"Ini suplemen buat lo, biar gak mudah sakit lagi." Ell menaruh sebotol suplemen di atas meja rias.
"Makasih ya," jawabku manja padanya.
"Baru juga awal kuliah lo udah sakit aja. Segitu sulinya ya lo beradaptasi?"
"Sebenarnya gua drop bukan karna awal kuliah tapi,"
"Udah jangan kebanyakan alasan, lo nya aja yang emang ribet, udah yuk entar telat ni," potongnya yang tak ingin mendengar alasanku.
Kami berjalan menuju kampus dengan santai, karena kebetulan jadwal kami hari ini sama. Selama perjalanan kami saling bertukar informasi tentang seputar perkuliahan. Banyak informasi yang disampaikan Ell, karena ia memang suka memperhatikan lingkungan, baik itu gosip atau hal seputaran kampus.
Enam hari sudah perkuliahan berlangsung, namun aku baru menghadirinya tiga kali dengan hari ini. Karena masih awal jadi pembahasan materi tentu belum mendalam, tapi aku harus tetap mengejarnya. Setidaknya kehidupanku sampai hari ini sudah membaik.
* *
"Azzahra, bagaimana kalau besok saja kita buat tugasnya," usul JiaMin padaku.
"Baiklah, di mana?" tanyaku untuk memastikan tempat.
"Kita buat di asrama aja!" usul Lan.
"Bagaimana kalau kita ngumpul di sini aja!, aku mau kembaliin buku besok dan aku juga gak tau gedung berapa asrama kalian," pintaku pada mereka.
"Tak masalah, kami juga berencana keluar sebentar." Dengan tawa manisnya Lan menyetujui usulku.
Seperti biasa kami pulang bersama, walau hanya sampai gerbang kampus. Karena asrama dan apartemenku berlawanan arah. Setidaknya sampai di sana ada yang menemaniku pulang.
Namun langkah kakiku terhenti di depan mading yang ramai oleh banyak tulisan. Sepertinya aku mengenali objek yang baru saja ku lewati itu.
Aku pun berbalik untuk memastikannya. Tarikan nafasku kuat setelah menyadarinya.
"Kamu baru tau ya?" tanya JiaMin ragu-ragu.
Aku tak dapat berkata apa-apa saat ini, foto ini berhasil membuat aku mendadak jantungan. Bagaimana tidak, foto itu diambil saat permainan mencari pasangan di detik terakhir yang memalukan itu. Rasanya hatiku tak terima dengan benda yang terpajang indah ini.
"Kalian sangat romantis bukan?" ucap Lan yang terlihat memendam sesuatu.
Sepertinya bukan hanya aku yang terluka melihat gambar ini. Tidak ada cara untuk merobeknya, tapi setidaknya ini bisa ditutupi dengan ketas yang aku miliki. Hanya dengan memanfaatkan beberapa kertas dan pembatas kertas, aku dapat menutupi foto mading yang dilindungi kaca ini.
"Hahahaha tindakanmu sangat lucu, Azzahra."
"JiaMin, jangan menertawakan aku seperti itu!"
"Tapi ini bisa menyebabkan kemarahan pengurus mading," tanggapan Lan dengan senyum tipisnya.
"Ah biarkan saja, aku kesal mereka tidak meminta persetujuanku dulu!" jawabku kesal.
"Tuuk" Seseorang menyenggol bahu kiriku.
"Heh!" sorakku sambil menoleh.
"Mengapa kau menutupi wajah tampanku?" tanya cowok yang menjadi objek foto bersamaku itu.
"Aku tak terima foto itu dipajang dengan indah di sini, bahkan mereka belum meminta izinku."
"Tapi kau menutupi wajahku," ucapnya sambil merobek hasil usahaku itu.
"Aaa jangan dibuka lagi!" rengekku sambil menarik lengan bajunya agar ia berhenti.
"Wajah tampanku tidak boleh ditutupi seperti ini. Lagian salahmu mengapa bergaya seperti itu?" Ia berbicara seolah-olah aku yang salah.
"Siapa yang bergaya, itu semua karna kau MENARIKKU!" jawabku kesal. Ternyata berhadapan dengan makhluk satu ini benar-benar sulit.
Aku mengambil kertas yang baru dan mencoba menutupinya kembali. Namun Kenzie kembali merobeknya.
