"Demi semua kehidupan di bawah langit, tolong, redakan amarahmu."
Mendengar kata-kata ini di tengah hujan, Fan Xian tidak bisa menahan tawa. Tawanya tidak berlebihan. Bibir di setengah wajah cantiknya yang terlihat di bawah topi sedikit melengkung, membawa secercah rasa jijik dan absurditas. Ini adalah reaksi paling terus terang dari lubuk hatinya. Bahkan dia sendiri mungkin tidak menduga bahwa dia akan bertemu dengan para Pertapa ini ketika dia memasuki kuil di tengah hujan dan bahwa udara yang dibawa para Pertapa ini akan sangat aneh.