Beberapa hari ini Ivanka dan Ryan tidak saling bicara atau bertemu. Mereka masih dengan kemarahan mereka masing-masing.
Setiap tanggal 17 agustus, perusahaan tempat Ivanka bekerja mengadakan berbagai macam lomba.
Ivanka selama ini tidak pernah peduli akan hal ini, dia selalu menjadi penonton dan hanya memberi semangat untuk para staf nya saja.
Perlombaan bertanding dengan departemant lain. Pihak personalia selalu menjadi panitia. Kali ini departemant penjualan Ivanka mendapatkan lawan departemant produksi 10 berarti itu adalah departemant dimana Ryan bekerja.
"Cie, kali ini lawan kita departemant nya ko Ryan lho... Cie Ivanka dukung kita atau departemant Ko Ryan?" ucap Lany menggoda Ivanka.
"Ha..ha.. aku dukung departemant penjualan donk."
"Kalau cie Ivanka tulus dukung departemant kita harus di buktikan nih. Bener tidak kawan-kawan?".
" Ia..." ucap staf di kantor Ivanka dengan serentak.
"Oke, siapa takut. Nanti kalian bertanding aku akan berteriak kuat memberi semangat untuk kalian."
"Mana cukup kalau cuma begitu cie. Kali ini cie Ivanka harus ikut bertanding."
"Kalau itu bukan nya aku tidak mau, masalah nya aku tidak punya keahlian yang bisa diandalkan. Aku nyanyi nanti penonton kabur semua, olahraga aku juga tidak ada yang jago. Jadi Maaf bukan nya tidak mau cuma tidak bisa." ucap Ivanka dengan menggaruk kepalanya.
"Ada yang bisa cie ikutin, ga perlu keahlian khusus. Cuma perlu partner aja." ucap Betty
"Apa???" Ivanka dan staf lain nya bertanya serentak ke Betty.
"Balap karung pasangan"
"Tapi siapa yang berani jadi partner nya cie Ivanka." ucap Lany dengan muka polos
"Wah... apa aku begitu menakutkan sampai tidak ada yang berani jadi partner balap karungku."
"Ha...ha..."
Lalu Riqky memasuki kantor
"Ahhh aku tahu, Ko Riqky aja tuh."
"Betul banget. Kalian berdua selalu kompak dalam bekerja sama di pekerjaan, kami rasa kalian juga akan kompak dalam bertanding nanti." Ucap Lisa menambahkan
"Tunggu dulu, apa yang sedang kalian bicarakan ini?. Ucap Riqky bingung
Lalu Lisa menjelaskan semua ke Riqky.
"Oke, siapa takut." jawab Riqky semangat
"Tapi ko, lawan departemant kita itu departemant nya ko Ryan lho." Jawab Lisa lagi
"Kurasa tidak masalah ini kan cuma untuk bersenang-senang. Tapi itu semua terserah pada Ivanka."
Semua orang dikantor itu menatap Ivanka, penasaran menunggu jawaban dari Ivanka.
"Baiklah, aku akan berusaha."
"Asik" semua orang bertepuk tangan.
Hari H pun tiba.
Ivanka mencari sosok Ryan tapi tidak terlihat.
"Siapa yang kamu cari?"
"Riqky, kamu membuat ku terkejut. Aku tidak mencari siapapun. Hanya melihat-lihat saja." ucap Ivanka berbohong.
"Baiklah perlombaan balap karung pasangan akan di mulai. Aturan sama seperti tahun lalu. Satu karung akan di isi dua orang dan melompat bersama-sama. Siapa yang tercepat mencapai garis finish akan menjadi pemenang. Kita mulai dengan pasangan perwakilan dari departemant penjualan akan melawan pasangan dari departemant produksi 10." Ucap panitia
"Ayo, itu giliran kita." ajak Riqky
"Hmmm..."
Ivanka dan Riqky bersiap di garis start.
Ivanka terkejut saat melihat lawannya ternyata Ryan. Ryan berpasangan dengan salah satu rekan wanita nya. Nani namanya. Ivanka mengenalnya, juga pernah mendengar desas-desus kalau Nani menyukai Ryan.
Saat tatapan Ivanka bertemu dengan kedua mata Ryan, Ivanka bisa merasakan ada kemarahan di mata Ryan. Tatapan sangat dingin.
"Baik, kedua team bersiap!"
"Dooor"
Riqky dengan sikap menggandeng tangan Ivanka.
"Kita melompat bersamaan agar tidak jatuh."
'Hmm.."
Ryan yang melihat Riqky menggandeng tangan Kekasih itu, membuat nya makin kelam.
"Ayo Nani, kita kalahkan mereka!."
"Oke." jawab Nani dengan semangat
Tatapan Ryan bukan di garis finish tapi lebih banyak ke Ivanka.
Ryan dan Nani mulai melewati Ivanka dan Riqky.
Tapi tatapan Ryan masih lebih sering ke Ivanka. Walaupun Nani merasa kesal, dia tidak bisa berbuat apapun.
Saat garis finish hanya tinggal beberapa lompatan lagi dan Ryan akan menjadi pemenang, Ivanka dan Riqky terjatuh.
Ivanka kehilangan keseimbangannya.
Melihat Ivanka terjatuh, Ryan langsung berhenti dan keluar dari karung nya lalu meninggalkan Nani dan berlari ke Ivanka.
"Minggir kamu Riqky! ucap Ryan dengan nada ketus.
"Yank, kamu kenapa? Mana yang sakit?" ucapnya cemas.
Ryan melihat lutut Ivanka berdarah.
"Aku tidak apa-apa, hanya ..."
"Ayo, kita ke poli kesehatan."
Ryan langsung menggendongnya dan membawa Ivanka pergi.
Panitia dan penonton bingung hanya melihat mereka sampai bayangan mereka sudah tidak terlihat lagi.