Matahari mulai memancarkan cahayanya menembus kaca kristal yang menjadi petunjuk saat hari sudah mulai pagi. Rasa nyeri menyerang lengan atasnya dan mendapati tubuhnya tanpa pakaian. Melihat sekelilingnya dan menemukan ilham duduk di sofa sambil menatapnya.
"kau sudah bangun rupanya" ujar ilham dengan tangan terlipat di dada.
"apa yang kau lakukan padaku" meri bangkit bersandar di kepala ranjang sambil menarik selimut agar menutupi tubuhnya yang tanpa busana.
"aku hanya memberimu hukuman kecil karena membuat keributan"
"apa kau harus melakukan hal seperti ini pada seseorang yang sudah bersuami" sindir meri penuh penghinaan seakan merasa buruk telah mengenal pria seperti ilham.
Dengan langkah tegap dan cepat bahkan belum sempat meri menatapnya berdiri, ilham sudah berada di hadapannya dengan jarak begitu dekat hingga nafas mereka bisa saling beradu.
"ku ingatkan sekali lagi. Kau sekarang wanitaku, lupakan suamimu itu. Jika tidak bisa melupakannya maka akan ku buat kau menjadi wanita tanpa suami. Aku bisa dengan mudah memerintahkan orang-orang ku untuk melenyapkannya. Tapi aku bukan monster yang membunuh sahabatnya sendiri. Jadi jika kau tidak ingin melihatku berubah menjadi monster sebaiknya jadilah gadis penurut"
Kecupan lembut dan singkat mendarat di bibir meri, ilham mengacak rambut di puncak kepala meri kemudian meninggalkannya. Waktu kejadian itu begitu singkat, meri bahkan merasa semuanya hanya mimpi. Rasanya baru kemarin dia menghabiskan waktu bersama andre dan sekarang dia bersama pria lain.
Wajahnya nampak kusut, ia membenamkan wajahnya di lututnya. Memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang. Akan sulit baginya untuk bisa kembali kepada andre jika dia masih terkurung di rumah ini. Dia bahkan tidak mengingat nomor ponsel andre dengan benar, tapi maria. Dia masih ingat dengan nomor maria, dia hanya butuh waktu untuk bisa menghubunginya diam-diam.
Jika saja jam tangan itu masih ada maka tak akan sesulit ini baginya untuk menghubungi andre. Lagi pula, ilham sepertinya sudah mengetahui mengenai jam tangan itu. Dia mungkin sudah menghancurkannya, tapi tak ada salahnya dia mencoba mencarinya.
Meri berjalan ke kamar mandi dengan selimut putih menutupi tubuhnya. Dia akan menjadi gadis baik agar ilham tak melakukan hal di luar batas lagi.
"apa dia benar-benar tidur denganku semalam. Tapi mengapa aku tidak bisa mengingatnya" meri masih bingung dengan apa yang terjadi hingga seluruh pakaiannya tanggal dan hanya tertutup selimut.
Meri keluar menggunakan baju berbahan kaos hitam dengan bagian leher rendah memamerkan belahan dadanya, dengan seutas tali berbentuk silang di bagian dada nya memperlihatkan betapa mulus dan indah dadanya itu. Di padukan dengan cardigan berwarna kuning dan celana panjang hitam membuat tampilannya begitu sopan namun terkesan elegan.
Dengan langkah santai dan suara yang di sebabkan sepatu high-heels berwarna krem meri menuruni tangga menuju meja makan dimana ilham berada.
Dia menarik kursi yang paling jauh dari ilham dan menunggu pelayan menyajikan makanan untuknya. Namun bukannya di meja tepat dia berada, pelayan justru meletakkan makanan di meja yang berada di samping ilham. Kesal, meri berdiri dan pindah ke samping ilham.
"kau seharusnya menjadi gadis baik sejak kemarin" ujar ilham masih fokus dengan sarapannya.
Begitu enggan menanggapinya, meri hanya bergumam untuk menjawabnya. Dia mulai memakan sarapannya, itu adalah tartine dan segelas susu. Tartine adalah menu sarapan biasa bagi meri, itu lebih mirip sandwich namun tanpa roti penutup di atasnya.
Mereka makan tanpa berbicara dan memilih menikmati sarapan masing-masing. Meri melirik ilham yang sudah berpakaian dengan rapi ingin memanfaatkan momen ini.