Walau ku tau ini tindakan yang memalukan, tapi membiarkannya begitu saja terpajang lebih membuatku malu.
Berkali-kali ku coba menutupinya dan bersabar, namun begitu juga yang dilakukan olehnya. Dengan gaya yang masih cool dan santainya ia terus merobek lagi, lagi dan lagi.
"Bukankah tindakkanmu terlihat bodoh? Mengapa tidak menemui pihak mading saja dan katakan padanya," ucapnya yang membuatku berhenti.
"Tapi sayangnya mereka tak akan mengganti gambar itu sampai tahun depan. Karna aku telah menyetujuinya sejak awal." Dengan santai ia berlalu meninggalkanku. Dayang-dayangnya melirikku dari kejauhan dan kemudian pergi.
Tak pernah ku rasakan kehidupan sebelumnya separah ini. Aku berjalan sendirian ke taman untuk mencari tempat yang sepi. Zhao JiaMin dan Huang Lan sudah ku suruh pulang duluan. Karena dadaku terasa sesak saat ini, jadi aku butuh sendiri untuk menumpahkan semuanya.
Setiap kali ada masalah di hidupku aku akan menangis, hingga semua terasa ringan. Jika belum menangis maka emosiku akan bergejolak tak menentu. Namun karena itu juga banyak yang mengatakan aku cengeng. Padahal sebenarnya aku juga tak ingin menangis, namun itu sudah seperti sesuatu yang spontan terjadi setelah aku mendapat masalah dalam hidup.
Angin yang begitu lembut menerpa wajahku dan suara gemersik dedaunan seperti mencoba menghiburku. Kini aku telah tenang namun ku tunggu beberapa saat lagi sebelum berjalan pulang.
"Kenapa menangis di siang hari?" Bang Junjie yang langsung duduk dan bertanya sedikit mengejutkanku.
"Apa karna fotomu dipajang di mading itu?" tanyanya lagi sebelum aku sempat menjawab pertanyaan sebelumnya.
"Benar, apa gambar itu tidak bisa di tukar?"
"Tentu saja akan ditukar jika sudah ada acara lain yang menggantikannya," jawabnya sambil tersenyum manis.
Ia membuka tas dan mengeluarkan sesuatu. "Azzahra kamu mau coklat?," ucapnya sambil menyodorkan benda itu padaku.
"Maaf bang, aku tak bisa menerimanya." tolakku dengan ramah.
"Ouh baiklah, aku mengerti." Ia memasukkannya kembali. Tak sengaja mataku meliat bunga palsu yang persis dengan bunga di waktu ospek terakhir.
"Bang Junjie, bukankah itu bunga dari para junior?"
"Ya, aku mendapatkannya dari seorang junior yang ku sukai."
"Bang Junjie menyukai junior? Siapa?" tanyaku penasaran. Waktu itu aku juga memberikannya bunga. Tapi juga banyak gadis lain yang memberikan bunga padanya.
"Ya aku menyukainya sejak awal, tapi sepertinya ia tak menyukaiku." Ia tertunduk dengan senyum tipis.
"Mengapa berkata seperti itu, kenapa tidak abang coba saja dulu!"
"Aku baru mencoba, tapi ia sudah menolak. Dan sepertinya ia menyukai orang yang lain."
Dari kata-katanya itu sepertinya memang bukan aku. Aku tidak berada di situasi yang ia sebut dan ia juga tak mengungkapkan perasaan padaku.
Pembawaannya yang begitu tenang, ramah, santun dan perhatian mungkin akan dengan mudahnya mengetuk hati wanita. Ku fikir dengan begitu ia akan mudah mengungkapkan cintanya. Tapi sepertinya ia memang sedang berada di posisi yang sulit saat ini.
Emosiku kini telah stabil kembali. Setelah berbincang-bincang sedikit dengan bang JunJie aku pun pulang. Ku buka sosial media dan aku menemukan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa perasaan suka pada seseorang itu akan berlangsung selama empat bulan. Jika lebih dari itu maka kita benar-benar cinta padanya. Meskipun aku meragukan pernyataan ini, tapi setidaknya aku coba saja.
Jika begitu berarti perasaan sukaku pada bang JunJie akan hilang setelah empat bulan lamanya. Tapi bahkan belum cukup empat bulan, kini rasanya sudah berkurang. Itu berarti aku memang tidak mencintainya.
Happy Reading...