Download App
12.95% JANJI / Chapter 25: Kekasih jackob

Chapter 25: Kekasih jackob

Meri tiba di rumah sedikit terlambat karena lalulintas yang padat akibat anak sekolah yang bubar sekolah menandakan waktu pulang sudah tiba.

Saat memasuki rumah, sudah ada seorang pria muda dengan dandanan rapi dengan stelan kemeja putih dengan dasi hitam dan celana serta jas yang juga berwarna hitam menunggunya di ruang tamu, orang itu tak lain adalah pengacara jackob.

Meri menyapanya dengan sopan dan meminta maaf karena terlambat. Dimeja tamu sudah ada minuman yang di siapkan untuk pengacara itu jadi meri langsung duduk walau pakaian bagian belakangnya masih terdapat bulir pasir.

Meri mengetahui pentingnya waktu bagi pekerja seperti pria yang ada di hadapannya itu. Dia memulai percakapan dengan memperkenalkan dirinya sebagai pengacara jackob dan menyebutkan "rahman" sebagai nama panggilannya.

Rido memperhatikan mereka, dia enggan meninggalkan adiknya itu di saat sulitnya. Tapi meri yang memintanya untuk pergi saja. Dia hanya ingin bicara berdua dengan pengacara jackob. Rido dengan terpaksa mengikuti keinginan meri.

"maaf nona meri, saya diberitahukan oleh pak jackob bahwa anda akan membantu dalam meringankan hukuman klien saya. Apa itu betul?" tanya pengacara itu mencoba memastikan apa yang di katakan oleh kliennya.

"salah, bukan meringankan tapi membebaskannya dari hukuman" jawab meri dengan nada serius.

Pengacara itu tentu saja terkejut. Ini suatu kejadian langka menemukan kasus dimana korban sendiri yang ingin membebaskan pelakunya. Dia heran, jika memang meri ingin membebaskan jackob mengapa tidak dari awal dia mencabut gugatan atau meminta kasus ini selesai secara kekeluargaan tanpa mengajukan gugatan sedari awal.

"saya dan keluarga sudah memafkan dia, lagipula dia rekan bisnis kakak saya dan dia seperti teman sekaligus kakak angkat saat saya masih kecil. Saya hanya ingin membalas kebaikannya itu" meri seakan tahu apa yang di pikirkan pengacara itu jadi dia memilih mengutarakannya tanpa menunggu pertanyaan dari pengacara itu.

"baiklah. Apa bukti yang ingin anda berikan agar klien saya bisa terbebas?" di benak pengacara itu hanya memikirkan bahwa kemungkinan bukti yang akan di berikan meri adalah bukti yang juga di milikinya.

"bukan bukti konkrit, tapi saksi kunci. Cukup katakan kalau aku akan menjadi saksi dipersidangan. Jaksa penuntut sampai saat ini tidak meminta keterangan dari korbannya secara langsung. Dia hanya menggunakan laporan medis dan hasil olah TKP serta pernyataan dari orang terdekat jackob jadi tidak ada masalah jika aku yang akan memberi kesaksian melawan kasusku sendiri. Ini hanya akan di anggap kelalaian dari jaksa penuntut karena mengabaikan hal yang paling penting dalam kasus. Aku tidak mati atau dalam kondisi buruk untuk dimintai keterangan tapi mereka melewatkan itu" ucap meri yang semakin membuat pengacara itu heran.

"jika anda memberi kesaksian, itu akan menjatuhkan gugatan kakak anda sendiri" pengacara itu mengingatkan meri bahwa si penggugat dalam kasus ini adalah kakaknya sendiri.