"apa kau akan pergi ke kantormu?" tanya meri
"iya"
"apa aku bisa ikut? Aku bosan di rumah terus, ini sudah sepuluh hari sejak aku siuman. Aku bahkan tidak bisa melihat matahari diluar sana" rengek meri dengan nada manja, berharap ilham termakan rayuannya.
"kau belum pulih total, istirahatlah di rumah itu lebih penting untukmu saat ini"
Mendengar jawaban yang tak sesuai ekspektasinya, meri merasa kecewa dan menggerutu dalam hati. "dia memang berbeda dengan andre, saat marah sekalipun andre akan luluh jika melihatku merengek. Dia seperti gunung es yang sulit di hancurkan" batin meri.
Meri segera berdiri meninggalkan ilham yang masih sarapan. Dia kembali ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Kemudian menendanginya dengan keras.
"mengapa dia memperlakukanku seperti anjing peliharaan. Anjing bahkan lebih bebas dari pada aku sekarang. Ilham, kau brengsek, bajingan, laki-laki sialan" rutuk meri dengan suara tinggi. Dia tak perduli ilham akan mendengarnya atau tidak. Dia hanya ingin meluapkan kekesalannya.
Air matanya sudah berada di pelupuk mata tapi dengan segera dia menghapusnya. Dia tidak akan menangis untuk pria sialan itu, dia akan memikirkan cara lain agar bisa bebas. Waktunya hanya tinggal 15 hari lagi jika tidak, dia akan mengalami masalah dengan kuliahnya.
Meri memeriksa semua sudut dikamarnya mencari jam tangan atau ponsel yang mungkin saja di sembunyikan ilham. Dia kemudian sadar, pria itu cukup pintar menyembunyikan dirinya selama ini tanpa diketahui andre maka sudah pasti dia membersihkan semua barang bukti dengan sangat baik.
Satu-satunya yang bisa membantunya adalah maria, tapi dia bahkan tidak memiliki ponsel. Ilham pasti membuat pencegahan mengenai hal itu. Dia hanya perlu satu kesempatan untuk memperoleh ponsel dan semua akan berjalan dengan baik.
'andre, aku mohon temukan aku' batin meri.
###Di amerika###
Andre terbaring lemah di ranjang tempat terakhir kali dia menatap meri. Sudah setengah bulan sejak meri menghilang dan tidak ada tanda-tanda atau petunjuk keberadaannya.
Tak ada yang bisa membantunya disaat sulit seperti ini. Andre bahkan sudah mengerahkan pencarian skala internasional untuk bisa menemukannya.
Satu-satunya yang menjadi petunjuk ialah rekaman CCTV jalan yang menangkap gambar disaat kepala meri di hantam balok dari arah belakang kearena terus melawan. Andre yang melihat rekaman itu merasa nyeri di hatinya.
Informasi yang mereka peroleh adalah pria itu memiliki kewarganegaraan perancis setelah melihat video bandara saat mereka tiba di amoha, namun hingga saat ini pemuda itu juga di temukan. Mustahil bagi mereka menhindar dari pemeriksaan bandara. Nama mereka bahkan masih terdaftar sebagai pengunjung dan belum ada kabar kepulangan mereka ke negara asal. Baik melalui sarana transportasi darat, laut maupun udara. Pria itu menghilang tanpa jejak.Mobil yang digunakan pelakupun hilang tak menyisakan jejak.
Saat ini, kepolisian sudah melibatkan beberapa negara karena penculikan terjadi di amerika, kepolisian amerika tentu harus turun tangan. Pelakunya yang merupakan warga negara perancis sehingga pihak kepolisian amerika berkoordinasi dengan kepolisian perancis untuk bisa memecahkan kasus ini. Di tambah lagi korban adalah warga negara indonesia tentu Indonesia tidak bisa tinggal diam. Indonesia memberikan tekanan kepada kedua negara itu untuk bisa menyelesaikan kasus ini secepatnya agar tak mempengaruhi kerja sama antar tiga negara tersebut.
Ponsel andre berdering melantunkan lagu kesukaan meri yaitu "someone like you". Andre mengangkatnya dengan malas.
📞"halo"
📞"apa ini dengan andre?"
📞"meri kau.."
