Download App

Chapter 4: Bayang-bayang Merah

"Bagaimana kuliahmu, Mer?" tanya Dara Manis.

"Lagi pusing, nih. Skripsiku belum selesai. Macet di bab empat. Lagi kurang fokus akhir-akhir ini. Makanya aku ke kota tua untuk liburan tipis-tipis," jawab Daun Merah sambil menyandarkan kepalanya.

"Apa yang mengganggu pikiranmu? Tidak biasa kamu seperti ini. Tuan putri Daun Merah yang saya kenal sama sekali tidak pernah mempunyai masalah dalam hal belajar dan selalu berprestasi. Seharusnya kamu sudah lulus dan diwisuda kan, Mer?"

"Hmmm, iya, Ra. Aku sengaja. Aku tak ingin cepat-cepat lulus."

Dara Merah duduk mendekat ke sahabatnya itu. Tentu ada alasan khusus. Dia berusaha mendengar banyak hal. Diperhatikannya perubahan ekspresi wajah Daun Merah. Tapi, dia tidak ingin memaksa teman baiknya ini untuk bercerita mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Dara Manis bukanlah seorang interogator. Maka, sesekali dia membuang pandangannya kemanapun dan senantiasa memasang radar telinganya dengan baik.

"Saya yakin kamu punya alasan yang tepat. Kalau saya, sih, memang harus cepat-cepat lulus kuliah. Jika bisa, kuliah selama empat tahun akan saya tempuh tiga tahun. Sayang otak saya tidak seencer otakmu, Mer. Biaya kuliah semakin melangit. Nyaris tidak terjangkau oleh keluarga pas-pasan macam saya ini. Untung masih dapat beasiswa miskin." Cerita Dara Manis sambil tersenyum kecut. "Lho, kok, saya malah curcol, ya, hehehe."

"Hahaha. Iya, ada sesuatu, sih." Daun Merah terdiam tiba-tiba. Menarik nafas dalam-dalam dan melanjutkan ceritanya. "Apa aku tidak normal, ya, sebagai perempuan? Usiaku dua puluh tiga tahun, tapi tidak ada satu pun laki-laki yang bisa membuatku tertarik. Aku juga ingin merasakan cinta. Biarpun itu cuma cinta monyet belaka."

Daun Merah mengganti posisi duduknya. Kini dia menghadap dan menatap wajah Dara Manis yang hanya diam dan memberi empati dengan pandangan mata yang hangat dan usapan tangan di lengan kiri sahabatnya itu.

"Apa aku telah anti-pati kepada laki-laki, ya. Terlalu muak kepada kaum Adam. Tentu kamu tahu, Ra, apa yang telah diperbuat oleh ayah kandungku kepada ibuku, hampir setiap hari, dengan mulut dan tangan kasarnya. Juga bagaimana bapak tiriku nyaris memperkosaku. Bayang-bayang itu selalu hadir ketika ada laki-laki yang berusaha mendekatiku. Bahkan aku sangat jijik dengan tatapan mereka. Sangat buas. Seperti pemangsa."

Pandangan mata Daun Merah terlihat kosong saat menceritakan ulang sedikit masa lalunya.

"Kamu sabar, ya, Mer. Saat kamu telah bisa membuka hatimu, akan datang waktunya. Seorang laki-laki baik telah dipilihkan Tuhan untukmu."

Dara Manis berusaha menenangkan dan membesarkan hati Daun Merah.

"Iya, tapi kapan? Aku semakin tidak yakin akan adanya Tuhan. Jika pun ada, aku yakin Tuhan itu laki-laki. Aku pun mulai membenci-Nya juga," ucap Daun Merah meluncur begitu saja. Tatapan matanya terlihat sinis saat menyatakan itu.

Dara Manis hanya bisa terdiam. Pikirannya buntu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata untuk menanggapi perkataan sahabatnya itu. Kemalangan hidup telah dia akrabi sejak kecil.

Dara Manis mengingat suatu tengah malam pada masa kecilnya. Saat itu, dia terbangun oleh suara ribut dan teriakan dari luar rumah. Suara piring dan botol pecah menyertai. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Sangat pelan. Dara pun, dengan ketakutannya, membukakan pintu. Ternyata Daun Merah. Dia tampak sangat ketakutan. Daun Merah berlari memasuki kamarnya dan bersembunyi di kolong ranjang. Dara pun ikut bersembunyi bersama Merah. Menghabiskan waktu sampai pagi di sana. Tanpa tidur dan kata-kata. Pada pagi harinya, pasti dilihat wajah ibu Daun Merah dipenuhi lebam dan merah. Matanya sayu dengan wajah pucat dan bekas darah.

Hal itu terjadi tidak hanya sekali. Berkali-kali dan berulang kali.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login