"kami sudah sepakat mencabut gugatan, tapi terlambat. Jadi saya berpikir akan mengurangi hukumannya. Masalahnya adalah, mengurangi hukuman tidak sama dengan membebaskannya. Dia mungkin akan bebeas dalam waktu dekat, tapi itu tidak menghapus labelnya sebagai napi terlebih itu kasus pelecehan. Saya memutuskan akan membebaskannya sekaligus membersihkan nama baiknya. Saya harap anda bisa membantu" ujar meri sambil menunjukkan rasa hormat dalam meminta bantuan.

"Nona meri, saya mengerti maksud baik anda. Tapi apa yang akan anda katakan di persidangan?" pengacara itu begitu penasaran dengan apa yang akan dikatakan meri sehingga bisa membersihkan citra kliennya di mata publik.

"anda hanya perlu membuat saya menjadi saksi di persidangan. Dan akan lebih baik jika proses pengadilan dilakukan terbuka. Panggil beberapa pers untuk meliput secara langsung"

"nona, saya perlu melaporkan tindakan anda ini kepada klien saya sebelum menyetujui bantuan anda"

"tidak perlu, saya pribadi yang akan menemuinya sore ini. Persidangan akan dilakukan minggu depan. Saya harap anda bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam memenangkan kasus ini" ucap meri sambil menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat tangan.

"tentu" pengacara itu menbalas dengan menjabat tangan meri. "kalau begitu saya permisi"

"silahkan, mari saya antar" meri mengantar pengacara jackob sampai di halaman rumah tempat mobil pengacara itu terparkir. Setelah mobil pengaraca itu menjauh, sebuah mobil masuk ke pekarangannya. Yang tak lain adalah mobil keluarganya yang pulang sehabis menjemput dedi dan dani.

Meri kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap ke kantor polisi untuk menemui jackob lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore ketika meri sudah siap. Jam besuk sore dimulai pukul 4 jadi masih ada waktu untuknya menyiapkan makanan untuk jackob.

Meri menuju dapur dan memasukkan dua porsi makanan ke dalam kotak makannya. Dia sendiri belum makan siang karena itulah dia berpikir akan makan siang bersama jackob. Selain untuk menunjukkan perhatiannya kepada kakak ke empatnya di hatinya itu, tindakan saat ini juga di perlukan untuk mendukung keputusannya untuk menjadi saksi bagi jackob.

Meri memilih naik taksi dan tak ingin mengajak rido bersamanya karena rido pasti bersikeras menemui jackob. Mereka hanya akan terlihat bodoh di kantor polisi jika berebut untuk menemui jackob. Jadi dia memutuskan pergi sendiri dan akan menelfon kakaknya setelah tiba di kantor polisi dan mendapat izin untuk masuk.

Hal yang tak di duga meri adalah kakaknya juga berada di kantor polisi saat dia datang. Dia bergegas masuk karena tak ingin kehilangan kesempatan.

"kak rido" panggil meri ketika melihat kakaknya itu sedang duduk di hadapan anggota kepolisian untuk mengisi formulir pengunjung.

"meri, ada apa kau kemari?" rido terkejut melihat adiknya itu datang dengan membawa paper bag di tangannya. "jangan katakan kalau kau ingin menemui jackob lagi. Kita sudah sepakat tadi bukan" ujar rido menatap curiga kepada adiknya itu.

Meri menarik tangan rido agar menjauh dari tempat itu namun rido bersikeras tidak mau pergi. Dia ingin menemui jackob karena sudah lama tidak melihat sahabatnya itu.

"kakak, kau bisa menemuinya saat dia di persidangan atau saat dia bebas nanti. Aku akan pergi kuliah keluar negeri dan aku tidak akan bisa melihatnya dalam waktu lama" rengek meri sambil menggoyang-goyangkan lengan rido.

Orang-orang yang melihat mereka hanya bisa tersenyum menikmati pemandangan seorang kakak dan adik berebut menjadi pengunjung seorang tersangka kasus pelecehan. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa si wanita yang merengek kepada kakaknya itu adalah korban dalam kasus itu dan pria itu adalah orang yang menggugat tersangka itu sendiri.

