ruang ganti dimana aku bisa berganti kaos dalam dan chainmail tersebut. Dia kemudian mengambil pakaian asliku dan mengemasnya kedalam kantong untukku.

"Nah, kau sekarang mulai kelihatan sebagaimana mestinya petualang, bocah!"

"Makasih."

Kurasa dia berusaha mengatakan sesuatu yang bagus.

"Kalau begitu, Pahlawan. Apa kita berangkat sekarang?"

"Tentu!"

Aku mulai merasa seperti seorang petualang yang sebenarnya saat Myne dan aku meninggalkan toko.

Kami berjalan kembali ke istana dan masuk melalui gerbang utama. Dalam perjalanan kami, seorang knight menunduk padaku, jadi aku melambaikan tangan sebagai balasan. Aku merasa senang.

Sungguh menggairahkan! Petualanganku akhirnya dimulai.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank 200+ Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT