Nizam menatap wajah adiknya ketika Pangeran Thalal mencium tangannya seusai sholat subuh. Mulut Pangeran Thalal tertutup rapat dengan mata sedikit gelisah. "Mau menemaniku sarapan?" Nizam menawarkan Pangeran Thalal untuk sarapan bersama. Pangeran Thalal mau menggelengkan kepalanya tapi melihat tatapan mata Nizam yang terasa begitu menekannya membuat Pangeran Thalal sulit menolaknya. Sulit menyembunyikan sesuatu hal dari mata kakaknya.
Pangeran Thalal mengikuti langkah kakaknya ke beranda samping hotel dimana sudah disiapkan meja sarapan untuk para Pangeran dan para pengawalnya. Nizam menarik tubuhnya ke belakang ketika pelayan menyimpan kopi didepannya. Berbagai macam roti terhidang didepan mereka lengkap dengan topingnya. Nizam menyalakan rokok dengan bantuan Arani. Ia lalu menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi.
Pangeran Thalal meminum kopinya sambil mencoba bersikap biasa. Nafasnya Ia atur agar tidak terdengar tidak normal.
"Tidak usah bertingkah seakan tidak ada masalah. Katakan saja apa yang terjadi tadi malam." Suara Nizam terdengar menusuk hati Pangeran Thalal.
"Tidak ada apa-apa.." Wajah Pangeran Thalal memerah. Tenggorokannya terasa seret.
"Wajahmu bagai anak gadis yang dilamar orang yang tidak dikenalnya tetapi bertingkah seakan tidak ada masalah. Kau mau menelan masalahmu sendiri? atau Kau mau terus terang"
"Aku malu .." Pangeran Thalal bicara dengan perlahan Ia lalu menatap para pengawal dan asisten pribadi mereka. Seakan Ia tidak ingin rahasia pribadinya diumbar. Ini adalah masalah harga dirinya sebagai laki-laki. Ia adalah pria tampan yang banyak disukai para wanita juga. Penampilannya yang charming dan dandy membuat Ia banyak digilai oleh wanita-wanita. Ia seperti Don Juan diatas kertas. Sekarang ternyata Ia tidak berdaya menaklukkan seorang wanita.
Nizam memahami pikiran Pangeran Thalal Ia lalu memberikan isyarat agar semua menyingkir dari dekat mereka. Maka tanpa diberi isyarat dua kali mereka langsung berdiri memberi hormat dan berlalu menjauhi para pangeran dengan jarak yang dianggap cukup sampai mereka tidak bisa mendengar percakapan para pangeran.
"Nah..katakan sekarang, Apa masalahmu? Apa Kau jadi bulan-bulanan Cynthia tadi malam?" Tanya Nizam sambil menahan tawa membayangkan Cynthia mengerjai adiknya. Tetapi Ia memasang wajah sedatar mungkin.
Diluar dugaan Ia melihat Pangeran Thalal semakin murung. Pangeran Thalal sendiri merasakan nafasnya langsung sesak Mendengar perkataan Nizam yang bicara begitu datarnya. Padahal biasanya Ia yang suka menggoda kakaknya sekarang Ia malah kena batunya.
"Kenapa kata-kata mu begitu vulgar?" Kata Pangeran Thalal akhirnya memprotes.
"Kenapa? Bukankah Kau biasanya yang suka mengganggu Aku?" Kata Nizam seakan-akan ingin semakin menggodanya. Tapi kemudian melihat wajah Pangeran Thalal yang kusut, Nizam jadi berubah serius.
"Katakanlah!!!" Kata Nizam sambil menatap tajam.
"Aku.. tidak bisa melakukannya" Pangeran Thalal tertunduk lesu. Nizam langsung paham apa maksud yang tidak bisa dilakukan oleh adiknya tadi malam.
"Bagaimana bisa? Kenapa?" Nizam semakin ingin tahu.
"Aku tidak tahan mendengar jeritannya" Wajah Pangeran Thalal begitu kelam dan beku. Senyum manis yang biasa menghiasi wajahnya hilang tersaput awan mendung di wajahnya.
Nizam mengerutkan keningnya. "Kenapa menjerit? Apa Ia kesakitan?! Bukannya Cynthia sudah..." Nizam tidak melanjutkan perkataannya.
Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya dengan lemah."Dia ternyata kelihatannya masih suci.."
"Kelihatannya??" Nizam menatap tajam ke wajah adiknya seakan meminta penjelasan lebih.
"Aku tidak tahu, Yang Aku tahu Ia terlihat sangat kesakitan dan Aku juga. Aku bingung harus bagaimana. Jadi Aku tidak melanjutkannya"
Nizam terdiam kenapa cerita adiknya seperti membongkar cerita dia waktu malam pertama dulu. Hanya Pangeran Thalal lebih beruntung tidak dikejar target seperti dirinya.
"Jadi Kau mencurigai Cynthia ia still virgin. Itu malah bagus."
"Tapi Ia malah sangat kesakitan, Aku jadi stress"
"Jangan khawatir Kesakitan itu permulaannya saja nanti kesananya tidak akan lagi. "
"Tapi Cynthia malah marah-marah Ia berkata kenapa Aku begitu menyakitinya padahal Aku sendiri juga kesakitan."
Nizam tersenyum, "Mau kuberitahu caranya?"
Mata Pangeran Thalal terbelalak. Lalu Nizam berbisik-bisik ditelinganya. Memberikan saran tentang pemanasan.
"Begitukah? Oh..ya jadi seperti itu" Pangeran Thalal tampak menganggukan-ngaggukan kepalanya.
"Ya.. tapi walau begitu tetap saja Cynthiamu itu akan kesakitan, tapi tidak terlalu menyakitinya."
"Kalau Ia menjerit lagi, bagaimana?" Pangeran Thalal bertanya.
" Cuma dua pilihan. Kau hentikan agar nantinya dicoba lagi atau kau lanjutkan saja"
Pangeran Thalal terdiam menimbang-nimbang.
"Aku berikan saran lagi begini. Asal Kau memiliki hati yang kuat." Nizam terdiam matanya berkilat-kilat walaupun Ia tidak yakin Pangeran Thalal akan memiliki keberanian. Bukankah Ia juga dulu harus didoping dulu agar memiliki keberanian. Bahkan Nizam sebenarnya tidak tahu kalau dopingnya juga bereaksi berlipat ganda karena ulah Putri Reina. Selain itu Ia juga ada Kasim yang memandunya. Pangeran Thalal harus bertempur sendirian melawan ketakutannya.
"Bagaimana Kak?" Pangeran Thalal tampak penasaran.
"Kau jangan perdulikan teriakan Cynthia, Kau lakukan saja apa yang Kau mau"
Pangeran Thalal tercengang. "Kalau Ia kesakitan?"
"Jangan perdulikan, bila perlu Kau bungkam mulutnya." Sifat bengis Nizam keluar lagi.
"Aduuh...Aku kasihan, aku tidak akan tega?"
"Kalau begitu biarkan saja Ia tetap gadis selamanya" Nizam jadi mengultimatum Pangeran Thalal secara mental. Pangeran Thalal langsung pucat pasi.
"Aku akan lakukan apa yang kau sarankan, Aku tidak ingin Ia selamanya gadis" Pangeran Thalal mengguman dalam hatinya. Bagaimana bisa Ia memiliki anak kalau Ia membiarkan Cynthia masih gadis.
"Tentu Thalal, Kau laki-laki. Masa iya kalah dengan perempuan, Sekarang pergilah ke kamarmu,sana coba lagi. Kalau masih gagal lagi Kau datang lagi ke Aku" Kata Nizam sambil menepuk pundak adiknya. Ia merasa di atas angin. Padahal dulu juga Ia sama dengan Pangeran Thalal sama begonya.