"tidak bisa meri, kakak sudah merencanakan ini dari rumah. Kau bisa menemuinya lagi besok pagi" jawab rido tegas.

"tidak bisa, kakak. Jackob sedang sakit, lengannya terluka. Dia bahkan kesulitan untuk makan jadi harus di suapi. Apa kau mau menyuapinya? Itu akan jadi pemandangan yang sangat menjijikkan. Ayolah. Sore ini, besok pagi, besok sore sampai saat persidangan hanya aku yang akan menemuinya. Kau tunggulah saat dia bebas. Hmm" pinta meri lagi masih memegang lengan kakaknya itu.

"kau bukan kekas..." belum selesai rido bicara, meri menutup mulut kakaknya itu dengan tangannya. Dia datang menjenguk jackob justru untuk membangun persepsi publik bahwa dia adalah kekasih jackob. Jadi perkataan kakaknya jika diteruskan akan menjadi penghancur rencana nya.

"ada apa denganmu?" rido menarik tangan meri yang membungkam mulutnya.

"begini saja. Pak, tolong sampaikan pada jackob. Meri dan rido ingin menemuinya. Karena hanya boleh salah satu jadi minta dia memutuskan siapa yang ingin dia temui" ujar meri kepada anggota kepolisian yang menangani pengunjung bagi tersangka.

Rido sama sekali tidak keberatan. Dia sangat yakin bahwa jackob pasti memilihnya karena sudah lama mereka tidak bertemu. Selain itu, dia baru saja bertemu dengan meri tadi pagi. Di tambah lagi, jika dia tahu malu, dia seharusnya memang menjauhi meri. Jadi tak ada alasan bagi rido untuk memikirkan bahwa jackob akan menolak menemuinya dan lebih memilih meri.

Staf kepolisian itupun keluar dan mengatakan bahwa jackob memilih menemui meri dan bukannya rido. Rido tentu saja terkejut mendengar hal itu dan memandang adiknya curiga. Meri tersenyum penuh kemenangan dan membalas tatapan kakaknya itu dengan senyum dan kedipan mata genit.

"kakak, jackob pria normal tentu saja dia akan memilihku. Jadi jangan terlalu di pikirkan" meri menepuk pundak rido, menarik kertas formulir serta pulpen milik staf polisi itu dan kemudian melenggang masuk menuju ruang tunggu untuk menemui jackob.

Rido hanya bisa melihat kepergian adiknya itu dengan tatapan tak percaya dan mencurigai sesuatu telah terjadi diantara mereka. Karena rasa penasarannya, dia memutuskan untuk menunggu meri selesai menemui jackob.

Jackob masuk ke ruangan yang sama saat meri menjenguknya tadi pagi. Dia melihat meri yang terlihat sibuk menulis sesuatu hingga tak menyadari jackob yang sudah duduk di hadapannya.

"kau sedang menulis apa?" tanya jackob.

"hanya formalitas sebagai pengunjung" jawab meri santai yang kemudian menatap jackob setelah selesai mengisi formulir pengunjung.

Jackob menarik kertas itu dan membacanya. Dia tersenyum saat melihat kolom mengenai hubungan pengunjung dengan tersangka yang di isi meri dengan kata "kekasih".

Jackob mengembalikan kertas itu kepada meri dan tak henti-hentinya tersenyum menatap wanita dihadapannya itu.

"aku membawa makan siang untukmu, tapi terlambat karena tidak ada jadwal besuk siang. Apa kau sudah makan?" tanya meri

Jackob masih terus menatap meri dengan senyuman di bibirnya. Dia menggelengkan kepalanya walau sebenarnya dia sudah makan. Jackob hanya tidak mau melewatkan kesempatan makan bersama dan dari suapan tangan wanita pujaan hatinya.

Melihat jackob menggelengkan kepala, meri jadi bersemangat. Dia awalnya tidak berharap banyak mengingat saat itu sudah sore jadi kemungkinan besar jackob sudah makan.