Tut tut tut (suara telfon terputus)
Andre bangkit dari tidurnya setelah mendengar suara meri. Dia mencoba menghubungi nomor itu lagi namun tidak tersambung.
'itu dia, aku yakin itu suaranya' batin andre sambil terus menghubungi nomor itu.
Dari suara meri yang berbisik dan bergetar, andre tahu dia melakukannya dengan sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan. Dia pasti berada dalam tekanan karena getar dalam suaranya tak akan bisa berbohong. Dan saat ini, dia pasti sudab tertangkap basah.
Memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya membuat andre semakin khawatir. Dia segera menguhungi boy dan maria untuk membantu melacak nomor itu.
Maria yang lebih dulu mendapatkannya, tapi itu hanya lokasi berdasarkan kode pada nomor ponselnya bukan lokasi sesungguhnya karena untuk melacak lokasinya setidaknya mereka harus melacak saat telfon tersambung atau minimal saat nomor itu kembali di aktifkan.
📞"andre, itu kode nomor dari perancis. Sebaiknya pusatkan pencarian di sana mulai sekarang. Aku yakin, mereka akan berusaha memindahkannya lagi" ujar maria melalui sambungan telfon.
📞"baiklah. Terima kasih kasih maria"
Andre segera memberikan laporan kepada kepala tim khusus yang di bentuk untuk memecahkan kasus ini. Dia tak akan menunggu pagi, di omaha baru menunjukkan pukul 9 malam. Andre segera menuju bandara untuk berangkat ke Perancis malam itu juga.
Setiap detik saat ini begitu berharga, ia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepada meri karena tertangkap basah menghubunginya. Jika pria itu dengan tanpa perasaan memukul kepalanya dengan pemukul baseball maka kali ini entah apa yang bisa dia lakukan.
***Perancis***
Meri terhempas ke ranjang karena ilham mendapatinya sedang menelfon di kamar mandi.
"aku harusnya tahu sejak awal kalau kau mengelabuhiku. Aku begitu percaya dengan sikap manjamu yang ingin tidur dikasurku" ilham terlalu murka untuk bisa melihat tangis dalam pandangan nanar meri.
Semalaman dia merasa buruk karena harus tidur di ranjang pria keji seperti ilham. Dia bahkan harus menahan rasa ingin muntah saat ilham mulai menyentuhnya. Dan sekarang semua pengorbanannya itu sia-sia dan menyebabkan masalah baru baginya.
Kali ini ilham tak akan mengampuninya lagi, dia pasti akan menghabisinya seperti membunuh nyamuk dalam satu kali tepukan. Melihat kemurkaan di matanya membuat keberanian meri menciut. Dia tak ingin mati karena andre menunggunya kembali. Keadaan ini hampir sama saat dia di paksa oleh jackob, tapi perbedaannya adalah kali ini ia ingin tetap hidup.
Meri meringis sambil terus memegangi tempurung kepala bagian belakangnya yang terbentur sandaran ranjang. Kepalanya belum sepenuhnya pulih, mendapatkan benturan akan membuat trauma pada luka itu. Sakit di kepalanya tak seberapa dengan rasa sakit di hatinya karena di perlakukan seperti hewan peliharaan oleh ilham.
"aku hanya ingin pulang" ujar meri terisak menahan sesak di dadanya yang mulai menyeruak.
"ini rumahmu, kau tidak akan pergi kemanapun meri" bentak ilham frustasi melihat meri mulai menangis.
"ini lebih mirip penjara bagiku. Aku tidak mau di sini, aku hanya ingin kembali kepada suamiku"
"gadis ini, berhenti menyebutnya sebagai suami mu" bentak ilham geram melihat betapa keras kepalanya wanita itu.
Hal yang membuatnya tak berdaya adalah meri mengatakan semua itu di dalam tangisnya. Jika dia mengatakan semua itu dengan tegas tanpa setetes air mata, dia akan membungkam mulutnya dengan cepat.
"kesabaranku sudah habis. Kali ini akan ku buat kau jadi wanita yang ditinggal mati suaminya" ilham mengambil ponsel yang ada di laci mejanya dan mulai menghubungi seseorang.
Meri hanya bisa menangis menatap kemarahan ilham. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada andre, tapi dia juga tidak mau menjadi wanita boneka bagi ilham.
Bab penutup untuk malam ini..
Happy reading guys