Adipati Kawitan,Raden Sangga wijano sedang menikmati bocah laki laki tigabelas tahun,ketika pengawal utama masuk ke kamarnya.
Bocah itu ia dudukan berhadapan di pangkuannya.kontrol Raden Sangga yang besar dan panjang menancap di anrus bracoh itu.
Ekspresi si bracoh berubah ubah,terkadang ia meringis,lalu wajahnya berubah senang tergantung semakin cepatnya genjotan penris Raden Sangga
Diatas Ranjang besar ia melampiaskan nafsu birahinya pada brocah brocah itu
Empat brocah seumuran lain,berada dikiri kanannya menunggu giliran untuk di sodromi.
Kamar Raden Sangga besar dan megah. Dihiasi dengan warna merah dan kuning.
Ranjangnya dihiasi dengan kain beludru berwarna merah.dengan kasur empuk yang bisa menampung lima orang.
Perawakan Raden Sangga Wijano tinggi dan kekar.wajahnya dihiasi kumis tebal.lumayan tampan.ia punya dada bidang dengan puting yang menonjol
Sorot matanya tajam .menusuk dan mengancam.
Lengannya kekar dan kuat.
Ia menguasai ilmu kanuragan.disegani lawan dan kawan
" maaf...Raden .." kata pengawal itu sambil berdiri didekat ranjang
Raden sangga yang sedang mencium bibir si brocah,merasa terganggu.
" ada apa..Sanco..." katanya lirih sambil menatap pengawal utamanya itu.
Sanco berperawakan tinggi dan gagah.Lengannya berotot
Wajahnya terlihat tenang dengan kumis tipis.
" Ada utusan dari Kerajaan Blamongan..
Abhiyaso..panglima perang Blamongan..sedang menunggu di pendopo..."
Raden Sangga berdiri,pentisnya terlepas dari Antrus brocah itu.ia menggendong si brocah dan membawanya berjalan.
Kebiasan rutin,setiap bangun tidur,ia habiskan dengan menikmati tubuh brocah laki laki.
Ada lima brocah di atas Ranjang itu, menemaninya tidur setiap malam.
Dua brocah ia sanggramai menjelang tidur dan tiga lagi sesudah bangun
Mereka itu selalu berganti setiap malam.
Sungguh mencengangkan ia menyimpan lima puluh brocah di kediamannya.
Raden Sangga duduk disalah satu kursi tanpa lengan.Ia memberi isyarat pada Sanco untuk mendekat.
" Siapkan sepuluh brocah terbaik..bawa mereka ke ruang pertemuan..sediakan makanan enak..kasur kasur empuk.."
Raden Sangga sedikit mengerang.Brocah yang ia gendong tadi berada di selangkangannya.mengulrum pentrisnya.
Sanco merapat lebih dekat setelah melihat anggukan jari jari Raden Sangga.
Ia biarkan Raden Sangga menurunkan celana hitamnya.memainkan kontrolnya yang gemuk panjang.
" bawa panglima itu ke sana..layani dengan baik..
Empat pengawalnya pisahkan mereka dari panglima itu..ajak mereka ke dapur suguhi dengan makanan enak.."
Raden menatap Sanco." Kau paham Sanco...
" Iya..Raden...hamba..paham.."
" Setelah semua beres..kau kemari lagi..."
Raden mencium bibir pemuda itu sebentar,lalu ia berbisik ditelinganya cukup lama.
" kau pergilah...Sanco.."
Sebelum pergi Sanco menyembah dengan hormat pada tuannya itu.
Raden Sanco melirik brocah dibawahnya.ia menyuruh si bocah berhenti menghisrap penrisnya.
SiBocah ia gendong ke tempat tidur, ia tuntaskan birahinya yang tersendat.
**************
Ruang pertemuan telah di tata sedemikian rupa.perabot yang tak berguna disingkirkan.kasus kasur Empuk dengan alas berwarna merah di atur rapi membentuk segi empat .
Di kelilingi kue kue basah,minuman enak , dan buah buahan terbaik.
Sepuluh brocah ganteng,Telanjang,duduk manis di dekat dua petinggi besar yang sedang berunding.
Lima orang duduk di dekat Panglima Abhiyaso dan lima lagi di pangkuan Raden Sangga.
Sanco dan beberapa pengawal utama lainya berjaga jaga di depan pintu masuk.
"Pars brocah ini sudah Terlatih..Kakang Panglima..Silahkan di mainkan" kata Raden Sangga dengan tutur kata penuh tatakrama.
" Maaf...Raden aku tak Begitu Suka dengan Lanang.."tolak Panglima itu dengan Sopan.
"Semu brocah ini masih polos..beda dengan lanang dewasa..
Panglima Abhiyaso Lelaki lurus,punya satu istri dan banyak gundik perempuan untuk memuaskan syahwatnya.
Disuguhi dengan brocah brocah lelaki,membuat hatinya agak tersinggung.
Sebelum kemari,ia sudah mencari tahu tentang Raden Sangga Wijano.
Raden Sangga Doyan Lelaki terutama brocah brocah dibawah umur.
Ia dulunya seorang Warok yang pantang berhubungan dengan perempuan.
" Begini saja Kakang..biarkan saja Para brocah ini bekerja..Kakang nikmati saja..permainan mereka..
Panglima Abhiyaso mengangguk.Tak ada salahnya ia menikmati sesuatu yang berbeda,pikirnya.
Raden Sangga memberi isyarat pada anak anak untuk bekerja.
"Ada apa..gerangan yang membuat kakang Abhiyaso jauh jauh dari Blamongan datang kemari.."
" Begini....Ra..Ra..den.." kata Abhiyaso dengan terbata bata.seorang brocah sedang mengulrum pentrisnya.ia kaget dengan Rangsangan yang di timbulkan.
Ia menarik kepala si brocah dari selangkangan.pentrisnya tampak berbinar oleh air liur si bocah.
" Biarkan aku bicara dulu..."
Raden Sangga memberi isyarat dengan menjentikan jarinya.
" Aku bawa Pesan dari Ratu Shimala.." lanjut Abhiyaso dengan lancar." Sudah lebih setahun kadipaten Kawitan tak pernah lagi membayar Pajak dan memberi Upeti Pada Kerajaan.."
" Maaf.. Kakang... Adipati Kawitan mendapat Hak istimewa,Dari Raja Agung KartaNugraha.
" SeKarang Situasinya berbeda Raden...Ratu ShiMala memerintahkan semua Kadipaten mendapat perlakuan sama dan setara.Tak ada lagi Hak hak istemewa.Setiap bulan semua Kadipaten harus menyetor pajak..."
Raden Sangga merasa marah.Ia telah berjasa pada kerajaan.
Dulunya ia seorang panglima yang di takuti di Kerajaan Blamongan,setiap ada pemberontakan dan tindakan ia berada di garis depan mempertahankan Blamongan,tak sejengkal pun tanah Blamongan bisa di kuasai kerajaan lain.
Ia juga berjasa melatih para prajurit menjadi pasukan tangguh,digjaya,di takuti semua musuh.
Selama tujuh tahun jadi Panglima Blamongan,Raden Sangga berhasil menjaga keamanan wilayah Blamongan dari gangguan musuh,Adakalanya musuh dari dalam lebih berbahaya dari luar,beberapa kali terjadi kudeta terhadap sang Raja,Semua berhasil dipatahkan sejak dini.
Raden Sangga membentuk pasukan JagaBuana,pasukan gerak cepat,dengan kemampuan tingkat tinggi,terdiri dari para jawara mumpuni.
Selain itu pasukan bayangan,yang di sebar sebagai mata mata keseluruh kadipaten,berhasil mencegah pemberontakan sebelum meluas.
Ditahun Ketujuh,Raden Sangga mengundurkan diri jadi Panglima,ia minta kedudukan sebagai penguasa Kadipaten.Kadipaten Kawitan yang ia pilih,paling subur dan makmur di antara kadipaten yang lain.
Raja Karta Nugraha mengabulkan permintaannya,ia di beri hak istimewa,Bebas dari kewajiban bayar pajak dan Upeti.
"Ada satu lagi...Raden... " kata Panglima Abhiyaso memecahkan lamunannya.
Raden Sangga memandang Panglima Abhiyaso dengan mimik datar.
"Ratu Shimala memerintah Agar semua Lelaki kembali pada kodratnya,Hentikan kebiasan liwat( homoseksual),Sanggama sesama lelaki."
Jantung Raden Sangga melonjak,menahan marah.Kemarahan itu berhasil ia sembunyikan dari wajahnya.
Sejak pertama ia memimpin Kadipaten ini sepuluh tahun lalu.ia mengubah peraturan yang di tetapkan Adipati sebelumnya.
Hubungan Sanggama antara Lelaki dengan Lelaki boleh di lakukan secara bebas,suka sama suka,tanpa unsur paksaan.
Sanggama dengan bocah laki di bawah umur bebas di lakukan,Tanpa menyakiti si Anak.
Lelaki dewasa wajib menikahi perempuan sebagai isteri untuk memperoleh keturunan.Tak boleh selingkuh dengan perempuan lain,Tapi bebas sanggama dengan putranya atau dengan lelaki lain.
Penyuka liwat dan pecinta bocah berdatangan dari segala penjuru negeri bahkan dari kerajaan luar Jawa.Kawitano ibukota Kawitan berkembang pesat bahkan melebihi KotaRaja.
"Raden... Harus membuat Maklumat secepatnya."lanjut panglima itu tegas.
" Baiklah... Kakang..Aku pertimbangkan..Tak semudah itu merubah peraturan..aku minta waktu..."
" Ratu Shimala memberi waktu tiga bulan..."
Raden Sangga memberi Isyarat pada Sanco.Tak Lama berselang Tiga orang pemuda gagah,hanya bercawat. Datang membawa peti kayu berisi emas batangan dan perhiasan dari batu mulia.
"Aku sudah menyiapkan semuanya...ini sebagai bentuk pajak dan Upeti yang ingin kutebus...."ujar Raden Sangga sambil menyorong peti peti kehadapan panglima itu.
" Selain in..Kakang aku telah menyiapkan tiga pedati yang berisi hasil bumi terbaik,juga barang tembikar...
Panglima Abhiyaso terlihat Senang." Ratu Shimala pasti terkesan dengan hadiah ini..."katanya sambil terkekeh kekeh.
" Saya rasa semua.. Bisa diselesaikan..Bagaimana kalau kita bersenang...sayang tak ada gadis ..gadis.."
" Sebenar aku juga pernah sanggama dengan lelaki...aku minta pemuda saja..."
" Untuk Terakhir kali.. Sebelum itu dilarang...."
Raden Sangga memberi isyarat pada Sanco dan beberapa pemuda yang berjejer di depan dinding untuk mendekat.
Panglima Abhiyaso tersenyum penuh kemenangan.ia tak menyangka semuanya begitu mudah.Semula ia berpikir akan mendapat penolakan sengit dari Raden Sangga,tapi Lelaki itu menyambutnya dengan ramah ,malah memberi hadiah berlimpah.
Jauh didasar hatinya,Abhiyaso tak setuju dengan pelarangan liwat,hubungan itu hanya untuk kesenangan saja.ia pernah memergoki kepala prajuritnya,Maduka berhubungan sreks dengan seorang prajurit tampan.
UNTUK MEMBACA BAB 2 DAN SETERUSNYA SILAHKAN BACA DI BIRAHI MENGGUNCANG TAHTA 2
Karena judul yang ini tak bisa di update lagi,entah kenapa eror terus jadi terpaksa saya buat lanjutannya di birahi mengguncang tahta 2
Bersambung
— New chapter is coming soon — Write a review