Meri membuka kotak makan itu. Jackob melihat makanan dengan porsi besar. Dia sangat terkejut dan membayangkan sengsaranya dia jika meri memaksanya menghabiskan makanan itu. Satu porsi biasa saja saat ini sudah mustahil di habiskannya karena memang dia sedang tidak lapar dan sekarang porsi besar yang ada di hadapannya.

"mengapa kau membawa makanan sebanyak itu?" tanya jackob yang lebih mirip dengan kalimat protes.

"aku belum makan siang, aku melewatkan makan siangku jadi ku pikir makan siang denganmu bukanlah ide yang buruk" meri mengatakan hal itu sambil menyuapi jackob dengan nasi dan udang sambal asam manis.

Jackob tersenyum bahagia mendengar perkataan meri yang sengaja membawa makanan untuk bisa makan bersamanya. Senyumnya semakin lebar saat meri juga memasukkan makanan kemulutnya sendiri dengan memakai sendok yang sama.

"mengapa tidak membawa dua sendok?" tanya jackob penasaran.

"kenapa harus dua? Kau kan tidak bisa makan sendiri jadi percuma membawa dua sendok. Toh nantinya hanya tanganku yang akan terpakai" meri menjawab dengan santai.

"itu bekasku" ujar jackob

"sekarang ini juga bekasku" bantah meri kemudian menyuapi jackob.

"aku tidak keberatan bahkan jika makanan itu dari mulutmu. Tapi kau berbeda" jackob tersenyum jahil dan menggoda.

"kau benar. Aku tidak akan mau makan jika itu dari mulut ke mulut. Tapi jika hanya satu sendok berdua, aku sama sekali tidak keberatan" jawab meri sambil memasukkan makanan kemulutnya.

Mereka menyelesaikan dan menghabiskan makan siang di waktu sore itu dengan mengobrol ringan. Setelah memberi jackob minum dan diapun minum dari botol yang sama kemudian memasukkan kotak makan itu ke paper bag. Barulah meri memulai percakapan mengenai kasus mereka.

Meri menjelaskan semua rencananya kepada jackob dengan sangat rinci. Jackobpun mendengarkan dengan seksama. Dari percakapan mereka, jackob terkadang mengutarakan keberatan dan tidak setuju dengan ucapan meri. Namun setelah berdebat dan adu argumen, meri akhirnya berhasil membuat jackob setuju dan membuat kesepakatan di antara mereka.

Meri keluar setelah memberi tahu jackob bahwa mulai hari ini, setiap pagi dan sore hari, hanya dia yang boleh menemuinya sampai pada persidangan minggu depan. Jadi, dia harus menolak semua kunjungan yang lain.

Jackob dengan senang hati setuju, baginya saat ini melihat meri perhatian dengannya lebih baik daripada saat dia bebas dan kembali melihat meri yang selalu menjaga jarak dengannya.

Sebelum benar-benar menjauh dari jackob, meri berbalik dan memeluknya. Jackob hanya diam terpaku di tempatnya karena terkejut dengan pelukan dadakan itu. Orang di sekitar merekapun tak kalah terkejutnya. Belum sempat jackob tersadar dari keterkejutannya, meri sudah melepaskan pelukannya dan menatap pria itu.

"aku tidak suka melihatmu memakai baju ini. Itu menyakiti mataku" meri melirik ke arah pakaian jackob sebelum akhirnya menatap pria itu lagi.

"aku akan mengingatnya"

Setelah mendengar jawaban jackob, meri kemudian berbalik dan menjauh dari pandangan pria itu. Orang-orang di sekitar jackob hanya bisa memandang jackob dengan tatapan iri melihat betapa beruntungnya pria itu mendapatkan pelukan dari seorang wanita yang tak ada cela dalam dirinya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C25
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login