para prajurit cukup istirahat dan mulai bisa bergerak walaupun masih terluka. Juki sudah meninggalkan mereka. melanjutkan pencarian ki Sentani dan berharap bertemu Minto. perut bernyanyi minta diisi lagi. beruntung Juki menemukan kereta kuda rusak bekas di rampok di jalan tengah hutan. menemukan beberapa buah dan sekantong uang kepeng.
Juki tak tau jalan kembali ke goa. hanya berjalan mengikuti jalan berharap bertemu seseorang. terdengar suara langkah orang. dia masuk kedalam hutan untuk bersembunyi. berlari ketakutan, terjatuh memang kakinya terkena akar pohon.
Juki hanya bisa menangis, kakinya keseleo. didengarnya suara orang mendekat. beberapa orang berhasil menangkap Juki. tanpa ada perlawanan, Juki hanya menangisi kakinya. dia ditangkap prajurit yang sedang berpatroli disekitar tenda tempat berkemah tentara.
"auh,, sakit" hanya merintih menangis yang bisa dilakukan Juki. saat dipijat oleh tabib. Juki hanya dianggap anak kecil yang tersesat oleh para tentara karena memang masih bocah.
saat sore hari Juki dibangunkan untuk makan malam. dia berada dalam Kemah komandan.
"nak, nama kamu siapa? asalnya dari mana" tanya sang komandan.
"saya Juki, saya dari gua di bukit sana" ujar Juki sambil memakan buah yang ada disana.
"loh tinggal sama siapa" tanya komandan penuh curiga. karena memang dibukit banyak guanya. selain itu juga banyak hewan buas yang berada di hutan. banyak prajurit pengintainya mati diterkam harimau.
"bersama kakek saya, ki Sentani" Juki masih memakan buah.
'ki Sentani, bukankah dia pertapa? tanpa keluarga?' terkaget sang komandan mendengar kata ki Sentani. bagi dirinya yang telah lama bergelut dengan dunia militer dan silat nama ki Sentani bukanlah nama yang asing ditelinga. seorang pertapa yang sakti mandraguna. tak perduli berapa banyak yang mau menjadi muridnya hanya yang beruntung bisa belajar darinya.
dirinya mengenal ki Sentani saat masih belajar di Akademi Militer Kerajaan. gurunya adalah sahabat dekat ki Sentani. ki Sentani sendiri pernah beberapa kali datang di Akademi Militer hanya untuk bermain dengan murid atau prajurit muda di sana.
dia ingat saat dipermainkan oleh ki Sentani disuruh mengambil buah ditangan ki Sentani. bukan hal yang mudah bahkan beberapa kali dia dibanting oleh ki Sentani. karena memang kelenturan tubuh dan kecepatan pergerakan sehingga cukup mudah meliuk dan menjatuhkan musuh hanya dengan kaki dan dorongan bahu.
anak ini harus dilepaskan sebelum sang kakek mencari dan mengobrak-abrik pasukan hanya karena dikira menculiknya. ki Sentani pernah menghancurkan barak tentara karena masalah sepele, gurunya ditertawakan saat melakukan kesalahan. kurangnya rasa hormat kepada sahabatnya yang juga guru di Akademi militer. semuanya dihancurkan baik tentara dan bangunannya. rata dengan tanah.
sejak saat itu dia menghilang entah kemana. kalau dia mau jangankan jabatan senopati panglima perang saja bisa diberikan. karena kemampuan memimpin pasukan tidak bisa diremehkan. dulu saat bermain sebagai pemimpin pasukan ki Sentani melawan ki Sudrajat guru di Akademi sekaligus teman dekatnya. ki Sentani mampu menjebak banyak prajurit dan langsung menguasai barak musuh.
"nak kakimu sudah sembuh kamu ikut dengan kami atau pergi dari sini? " tanya sang komandan.
"saya sedang mencari ki Sentani yang pergi entah kemana" Juki sedih saat ditinggal ki Sentani.mulai menangis.
"yaudah kamu istrahat dulu besok kalau sudah sehat kakimu saya bantu cari beliau" ucap sang komandan.
pagi harinya musuh sudah menyerang barak tentara, sebelum sang mentari terbit. banyak kemah yang dibakar dan prajurit yang tak siap mati mengenaskan. Juki juga terbangun saat api menyebar di kemah sang komandan. kakinya yang masih sakit tidak bisa membuat Juki lari. yang dilihat Juki kobaran api yang membesar membakar kemah dan para prajurit menemui kematian. Juki ingat saat mereka disergap dan dibunuh.
Juki melihat sesosok yang dikenalinya yang ada saat pembantaian penduduk desa. dia juga membantai prajurit yang berbaik hati padanya. diambilnya panah Juki mulai memanah ke arah lelaki berkuda. 'wuuss' suara panah menembus udara. "arghhh" jeritan Yanto saat panah menembus lengannya.
Juki berlari menuju hutan saat melihat yanto memegang goloknya ke arah Juki. tapi saat mau mendekati Juki sang komandan datang menghalau Yanto. Juki tak mau melihat kebelakang hanya terus lari.
"larilah selamatkan dirimu" hanya suara sang komandan yang menghantar kepergiannya.